Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya"Mamaaa! Liat deh, aku dapet peringkat satu pararel!"
Sore-sore begini si kembar berteriak tanpa aba-aba usai datang dari sekolah untuk menghadiri acara kelulusan kelas dua belas. Yang paling senang adalah Tama, sedangkan Harsa hanya menyunggingkan senyum kecil.
Sang Ibu yang awalnya sibuk menata lipatan pakaian segera mendekati anak-anaknya untuk melihat rapot masing-masing. "Harsa dapet peringkat berapa?" Tanya wanita itu seraya membuka isi rapot milik sang Kakak.
"Peringkat empat puluh, pararel." Jawab si bungsu dengan pelan. Terdengar penuh nada insecure, tetapi Kirana lekas menepuk-nepuk puncak kepala Harsa seraya berkata, "Itu udah bagus banget! Dapet peringkat segitu di tingkat pararel agak sulit, loh. Itu berarti usaha kamu selama ini udah ada hasilnya. Nanti kita usaha sama-sama kalau udah masuk kuliah, okay?"
"Tuh, dengerin! Nanti aku bantuin belajar biar bisa ngerasain dapet peringkat pertama!" Sahut Tama dengan bersungut-sungut. Semangatnya untuk lekas-lekas masuk kuliah kian membara setiap harinya.
Lantas sang Ibu meletakkan kedua rapot di atas meja dan segera menggandeng kedua tangan si kembar untuk duduk bersama di meja makan.
"ES KRIM!"
Ada satu kotak es krim walls yang akhirnya menjadi pusat atensi Tama dan Harsa. Padahal mereka sudah sering makan es krim, tetapi karena Ibu yang menyiapkannya membuat makanan dingin itu terasa sangat istimewa. Seperti sebuah hidangan yang hanya muncul sekali dalam seribu tahun.
"Cuci tangan dulu!" Harsa dengan sigap menghalangi tangan nakal Tama yang akan mencolet es krim di dalam wadah itu. Rupanya Harsa sudah lebih dulu mencuci tangannya demi sesendok pertama es krim dari Ibu.
Lantas Harsa duduk di seberang sang Ibu, dengan mandiri mulai mengambil sendok sendiri dan memberikan satu sendok lagi untuk Kirana. "Mama juga harus makan."
Tetapi sendok di tangan Harsa hanya menggantung di udara. Sang Ibu menggeleng, "Sekarang gantian. Pas kamu sakit, Mama yang nyuapin kamu. Sekarang gantian kamu yang nyuapin Mama."
"Maaaaa! Aku juga mau nyuapin Mama!" Tahu-tahu saja Tama sudah menyerobot duduk di satu kursi bersama Harsa. Membuat adiknya hampir jatuh ke samping karena jatah setengah kursinya di makan bokong sang Kakak. Tak ayal Harsa pun segera menggetuk kepala Tama dengan sendok, "Kan masih ada kursi! Kenapa harus duduk di sini, sih!?"
"Suka-suka aku, dong! Lagian, sesuatu yang di bagi itu lebih berkah. Siapa tau bokong kamu bisulan karna nggak mau bagi-bagi kursi sama aku!"
"Nggak ada sejarahnya bagi-bagi kursi bisa mencegah bisulan!" Harsa dengan gencar mendorong-dorong Tama agar menjauh dari kursi miliknya. Tetapi sang Kakak juga tidak mau kalah dalam dorong mendorong.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Derana : I Lost My Love
FanfictionC O M P L E T E D ✓ Tidak bisa di bilang jarang, perihal bait-bait harapan yang terlontar setiap waktu. Tidak bisa di bilang jarang, perihal sakitnya rasa terjatuh oleh kenyataan. Tama itu penuh harap. Tapi Harsa itu penuh keluh kesah. Mereka bert...