22. hadiah mama untuk kalian

600 101 224
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Taufan sebagai Tama Narasatya; dan Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya malam itu Kirana lekas pulang. Seharusnya malam itu Kirana tidak perlu menuruti permintaan Harsa untuk tetap lebih lama di pasar malam. Karena sekarang, putra bungsunya itu telah terserang demam yang cukup tinggi.

Kini sore hari telah menjemput, itu artinya sudah seharian penuh si kembar menderita demam. Iya, kedua putranya. Padahal yang sakit hanyalah Harsa, tetapi ikatan saudara kembar membuat Tama ikut-ikutan terserang demam.

Sudah terhitung satu jam sang Ibu duduk di pinggir kasur, dengan setia mengganti kompres setiap lima menit.

"Tama... gimana?"

Sudah seburuk ini sakitnya, tetapi Harsa masih saja menanyakan kondisi orang lain. Kirana mendengus gemas lalu menjawab, "Panasnya Tama udah turun. Udah bisa lompat-lompat orangnya. Tapi Mama masih belum bolehin ketemu sama kamu, takut kejangkit lagi."

Jika boleh jujur, Kirana lebih suka mengasuh Harsa yang sedang sakit daripada mengasuh Tama. Itu semua karena Tama rusuhnya luar biasa. Apalagi karena sudah terpisah seharian membuat Tama kian rusuh. Ada-ada saja rengekan sang Kakak yang ingin sekali bertemu adiknya.

"Maaaaaaa! Mau ketemu Adekk!"

"... Aku udah sembuh, loh. Coba kasih aku soal ujian kelas sebelas, pasti bisa ku kerjain."

"Aku nggak mau makan. Aku mau ketemu Adek aja."

"Kok aku nggak boleh ketemu Adek!? Jangan-jangan Adek udah Mama culik, ya!?"

Dan sebagainya. Kalian semua akan merasakan telinga yang berdengung hanya karena Tama yang mengoceh panjang lebar.

Beralih ke waktu sekarang, sang Ibu tatap betapa damai dan tenangnya Harsa saat sakit. Si bungsu itu hanya berbaring lemas di kasur seraya sesekali mengeluh karena sulit bernafas.

"Masih sakit nggak nafasnya?" Tanya Kirana lagi. Tangan wanita itu bergerak perlahan untuk menyibak poni putranya yang menutupi dahi.

Tidak ada jawaban, tetapi Harsa hanya mengangguk pelan.

"Nanti malam kita ke rumah sakit, ya? Biar bisa dapet obat dari dokter." Kirana membujuk. Ternyata sesakit ini hatinya saat melihat Putranya terbaring lemah di depan mata. Kirana tidak sanggup. "Nanti Mama bujuk Tama supaya mau tinggal di rumah. Kita sebentar aja, kok."

"Ma,"

Perlahan-lahan kelopak mata itu terbuka dengan lemah. Manik sehitam batu obsidian itu menatap nanar pada sosok Ibu yang telah lama duduk di pinggir kasur. Hati Harsa berdenyut kesakitan. Ternyata begini ya rasanya di rawat oleh Ibu saat sakit? Sangat menyenangkan. Rasanya Harsa tak butuh lagi obat-obatan, karena sudah tergantikan dengan kehadiran Ibu.

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang