Bab 14. semua hancur

111 4 0
                                    

..........

Brak!!

Samudra yang sedang sibuk di meja belajar nya terkejut saat seseorang menendang pintu nya dari luar, padahal pintu itu tidak di kunci oleh Samudra dari dalam, dan pelaku nya yang mending pintu kamar Samudra adalah Dira.

Bugh!

Bugh!

Argh!

Dira yang datang dengan wajah marah langsung memberikan dia pukulan ke perut Samudra, Samudra merintih kesakitan karna dua pukulan Dira yang sangat keras.

"Aargh! Sa-sakit Dira!" rintih Samudra menahan rasa sakit.

"Itu akibat karna lo nggk becus ngerjain tugas sekolah gua. gara gara lo nggak becus banyak jawaban yang salah!" marah Dira.

"Gu-gua udah berusaha kerjain dengan benar, maaf!" ucap Samudra dengan nada terbatas bata.

"Dengan benar? benar dari mana nya? hampir semua jawaban nya salah bego!" Saut Dira dengan nada membentak.

Samudra yakin kalau dia sudah pastikan banyak jawaban yang benar, walau pengerjaan nya hanya satu hari, Samudra sudah pastikan hal itu, namun kini Dira marah karna banyak jawaban yang salah.

"Ma-maaf!" ucap Samudra dengan menundukkan kepala nya sambil memegang perut nya yang terasa nyeri karna pukulan Dira.

"Maaf nggak akan buat nilai tugas gua bagus! dasar nggak berguna!" bentak Dira dengan nada keras.

Plak!

Dira memberikan satu tamparan ke pipi Samudra, Samudra tidak bisa membalas perbuatan Dira karna diri nya saat ini tidak sanggup melawan Dira, kalaupun melawan dia akan berakhir di kurung di gudang dengan wajah babak belur.

"Dira! gua janji bakal berusaha lebih giat lagi," ucap Samudra pelan.

Dira menarik rambut Samudra kemudian dia tatapan mata Samudra dengan tajam, "Awas aja sampai lo ulangi kesalahan yang sama. gua habisi lo."

Brugk!

Aargh!

Dira mendorong Samudra jatuh dari kursi roda, seketika tubuh Samudra pun menghantam lantai dengan sangat keras, namun Dira tampak puas melihat Samudra kesakitan.

"To-tolong Dira!" pinta Samudra dengan suara pelan.

Dira menarik kunci kamar Samudra, kemudian dia mengunci kamar Samudra dari luar.

"Dira! Jangan di kunci!" ucap Samudra memohon namun tidak ada balasan dari Dira.

Samudra yang sudah tidak dapat menahan rasa sakit pun menangis, dia mengeluarkan air mata nya perlahan sambil berusaha bangun, kepala nya terasa sangat sakit karna terbentur tadi, namun dia harus tetap kuat bangun.

"Hiks.."

Samudra dengan susah payah menyesot ke arah tempat tidur nya, kemudian dia bersandar di pinggir tempat tidur, Samudra mengusap air mata nya.

Dreet!

Samudra mengambil HP nya yang bergetar dari dalam saku celana nya, Samudra terkejut melihat siapa yang baru saja menelfon nya.

"Dia menghubungi gua lagi? dia akan kembali?" tanya Samudra kemudian dia segera mengangkat telfon itu.

"Samudra! gua mau putus sama lo, maaf gua nggak bisa sama lo lagi, terima kasih udah selamatkan gua."

Tut!

"Zera! Zera! Tunggu dulu gua bisa jelasin semua nya!" ujar Samudra memohon namun sayang nya panggilan telfon itu sudah terputus.

Samudra terus berusaha menelfon nomor seorang gadis bernama Zera, dia adalah kekasih Samudra yang sangat dia cintai, namun kini gadis itu memilih untuk putus dengan nya, hal ini pasti akan terjadi kepada Samudra.

"Zera! tolong beri gua kesempatan!" mohon Samudra terus menelfon Zera namun tidak di angkat oleh Zera.

"Gua udah pertaruhkan nyawa gua buat selamatkan lo, kehidupan gua hancur gara gara lo, sekarang ini balasan lo sama gua?" ucap Samudra mengepal kan telapak tangan nya dan detik itu juga air mata nya mengalir deras.

"Sekarang lo pergi tinggalin gua sendiri dengan semua penderitaan ini! lo bilang lo akan terus sama gua tapi sekarang lo berubah!" marah Samudra.

"Gua benci hidup seperti ini! lebih baik gua mati!"

...............

Brak!

Bugh!

Suara pertengkaran dan barang barang yang di lemparkan terdengar jelas dari sebuah rumah sederhana, rumah itu adalah rumah seseorang gadis yang sedang duduk di depan rumah dengan wajah babak belur.

"Dasar suami bajingan! Sampai kapan kamu akan menganggur? kamu pikir anak dan istri mu tidak butuh uang?" pekik seorang wanita dengan nada tinggi kepada seorang laki laki di depan nya.

Brak!!!

Bugh!

Plak!

Beberapa pukulan dan tamparan dari seorang laki laki itu kepada seorang wanita yang tidak lain adalah istri nya sendiri, laki laki itu membanting beberapa barang juga ke lantai dan ke melemparkan ke tubuh istri nya.

"Kamu pikir cari kerja itu gampang? sudah lama aku di phk! sampai sekarang aku belum dapat kerjaan bodoh! Kalau kamu butuh uang? kerja saja sendiri!" ujar laki laki itu kemudian melangkah keluar dari rumah.

"Sudah selesai?" tanya gadis yang menunggu di depan rumah.

"Kenapa wajah mu Gendis?" tanya laki laki itu yang tidak lain adalah Ayah Gendis yang bernama Jono.

"Bukan urusan Ayah," jawab Gendis sinis.

"Dasar anak nakal! sampai kapan kamu terus seperti ini? bisa rusak masa depan mu!" ucap Jono marah pada Gendis.

"Gendis seperti ini karna Gendis sudah muak hidup sama kalian! mungkin lebih baik Gendis jadi yatim piatu saja!" ucap Gendis di tutup seringai nya.

Plak!

Satu tamparan melesat ke pipi Gendis dan pelaku nya adalah Jono.

"Jaga ucapan mu! tidak usah ikut campur masalah orang tua. kamu cukup fokus sekolah!" marah Jono.

"Fokus Sekolah? Gendis nggak bisa fokus sekolah kalau setiap pulang sekolah Gendis melihat kalian bertengkar terus! Ibu babak belur! rumah berantakan! Ayah marah marah dan pergi begitu saja!" ujar Gendis dengan nada tinggi sampai air mata nya ikut menetes.

Jono melangkah pergi dari sana tampa pedulikan Gendis, Gendis mengepalkan telapak tangan nya, kemudian dia urungkan niat nya untuk membuka pintu rumah, dari dalam dapat Gendis dengar suara tangisan Ibu nya.

"Gendis! maaf hari ini kita tidak bisa makan lagi nak! Ibu tidak punya uang buat beli makanan!" ujar Wanita dari dalam rumah dengan suara serak, wanita itu adalah ibu Gendis yang bernama Melati.

Gendis menghapus air matanya kemudian dia ambil tas nya, Gendis melangkah pergi dari sana meninggalkan rumah yang di anggap sebagai neraka.

"Sampai kapan hidup gua seperti ini? gua udah muak!"

...........

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang