26. jangan ambil Harsa terlalu cepat

897 114 206
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Taufan sebagai Tama Narasatya; dan Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pas di larikan ke rumah sakit, kondisi kamu udah di ambang kematian. Mama kalut. Dokter bilang organ dalam kamu rusak semua, tapi yang paling rusak itu paru-paru kamu..."

Tatapan Tama yang kosong hanya berpusat pada lantai ubin putih. Ekspresi kusut di wajahnya tak mampu lagi bertambah bahkan ketika Ibu bercerita tentang kejadian di rumah sakit sepuluh tahun yang lalu.

"Kamu harus dapet donor secepatnya. Tapi nggak ada satupun yang cocok. Sampai akhirnya Harsa nawarin paru-parunya sendiri."

Kirana tertunduk, bergetar kuat. Masih berbekas dengan jelas tentang kejadian sepuluh tahun yang lalu. Saat di mana Harsa gemetar kuat di dalam gendongan suaminya, tak mau di sentuh perempuan manapun, bahkan jika itu Ibunya sendiri.

Harsa, putranya tidak menangis. Justru dengan lekat menatap bagaimana dokter yang menangani Tama berbicara serius. Otak anak-anak sudah tentu tidak paham dengan kalimat panjang serta istilah-istilah medis yang di ucapkan dokter tersebut. Tetapi Harsa menangkap satu kesimpulan.

"Kakak sakit?" Tanya Harsa pelan pada sang Ayah yang terus menggendongnya. "Sakit apa?"

Lantas Raka bungkam sejenak. Bagaimana cara memberitahukan hal ini? Bagaimana cara memberitahukan bahwa keadaan saudaranya berada di ambang kematian?

"Kakak kamu... paru-parunya nggak sehat. Harus dapat paru-paru dari orang lain supaya lekas sembuh."

"Paru-paru?"

Mata jelaga itu berkedip perlahan, seolah-olah sedang mencerna seluruh kalimat dari Ayahnya.

"Ambil paru-paru Harsa aja. Biar Kakak lekas sembuh." Begitu polos kalimat Harsa saat itu. Dengan senang hati mendonorkan paru-parunya sendiri tanpa tahu konsekuensi apa yang akan menunggu di depan. "Nggak papa, kan?" Tanya anak itu sekali lagi.

Harusnya Kirana tidak menyetujui tawaran putranya.

Harusnya Raka berusaha lebih keras untuk mencarikan donor lain yang cocok.

Seharusnya begitu. Tetapi kenyataannya jauh melenceng. Hari itu, Harsa mendonorkan satu paru-parunya untuk sang Kakak. Hari itu, Tama kehilangan memori kelamnya karena trauma berat yang dia alami. Mulai hari itu, tidak ada lagi yang mau mengungkit perihal tragedi masa silam.

Media masa di luar sana lekas di bungkam. Berita-berita di koran harian segera di hapus, di singkirkan, dan dimusnahkan agar tidak ada siapapun yang bisa mengingatkan tentang kejadian hari itu. Bahkan Kirana berhasil membungkam dokter yang memeriksa keadaan Harsa saat itu agar tidak memberitahukan keadaan yang sebenarnya pada Tama.

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang