20. kita mulai semuanya dari nol

569 106 161
                                    

Taufan sebagai Tama Narasatya;
dan
Halilintar sebagai Harsa Narasatya

Selain hari kemarin, hari ini juga merupakan hari yang paling tidak pernah Tama sangka di dalam hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain hari kemarin, hari ini juga merupakan hari yang paling tidak pernah Tama sangka di dalam hidupnya. Sekarang, tepat ketika dia bangun lebih awal untuk memasak sarapan, dia melihat punggung seorang wanita yang tengah sibuk berkutat dengan dapur.

Tama harus jujur bahwa dia mengalami semacam sakit kepala, tetapi tidak mungkin kan bahwa sakit kepalanya ini merambat menjadi halusinasi!?

Ada senandung kecil yang mengalun lembut. Dengan bodohnya Tama masih berdiri di depan pintu dapur selama bermenit-menit sampai akhirnya wanita itu menyadari kehadirannya,

"Pagi, sayang." Sapa Ibunya kecil.

"Mama ngapain ke sini?" Bukannya membalas, Tama justru menanyakan alasan keberadaan Kirana di tempat ini. Siapa yang tahu Kirana datang untuk menculik adiknya lagi! "Mau bawa Harsa pergi lagi?"

"Adek sama Kakak sama aja ternyata..." Sang Ibu itu mendecak pasrah, tangannya yang kaku mulai membalik telur dadar dari panci agar tidak gosong──tetapi tetap saja, telur itu menjadi gosong setengah.

"Mama kangen suasana rumah. Kangen kalian juga." Jawab Kirana dengan seadanya. Jujur tanpa berbalut kebohongan.

Tetapi baik itu Harsa ataupun Tama, mereka jarang sekali langsung percaya pada orang lain. Lantas Tama menyangkal, "Mama bohong."

"Kali ini, nggak. Mama jadi sadar waktu kamu jemput Harsa di apartemen malam itu, Mama sadar kalau kalian udah terlalu jauh. Udah jadi mandiri tanpa peran Mama."

Kirana benar-benar menyadari apa bentuk kesalahannya. Membiarkan putranya merasakan kesepian di rumah setiap hari, membiarkan putranya bak hidup tanpa orang tua, dan membiarkan putranya tumbuh karena satu sama lain, bukan karena campur tangan orang tua.

"Kami udah mandiri, jadi nggak perlu lagi bantuan Mama. Bukannya kerjaan Mama lebih penting?" Tama tetap menatap tanpa ekspresi, membuat Kirana menghembuskan nafas saking sibuknya berbicara dengan Putranya itu. Bahkan telur dadar yang dia masak telah berubah cokelat setengah.

Memang susah ya memasak itu. Sang Ibu berbalik usai meletakkan telur dadar ke atas piring, matanya langsung menatap langsung pada mata Tama.

"Mama tahu kalian udah mandiri, udah kelamaan hidup tanpa Mama... tapi kamu nggak bisa nyangkal kalau hidup kamu tetep butuh orang tua."

"Kerjaan Mama bisa di tunda sementara. Mama mau ngerawat kalian. Mama nggak mau lagi terlalu jauh dari kalian."

Meskipun berbicara selebar ini, Tama tetap saja tidak melunturkan barikadenya. Lantas ketika sang Kakak itu hendak menyanggah lagi, Harsa turun dari lantai atas, memecah atmosfer dingin di dapur.

"Pagi itu buat beraktivitas, Tama. Bukan buat debat sama Mama." Ucap Harsa pelan, matanya yang masih mamai itu berkali-kali melontarkan tatapan sinis pada Tama. "Mama mau perbaiki kesalahannya di masa lalu. Biarin Mama nebus kesalahan Mama." Lanjut Harsa.

[✓] Derana : I Lost My Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang