7. Dua astronot kecil

746 115 125
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Ketika Tama terbangun pukul 2 dini hari, hanya ada kesunyian di rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Tama terbangun pukul 2 dini hari, hanya ada kesunyian di rumahnya. Suara Ibu atau Ayah sama sekali tidak terdengar sejak tadi malam, menyisakan kesunyian juga kelegaan yang entah dari mana asalnya.

Harsa juga masih belum nampak, membuat Tama berpikir bahwa adiknya masih bergerumul di kasur.

Ini hari Minggu, yang artinya sekolah di liburkan.

Perlahan Tama turun dari kasur, merajut langkah mendekati pintu kamar Harsa sebelum akhirnya di buka pelan pintu itu.

Dingin. Tama dengan jelas dapat merasakan hawa dingin dari jendela dan cahaya menyilaukan yang berasal dari lampu di meja belajar.

"Sa?" Tama terkesiap begitu melihat adiknya menyusut seperti bola di ujung paling dalam di kasurnya. Selimut tebal membungkusnya, membuat Tama yakin adiknya tidak tertidur lagi tadi malam.

Mimpi buruk. Adiknya mengalami mimpi buruk lagi.

Perlahan Tama menyingkap selimut, menampakkan sosok adiknya yang meringkuk sembari membelakanginya. "Aku tahu kamu nggak tidur." Tukas Tama ketika Harsa masih enggan memberikan respon.

"Mimpi buruk lagi, ya?" Tama bertanya seraya mengambil posisi duduk di tepi kasur. Dengan perlahan menatap nanar punggung Harsa yang bergetar pelan. "Masih ingat apa yang aku bilang kalau kena mimpi buruk?"

Tangan Tama terangkat di udara dan berakhir di puncak kepala Harsa. Di usapnya pelan sembari menunggu adiknya berbicara, "Bernafas, jangan mikirin tentang mimpi buruk tadi malam. Tadi malam cuma mimpi, hasil overthinking kamu selama seharian."

Harsa terlihat bergerak untuk mengesat kelopak matanya. Berkali-kali hingga rasanya akan muncul bekas kemerahan di sana.

"Aku udah di sini. Jangan takut, ya?" Begitu Harsa masih tetap mengesat matanya, Tama segera mencegat tangan adiknya, menghentikan adiknya agar tidak mencoba melukai kelopak matanya.

"... Aku nggak bisa. Mereka datang lagi... mereka ngurung aku di ruang gelap." Suara yang terlontar itu amat bergetar. Mengundang sembilu yang mengiris-iris hati Tama.

Sejak kejadian itu, adiknya selalu saja bermimpi buruk. Sukar untuk membuat Harsa benar-benar terlelap ketika malam menjemput.

Tama beruntung bahwa dirinya masih tetap di sisi Harsa, tetap menemani setiap mimpi buruk yang menakuti adiknya hari demi hari. Tetap menemani setiap tindak-tanduk kelakuan adiknya, baik ataupun buruk. Tetap menemani sebagaimana mestinya seorang Kakak.

Tama lantas mengisi ruang di kasur, dia memiringkan tubuh dan memeluk tubuh adiknya dari belakang. "Cuma mimpi, Sa. Cuma mimpi. Aku di sini."

Suara gesekan selimut terdengar, tangan Tama kembali bergerak untuk menarik tubuh adiknya agar berbalik menghadapnya. Seusainya, hanya ada wajah kusut Harsa, manik yang memerah namun tak kunjung menampakkan linangan air mata, serta kantung mata yang kian hari membekas di wajah adiknya.

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang