27. selamat tinggal separuh cinta ku

834 115 206
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Taufan sebagai Tama Narasatya; danHalilintar sebagai Harsa Narasatya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini rumah menjadi lebih ramai. Lautan manusia yang memenuhi pekarangan rumah lamat-lamat mulai menyurut saat sampai di ruang tamu.

Karangan bunga menghiasi pekarangan rumah bersamaan dengan orang-orang yang menangis, orang-orang yang sibuk mengucapkan bela sungkawa, dan orang-orang yang kehilangan jiwa.

Ada jasad yang terbaring tenang di tengah ruangan, tidak peduli pada kericuhan yang ada di sekitar, pun tidak peduli pada tangisan seorang wanita yang tak pernah berhenti.

Harsa telah pergi. Bersama cita-citanya, bersama janji-janjinya dan bersama kenangan yang tergulung rapi di dalam jiwa.

Kirana masih saja duduk di samping jasad putranya. Menangis serak sambil memanggil-manggil nama putranya. Beberapa orang yang kasihan segera mendekat dan mengelus-elus pundak sang Ibu, berharap di beri ketabahan yang banyak.

Raka ada di teras, duduk dengan pandangan kosong, padahal sudah ada beberapa orang yang mengajaknya bicara. Masih terasa dengan jelas bagaimana dirinya memeluk putranya saat di rumah sakit. Dingin. Sedingin es di Antartika. Menyentuhnya saja tidak berani, apalagi saat memeluk Putranya──dia tidak sanggup. Takut melukai lagi, takut menyakiti lagi.

Dan Tama, sosok yang sekiranya paling kehilangan. Remaja itu berdiri di ambang kamar Adiknya, menatap semua perabot yang masih utuh. Tetapi sekarang pemiliknya telah tiada.

Lantas kakinya merajut langkah semakin dalam. Merasakan bagaimana semua ingatan mulai merasuk, menghancurkan Tama pelan-pelan.

Kamar ini akan selalu dingin, itu fakta.

Kamar ini akan menjadi tak bertuan selamanya, itu fakta.

Tak butuh waktu lama, Tama segera ambruk dengan tangan mencengkram bagian dada dengan kuat-kuat. Sehancur ini ternyata saat di tinggalkan Harsa. Selemah ini ternyata saat di tinggalkan Harsa.

"Sayang..."

Tetapi Tama tak mau menyahut. Enggan sekali rasanya karena dia sudah tahu apa yang akan di ucapkan selanjutnya oleh Yura, teman dekat Ibu.

"Harsa udah mau pulang."

Waktu tidak bisa di mundurkan barang sedetik. Jasad adiknya sudah akan di kebumikan. Di benamkan ke dalam tanah yang sempit, gelap, dan dingin.

"Apa nggak bisa nanti?" Tanya Tama lirih. Habis sudah suaranya hanya untuk berteriak untuk memanggil-manggil adiknya.

Lantas Tama rasakan wanita paruh baya itu mendekat dan menyambut dengan pelukan hangat. Pelukan hangat, sehangat pelukan Ibu──tetapi tidak sama dengan pelukan Harsa.

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang