24. separuh jiwa, separuh cinta

748 103 126
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Kini kaki mereka mulai meninggalkan area parkiran untuk menuju ke sebuah apotek di seberang jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini kaki mereka mulai meninggalkan area parkiran untuk menuju ke sebuah apotek di seberang jalan. Bukan tanpa alasan, ini karena baik itu Tama ataupun Harsa, mereka sama-sama lupa membawa inhaler.

Padahal asma Harsa tidak kambuh sejauh ini, tetapi sang Kakak dengan keras kepala berkata ingin membeli satu untuk berjaga-jaga. Awalnya hanya Tama yang akan pergi ke apotek, namun Harsa berhasil membuat dirinya ikut serta untuk pergi ke apotek.

Tangan mereka bergandengan seraya kaki berhenti untuk menunggu lampu penyebrangan berubah hijau. Pada detik-detik menunggu lampu berubah hijau, Harsa mulai berbicara,

"Kamu bahagia nggak akhir-akhir ini?"

Langsung saja Tama menjawab dengan yakin, "Bahagia. Banget malahan. Kalau kamu?"

Awalnya Harsa hanya mampu bungkam tuk sementara, tetapi ketika lampu penyebrangan akan segera berubah menjadi hijau, dia lekas menjawab, "Aku juga sama. Mama udah berubah, kamu udah bisa fokus sama cita-cita kamu... aku juga udah nemu alasan buat tetep hidup."

Tama mendengung senang, lantas bertanya dengan tertarik, "Oh, ya? Jadi alasan kamu buat tetep hidup apa?"

"Aku mau menjelajah laut."

Senangnya mendengar Harsa telah menemukan sesuatu yang akan dia geluti sepenuh hati. Tama lantas mengangguk senang, semakin mengeratkan genggaman ketika lampu penyebrangan sudah berubah hijau dan mobil serta motor mulai berhenti.

"Biar nantinya, waktu kamu cerita tentang luasnya jagat raya, aku juga bisa cerita tentang luasnya lautan." Lanjut Harsa lagi. Dengan kompak si kembar segera berjalan melewati zebra cross sembari mendengarkan bagaimana Harsa terlihat bersemangat saat berbicara.

Tama menyukai tentang bagaimana adiknya mulai menemukan apa arti hidup. Tama menyukai tentang bagaimana adiknya mulai sering tersenyum karena adanya kehadiran Mama. Tama juga menyukai tentang bagaimana adiknya mulai mendapatkan kasih sayang yang seharusnya di dapat.

"Nanti aku tunggu cerita kamu kalau udah menjelajah lautan." Sahut Tama seraya menyunggingkan senyum lebar. Sepasang manik hazel itu tatap wajah adiknya yang di terpa sorot jingga, indah, berseri-seri, membuat Tama enggan berpaling sedikitpun.

Tetapi sekali lagi, takdir mengkhianati mereka.

Waktu berjalan begitu cepat; sangat cepat seolah-olah waktu bergerak begitu tak terkendali.

Waktu berjalan begitu cepat, membuat Tama tak mampu berpikir tentang apapun yang baru saja terjadi. Ketika mobil BMW putih melaju begitu cepat tanpa melihat lampu lalu lintas telah merah, ketika Tama hanya mampu terpaku karena jantung yang berdentum terlalu kencang, dan ketika ada dorongan kuat hingga dia jatuh ke seberang jalan dan menghantam pagar pembatas jalan.

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang