Bab 11. curiga

102 4 1
                                    


...........

Verona berjalan ke rooftop setelah dia selesai dengan Saskia, Dipta yang di suruh menyelidiki meminta Verona untuk menyusul ke rooftop tempat dia berada sekarang, tidak butuh waktu lama Verona pun sampai di rooftop dan dapat dia lihat Dipta sedang berdiri disana sambil memegang sebuah baju seragam yang dapat di pastikan itu milik Saskia karna ada nama nya.

"Ini seragam dia kan?" tanya Dipta pada Verona yang langsung mendapatkan balasan anggukkan dari Verona.

"Cuma seragam?" tanya Verona.

"Iya. mungkin pelaku nya cabul jadi pakaian dalam nya dia bawah pulang buat oleh oleh," jawab Dipta dengan raut wajah jijik.

"Cih. Menjijikan!" perhatian kedua nya teralihkan pada seseorang yang baru saja datang dengan raut wajah datar.

"Wah ada ketua Osis disini," ucap Verona dengan nada agak sinis.

Pandu Erlangga di sapa Pandu dari kelas 12 IPA B dia ketua Osis di sma Bimantara, memiliki paras tampan dan menawan, sifat nya tegas, bijak, pintar dan sangat dermawan, itu lah dia Pandu.

"Kasus baru kalian?" tanya Pandu.

"Benar. padahal baru aja gua mau laporan, eh udah ada orang nya," ujar Verona yang tidak butuh lagi laporan ke ruangan Osis karna sekarang Pandu sudah ada disana.

"Dia korban preman sekolah?" tanya Pandu.

"Maybe. belum dapat di pastikan kalau ini kasus preman sekolah," jawab Verona.

"Gua tunggu hasil nya. gua harap ini kasus dia juga, agar hukuman nya bertambah berat," ucap Pandu kemudian melangkah pergi dari sana.

"Sial! Dia mencurigakan," seru Verona di tutup seringai nya.

"Ini di apain?" tanya Dipta.

"Makan. ya bawalah!" cetus Verona.

Dipta pun membawa baju seragam milik Saskia, kedua nya berjalan bersama turun dari rooftop, Verona merasa ada hal yang aneh karna di saat dia naik tangga ke rooftop tadi tidak ada orang sama sekali.

Lift sekolah cuma sampai lantai delapan saja, untuk ke rooftop mereka harus jalan kaki pakai tangga untuk sampai ke rooftop, namun aneh nya sepanjang perjalanan ke rooftop dari lantai tiga sampai rooftop, Verona sama sekali tidak bertemu dengan Pandu, namun tiba tiba saja Pandu muncul dalam waktu lihat menit saja setelah Verona sampai di rooftop.

Seharus nya butuh waktu lebih dari itu untuk ke rooftop dari lantai tiga, kalau Pandu pakai tangga juga butuh waktu lebih lama lagi.

"Dipta! tadi pas lo sampai rooftop ada orang lain selain lo nggak?" tanya Verona.

"Nggak ada. cuma gua aja terus gua nemu baju seragam sekolah ini sudah ada disana," jawab Dipta.

"Yakin?" seru Verona ragu.

"Heem sebenarnya tadi sebelum naik tangga ke rooftop, gua kayak sempat dengar ada langkah kaki orang turun dari rooftop, tapi pas gua sampai rooftop nggak ada orang," jawab Dipta agak ragu dengan pendengaran nya.

"Mungkin dia turun sebelum lo datang, setelah itu dia muncul lagi seolah olah baru aja datang," celetuk Verona membuat Dipta kebingungan.

"Maksud lo apa?" bingung Dipta.

"Nanti juga lo bakal ngerti maksud gua."

...................

Di jam istirahat Verona datang ke kelas seperti biasa karna dia kali ini ingin bertemu dengan seseorang yang selalu saja berdiam diri di kelas, sudah ratusan kali Verona mengajak nya keluar tapi dia enggan pergi dari sana.

"Hai Samudra!" sapa Verona dengan senyuman nya.

"Ini buat lo sesuai janji gua, gua beliin tiga bungkus kripik kentang buat lo," ujar Verona sambil meletakan sekantong kresek di atas meja Samudra.

Samudra menghela nafas panjang kemudian dia mengalihkan pandangan nya dari buku yang sedang dia baca, Verona heran mengapa Samudra sangat suka baca buku setiap jam istirahat.

"Makasih," ucap Samudra dengan nada dingin nya.

"Kenapa setiap jam istirahat lo di kelas muluk? Lo nggak bosan? Kalau lo mau ke suatu tempat bilang aja nanti gua antar," ujar Verona sambil mengunyah permen karet di dalam mulut nya.

"Makasih. gua lebih suka di kelas," jawab Samudra.

"Sam! Kita pernah bertemu?" tanya Verona membuat pandangan laki laki itu langsung tertarik ke mata Verona.

"Nggak." Samudra yakin dia tidak pernah bertemu dengan Verona sebelum masuk sekolah.

Namun dari sisi Verona rasa dia pernah bertemu dengan Samudra sebelum nya, wajah laki laki itu tidak asing namun seingat dia yang lemah dia temui laki laki itu berjalan melewati nya namun sekarang Samudra dalam keadaan lumpuh.

"Mungkin perasaan gua aja. lo mau jadi teman gua?" tawar Verona yang ingin tambah teman, Verona bosan teman nya itu saja.

"Nggak."

Verona menghela nafas panjang, berbicara dengan laki laki sedingin Samudra adalah hal yang paling sulit, Verona harus bisa mengubah kesabaran nya yang setipis tisu menjadi setebal buku.

"Kenapa nggak mau? lo nggak butuh teman?" tanya Verona.

"Nggak." hanya itu lah yang di jawab Samudra dengan wajah datar nya, Verona kembali menghela nafas panjang dia harus sabar.

Di detik itu perhatian Verona teralihkan pada lengan Samudra yang terdapat bekas memar, memar itu seperti bekas pukulan benda panjang.

"Tangan lo kenapa?" tanya Verona hendak menyentuh tangan kanan Samudra namun Samudra segera menarik tangan nya.

"Nggak papa," balas Samudra.

"Itu memar Samudra. lo masih bilang nggak papa?" ujar Verona dengan tatapan khawatir.

"Iya nggak papa. lo nggak usah peduli sama gua, gua nggak pantas temanan sama lo, lebih baik lo pergi. jauhi gua," ucap Samudra.

"Gua nggak mau pergi," saut Verona.

"Lo nggak malu temenan sama gua? Semua orang pasti mengejek lo juga karna gua," tanya Samudra dengan nada rendah, dia menundukkan kepala nya.

Verona perlahan mengangkat dagu Samudra, pandangan kedua nya saling terkunci satu sama lain, Verona menarik nafas panjang kemudian dia tersenyum tipis pada Samudra.

"Gua nggak peduli."

................

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang