Suara deru mesin mobil terdengar di halaman depan rumah diikuti suara rame-rame orang ngobrol. Ini pasti tamu yang bunda maksud. Gue yang masih muka bantal, koloran, sama pakai kaos kutang doang, keluar kamar. Ngapain mandi kan yang ngekos cowok semua.
Gue buka pintu dengan malas dan yang lebih malas lagi, matahari pagi langsung nyambut tepat depan mata gue. Benci banget gue.
"Woooi my bro."
Lagi silau begitu tiba-tiba gue di rangkul, mana wangi banget ini laki. Gue halau sinar matahari dengan tangan dan samar-samar gue bisa lihat si oknum yang peluk-peluk gue sembarangan. Itu Jake, teman seangkatan gue.
"Ngapain lo ?" Gue dorong Jake jauh-jauh. Bukan nggak suka, tapi gue minder masih bau iler.
"Lho bunda nggak bilang ?"
"Bilang apa ?"
"Gue ngekos di tempat lo bro." Jake tersenyum lebar.
"Huh ?" Makin bingung gue. Apa lagi ini ?
"Dah ah jangan hah hoh hah hoh, mulut lo bau jigong. Hahaha." Jake tertawa puas. Pengen gue gampar.
"Nih kenalin curut-curut gue."
"Ih apaan sih Kak Jake masak kita dibilang curut ? Lo noh bapaknya curut."
Ketawa gue dengernya. Jake pukul lengan gue, mukanya masam.
"Masuk." Gue geser dikit tubuh gue dan mempersilahkan calon-calon penghuni baru rumah gue masuk.
Satu per satu masuk. Pertama Jake yang cuma bawa ransel hitam. Kedua nggak tau siapa, tapi mukanya imut banget matanya kayak kucing, senyumnya bikin tambah gemes. Dia bawa koper kuning yang banyak sticker pokemonnya. Yang ketiga, tinggi banget. Lebih tinggi dari gue malah. Garis mukanya tegas banget, tapi pas dia senyum keliatan ramah dikit. Ada tahi lalat kecil di bawah bibirnya. Kayaknya anaknya baik asal nggak di ganggu aja. Dia bawa koper hitam dengan stiker anime. Wah, wibu nih.
Yang terakhir, bikin gue rada kaget. Cantik banget padahal laki dan dia paling wangi. Rambutnya pink kayak gula-gula, pipinya chubby dengan kacamata bulat bertengger di hidung mancungnya, dan pas dia lewat aroma buah dan bunga yang manis langsung tercium. Candu banget.
"Pagi kak."
Gila senyumnya silau banget, mata gue sakit. Apa nggak minder matahari pagi ini.
"Sunoo, buruan sini. Lama bener. Makanya bawa koper jangan segede lemari gitu. Yang repot lo juga."
Gue lirik kopernya yang memang gede banget, hampir setinggi pinggangnya. Ini uda koper paling gede maksimal sedunia kayaknya. Dia aja susah banget nariknya. Mana warnanya jreng banget, hijau tosca dengan sticker heart dimana-mana.
Dia kemudian duduk di samping anak bermata kucing. Gue duduk di sofa seberang Jake, sebelah si cowok berambut pink berkacamata bulat.
"Jadi gini...."
"Gue dulu bro yang ngenalin mereka." potong Jake. "Jadi ini Nishimura Niki lo bisa panggil dia Niki." Jake tepuk pundak si anak jangkung yang duduk di sebelahnya. "Dia sepupu gue dari Jepang." Si Niki senyum kecil ke arah gue yang gue bales juga.
"Kalo ini Yang Jungwon, itu yang rambutnya kayak gula-gula kapas namanya Kim Sunoo. Keduanya temannya Niki." Gue pandang gantian anak-anak itu yang senyum ke gue. Gue senyumin balik ala kadarnya.
"Kalo gue si ganteng Jake. Lo kenal lah, secara tiap hari ketemu gue di kampus." Jake nyengir lebar. Gue cuma putar mata, capek banget sama kelakuan Jake ikutan ngekos di tempat gue, udah tiap kuliah lihat dia sekarang harus lihat dia lagi tiap bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Color Brush | Heesun / Heenoo [END]
Fiksi PenggemarLee Heeseung yang nggak suka pagi, nggak suka perubahan, yang hidupnya monoton antara rumah, kerja, kampus, kini harus tinggal seatap dengan anak berambut pink yang sifatnya kayak petasan, suka meledak-ledak, yang mulutnya kasar banget, yang sikapny...