29. mengiringi di setiap langkah mu

751 99 207
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Taufan sebagai Tama Narasatya; danHalilintar sebagai Harsa Narasatya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyak yang berubah selama satu tahun ini. Bukan hanya waktu, tetapi semua yang ada di sekitar juga berubah, termasuk manusia.

Namun, eksistensi Harsa lah yang tidak berubah meskipun waktu berupaya keras menggerus ingatan tentang Harsa dari memori semua orang.

Orang-orang pernah bilang, hanya perlu waktu satu tahun untuk melupakan eksistensi, kenangan, suara, dan penampilan dari orang yang telah meninggal. Tetapi Tama dengan lantang akan menentang semua itu.

Harsa masih melekat dengan jelas. Bahkan sesekali akan Tama rasakan kehadiran saudaranya yang muncul dalam sekali kedip, namun menyisakan kehangatan yang membekas kuat.

"Utututu Arsaa. Kamu lucu banget deh, sampai Kakak aja ada niat mau peluk-peluk kamu sampai mati." Oceh Tama pada bayi kecil di gendongannya. Fitur lembut dan lucu yang melekat di wajah adiknya──Arsa──benar-benar sama dengan wajah Harsa.

Lantas rumah di penuhi tawa bayi kecil. Tama berkali-kali berlari sembari mengangkat adiknya tinggi-tinggi; tengah membuat Arsa merasakan rasanya menjadi pesawat terbang.

Nama adiknya Arsa. Lucu, ya? Kini rumah tidak lagi sesepi dahulu karena bertambahnya kehadiran Arsa. Ah iya, harus Tama katakan bahwa Ayah serta Ibu telah rujuk kembali sehingga menghasilkan Arsa. Siapa tahu kalian akan mengira bahwa Adiknya Tama ini adalah hasil memungut di pinggir jalan.

Arsa itu anaknya pemarah. Matanya sehitam punya Ayah. Wajahnya selembut fitur wajah Ibu. Dan tangan Arsa suka sekali melayangkan pukulan sejak usia dini.

Lihat? Bagaimana bisa Tama tidak mengira bahwa Arsa ini adalah Harsa? Mereka sangat mirip. Membuat Tama terobati sedikit demi sedikit.

"Brumm! Arsa nya mau lewat! Minggir, minggir! Kalo nggak, kami terobosss!"

BRAKK

"Aaaaaaaaaaa──"

Saking sibuknya membawa Arsa terbang ke sana kemari, Tama sampai tidak sadar bahwa dia sudah berlari sampai ke pekarangan rumah dan menabrak jemuran sampai mereka berdua tertutup kain jemuran.

Kirana yang mendengar pekikan sang bungsu lekas keluar dengan wajah garang. "Tama! Kamu apain lagi Arsa, hah!?"

Usai sibuk keluar dari jemuran, sang Kakak itu tersengih lucu dan menunjuk adiknya yang berada di dalam gendongan. "Nggak ngapa-ngapain, kok. Arsa tadi ngerangkak sampai ke sini, terus ngegoncangin jemuran Mama sampai jatuh."

Kecil-kecil begitu, Arsa adalah anak yang tidak bisa di fitnah. Apalagi jika yang memfitnah adalah Tama. Lantas Arsa menangis kencang sebagai aksi balas dendam.

"Nangis kamu!? Aah cengeng, huuu!" Tama tersenyum jahil, malah mencubit pipi adiknya sampai merah sebelum akhirnya Ibu datang dengan kepalan tangan yang siap menghantam kepala Tama. Sebelum itu terjadi, lantas Tama meletakkan Arsa di tanah dan berlari keluar rumah. "Dadah, cengengg! Jangan rindu Kakak mu ini, ya!"

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang