Bab 15. ingin bahagia

113 6 0
                                    

.........

Brak!

Brak!

Suara tendangan pintu rumah terdengar jelas, Verona yang tengah rebahan di depan sofa depan TV pun mau tidak mau membukakan pintu untuk tamu paling tidak sopan.

"Lo punya tangan kan?" ucap Verona sambil membuka pintu, dan dia dapat melihat dengan jelas siapa tamu yang sangat tidak sopan.

"Lo babak belur lagi? preman mana lagi yang lo ajak duet?" tanya Verona sambil memijat kening nya pusing.

"Gua boleh numpang di rumah lo sampai besok pagi?" tanya Gendis dengan nada memelas.

"Lo udah minta izin orang tua lo nginep di rumah gua?" tanya Verona karna dia tahu pasti Gendis kabur lagi dari rumah nya.

"Gua nggak perlu izin mereka, mereka nggak akan peduli sekalipun gua mati," jawab Gendis.

"Yaudah masuk!" saut Verona mempersilakan sahabat baik nya masuk ke dalam rumah nya.

Gendis selalu kabur ke rumah nya setiap kali dia habis berantem dengan kedua orang tua nya, mungkin Gendis sudah lelah dengan keluarga nya, Gendis ingin kabur dari sana dan mencari tempat terbaik untuk tinggal yaitu di rumah Verona.

Verona tidak keberatan Gendis datang ke rumah nya untuk mencari tempat singgah memenangkan pikiran nya, namun terkadang gadis itu suka sekali membuat ibu nya khawatir.

"Kalau nyokap lo cari gua bilang lo nginep di sini ya!" ucap Verona.

"Terserah!" balas Gendis kemudian menjatuhkan tubuh nya di atas sofa panjang depan TV.

"Sebelum tidur lo obati dulu lebam di muka lo itu! kotak obat nya ada di lemari sana, kalau nggak bisa ngobatin luka lo sendiri minta bantuan Mama, gua juga nggak bisa heheheh!" ucap Verona yang memang sulit mengobati luka orang lain atau bahkan diri nya sendiri, Verona hanya bisa membuat luka namun tidak dapat mengobati nya.

"Ok! Makasih lo masih peduli sama orang nggak punya semangat hidup lagi kayak gua!" balas Gendis.

"Cih. jadi orang harus sabar jangan putus asa muluk! awas aja kalau lo coba bunuh diri lagi gua bunuh lo," ucap Verona yang mengancam Gendis.

"Sial!" umpat Gendis kesal.

"Jangan tidur tolol! kita makan dulu!" ujar Verona.

Verona pergi ke dapur dia mengambil dia gelas minuman dan makanan cepat saji, saat ini Linda sedang tidak masak karna sibuk di toko bunga, jadi Verona yang baru pulang sekolah juga lapar memilih memesan makanan cepat saji, tapi tadi dia lupa makan karna sibuk nonton drakor nya yang belum selesai.

"Nih ada makanan sama minuman, kita makan bareng, gua juga belum makan tadi hehehehe!" ucap Verona meletakan semua makanan dan minuman di atas meja ruangan keluarga.

Gendis dengan mata sembab akhir nya bangun dan mereka berdua pun makan bersama sambil nonton drakor, jujur Verona merasa kasihan dengan nasib Gendis namun sebagai sahabat Verona tidak bisa bantu banyak.

"Verona! nyokap lo belum masak ya?" tanya Gendis.

"Hooh! Mama sibuk di toko bunga dari tadi pagi, jadi pas kebetulan gua juga pengen makan pizza, hamburger, dan kentang goreng!" jawab Verona yang senang, karna jarang sekali dia makan makanan cepat sakit sebab di larang Linda.

"Kapan ya hidup gua seenak hidup lo?" tanya Gendis dengan raut wajah aneh.

Pak!

Verona terdiam sesaat karna  pertanyakan sahabat nya sangat sulit untuk di jawab cepat, namun detik itu juga Verona melayangkan pukulan kecil di jidat Gendis.

"Jangan ngomong gitu! hidup seseorang udah di atur sama Tuhan! lo harus bisa lewati apapun masalah di hidup lo, jangan gampang putus asa dong!" ucap Verona bijak.

"Kalau gua mati. gua bisa dapat kehidupan baru dan keluarga baru?" tanya Gendis.

"Kalau lo mati bunuh diri. lo bakal jadi kuntilanak gentayangan, dan lo nggak mendapatkan hidup baru yang lo inginkan, nggak usah mikir aneh aneh deh! gua bakal selalu berusaha bantu lo sebisa gua," tegur Verona yang tidak ingin Gendis berusaha ingin mati lagi dengan cara bunuh diri.

Gendis tersenyum tipis kemudian dia kembali makan.

"Asal lo tahu. setiap orang yang terlihat bahagia pasti juga punya masalah, bukan hanya lo. Jadi lo jangan putus asa terus, cobalah jalani semua masalah dengan tenang, anggap dunia ini sedang memberikan lo ujian kesabaran," beritahu Verona dengan bijak seperti ini akibat dia nonton mama dede.

Gendis tertawa kecil karna sering kali Verona memberikan nya semangat seperti ini, namun dia selalu saja mengabaikan ceramah anak Verona, Verona tahu hidup Gendis berat namun dia harus berusaha hadapi semua masalah di hidup nya.
"Hidup gua berat. tapi gua berhasil lewati masalah masalah di hidup gua, dan mungkin ini imbalan nya," ucap Verona dengan nada santai.

..........

Flashback.......

Bugh!

Bugh!

Argh!

Terlihat seorang gadis kecil di dorong menghantam dinding dengan keras sampai kepala nya berdarah, gadis kecil itu tidak di dorong saja tapi kepala nya juga di benturkan berkali kaki ke tembok oleh beberapa anak seusia nya.

"Ini akibat karna lo udah berani melawan kita!"

"Mampus!"

"Lo sama adik lo yang cacat itu nggak pantas hidup!!"

"Aaarggg!! Jaga ucapan lo!" marah gadis kecil itu yang tidak lain adalah Verona yang masih duduk di bangku smp.

Verona bangkit dengan rasa marah karna melihat Kenzo yang babak belur di pukuli oleh musuh satu sekolah nya, Verona juga sudah tidak kuat bangkit lagi melawan mereka yang jauh lebih banyak di banding dia dan Kenzo yang hanya berdua saja.

Bugh!

"Berani lo lawan kita lagi?" salah satu dari siswa itu menarik rambut Verona namun dengan cepat Verona menendang perut nya.

"Sial hajar dia!"

Mereka mulai mengeroyok Verona lagi, Verona merasa mulai kehilangan kesadaran nya namun dia tetap berusaha melawan mereka semua, walau dia juga kembali mendapatkan  pukulan.

"Pergi kalian semua dasar bajingan!" usir Verona dengan nada lantang nya.

Para siswa nakal itu pun pergi dari sana, mereka semua terpaksa mundur karna Verona membuat salah satu teman mereka terluka parah, dan Verona sendiri juga sudah terluka parah, mereka takut kalau Verona mati mereka akan kena masalah.

"Kenzo!" panggil Verona dengan tubuh sempoyongan dia berjalan menghampiri Kenzo yang sudah lemas karna di pukuli oleh siswa nakal tadi.

"Kita pulang yuk!"

............

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang