Heeseung's POV
Mungkin sehari setelah kejadian gila itu gue masih bisa sembunyi, gue nggak perlu ketemu siapapun. Gue cuma perlu kerja terus balik ke rumah dan nggak keluar kamar lagi buat menghindari Jake dan anak-anak lainnya. Walaupun Jake beberapa kali maksa mau ngomong sama gue, cuma nggak dulu aja. Gue belum siap kena amukan si Jake karena udah berani cium orang kesayangannya di depan umum begitu. Mental gue masih lemah banget buat diajak debat.
Sunoo juga bagusnya nggak maksa minta ngomong sama gue, gue jarang hampir nggak liat dia seharian di rumah dari sebelum gue kerja sampai pulang kerja. Anaknya pasti marah banget gue cium dia di depan pacarnya begitu. Walaupun dia dalam keadaan mabuk juga saat itu bukan berarti juga gue pantas cium dia depan umum begitu kan ? Walaupun alasan gue demi nggak ada keributan malam itu. Ah, siapa yang peduli alasan gue. Nggak ada alasan untuk membenarkan kelakuan gue malam itu.
Dan hari yang paling ditakutkan muncul. Hari senin. Hari gue mau nggak mau harus melihat dan mendengar orang-orang di kampus gue menjadikan gue pusat gibah mereka. I hate all their attention. Tatapan-tatapan aneh gue terima dari pertama gue parkirkan motor di kampus sampai gue duduk di kelas. Yang tiap gue tatap balik orang-orangnya cuma senyum terus pergi. Sumpah ini buat gue stress.
Tapi ketika gue taruh full attention pada omongan orang-orang sekeliling gue, gue lebih banyak dengar nama Sunoo yang disebut dibanding nama gue.
"Heeseung."
Suara Karina menarik perhatian gue. Cewek manis itu berlari ke arah gue, rambut panjangnya yang tergerai mengikuti gerak langkahnya.
"Mau ke kantin apa ke perpus ?" Tanyanya begitu di depan gue.
"Ke kantin kayaknya."
"Ya udah gue temenin, gue juga mau ke kantin."
Gue mengangguk saja. Gue lirik sekilas Karina yang jalan dengan cueknya di sebelah gue, mengabaikan tatapan seisi kampus ke gue.
"Jangan dipedulikan, besok juga pada lupa." Ujar Karina tanpa menoleh. Gue akui cewek ini mentalnya luar biasa.
Gue sama Karina sampai di kantin. Yang namanya kantin nggak mungkin sepi kan, bahkan di jam kuliahpun kadang memang ramai. Jadi begitu gue masuk ke kantin semua mata kayak tertuju ke gue. Gue abaikan. Gue paksa untuk abaikan walaupun rasanya nggak nyaman banget.
"Duduk sana." Karina tarik gue ke salah satu meja kosong yang letaknya paling ujung di pinggir. "Lo mau pesen apa biar gue yang pesenin."
"Omurice aja."
"Oke. Minumnya ?"
"Air mineral aja."
"Oke. Lo tunggu ya."
Lalu Karina pergi. Apa dia nggak risih sama gue setelah kejadian malam itu ? Apa jangan-jangan dia ngajak gue ke kantin bareng mau bahas kejadian waktu itu ?
Tak berapa lama Karina muncul lagi dengan nampan berisi makanan yang gue pesan. Dia sodorkan makan punya gue lalu mengambil miliknya. Gue mulai menyuap makanan gue begitu juga Karina. Nggak ada yang bicara dan rasanya canggung banget.
"Lo ngajak ke kantin bareng ada yang mau ditanyain kan ?"
Karina angkat kepalanya dan pandang gue. "Uh ? Nggak ada. Emang mau ke kantin bareng aja."
Gue miringkan kepala, mencoba menyelidiki kejujuran Karina. "Bukan karena mau konfirmasi kejadian malam itu ?"
"Buat apa ?" Karina tertawa kecil. "Lagian itu cuma game kan ? Ngapain di anggap serius. Kalo malam itu dare-nya jatuh di gue, terus gue cium lo anak-anak juga pasti pada heboh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Color Brush | Heesun / Heenoo [END]
FanfictionLee Heeseung yang nggak suka pagi, nggak suka perubahan, yang hidupnya monoton antara rumah, kerja, kampus, kini harus tinggal seatap dengan anak berambut pink yang sifatnya kayak petasan, suka meledak-ledak, yang mulutnya kasar banget, yang sikapny...