Bab 22. Kita bukan Saudara

104 8 4
                                    


Selama pertandingan basket berlangsung di kelas terlihat hanya samudra yang sedang duduk seorang diri dengan setumpuk buku di atas meja, Samudra terlihat panik itu karna di sekolah nya sekarang banyak murid dari sekolah lama nya.

Kalau sampai ada yang melihat Samudra pasti mereka akan tahu kalau selama ini Samudra pindah sekolah ke sma Bimantara.

"Kalau mereka sampai tau gua sekolah disini bukan pindah ke luar negeri. pasti mereka akan mengadu ke Dira, kalau Dira tahu gua bisa kena masalah di rumah," ucap Samudra panik.

Alasan kenapa Samudra keluar dari sekolah lama nya adalah pindah ke luar negeri dan bersekolah di sana menemani Papa nya yang sedang bekerja di sana, hal itu di lakukan agar tidak ada menemui Samudra lagi.

Dan selain itu pasti keluarga nya juga tidak akan malu lagi, namun hal itu tentu saja membuat Samudra merasa tertekan, tetapi demi keluarga nya dia rela di hilangkan dari semua orang, lebih baik seperti itu dari pada dia membuat keluarga nya malu dan dia akan di buang oleh keluarga nya.

"Semoga nggak ada yang tau kalau gua pindah ke sekolah ini," ucap Samudra berdoa.

Brak!

Pintu kelas yang tertutup rapat di tendang oleh seseorang, dan berapa tekrjut nya Samudra mengetahui siapa pelaku nya.

"Dira!"

Dira kembali menutup pintu kelas, kemudian dia melangkah mendekati Samudra yang mulai ketakutan, Dira terlihat sangat marah padanya.

Bugh!

Argh!

Dira melayangkan satu pukulan ke wajah Samudra.

"Lo bilang ke teman sekalas lo kalau lo mantan murid sma Wijaya?" tanya Dira dengan nada marah nya.

"Nggak. gua nggak pernah bilang siapapun," saut Samudra.

"Mereka tau kalau lo mantan murid sma Wijaya! kalau sampai gua kena masalah karna lo? gua habisi lo," ucap Dira dengan nada marah.

Samudra hanya bisa diam saat itu dia tidak berani mengeluarkan kata kata lagi, Samudra tidak pernah memberi tahu siapapun kalau dia mantan murid sma Wijaya, namun hal ini sudah dia duga kalau rahasia ini tidak akan pernah bisa di sembunyikan lama, pasti semua akan tahu.

"Lo tau kan? kalau sampai satu sekolah gua ngehina gua gara gara lo? lo bakal di buang sama Papa dan Mama," ucap Dira sambil mengakhiri dengan senyuman sinis nya.

"Maaf."

Bugh!

"Maaf nggak akan selesaikan semua masalah!" bentak Dira setelah memberikan bogemam pagi ke wajah Samudra.

Samudra merasa kesakitan bukan hanya fisik saja namun juga hati nya, Samudra merasa sangat sakit hati dengan perbuatan Dira, namun Samudra sama sekali tidak bisa berbuat apapun selain pasrah dan menerima.

"Gua dengar lo dekat sama cewek di kelas ini? gua ingetin sekali lagi, lo harus sadar diri kalau sampai lo mati pun nggak akan ada cewek yang mau sama lo," ucap Dira dengan di tutup tawa kecil nya.

"Di-dia cuma teman gua," jawab Samudra.

"Gua yakin dia pasti jadikan lo teman, cuma buat manfaat kan lo aja. Karna lo bodoh dan cacat! Hahahahaha!" ucap Dira lalu menertawakan Samudra.

"Aargh!"

Dira mencengkram kuat leher Samudra membuat Samudra merintih kesakitan, namun Dira dngan cepat membungkam mulut Samudra.

"Lo harus mati. lo nggak pantas hidup di dunia ini! gua nggak mau punya saudara cacat," ucap Dira berbisik di telinga Samudra.

Clek!

"Lo kalau mau bunuh orang jangan di sini. di rooftop aja," ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam kelas mengejutkan Dira.

"Aargh!"

Samudra terlihat sangat kesaktian, dia hampir saja mati kehabisan nafas karna Dira mencekik leher nya sangat kuat, Samudra tidak menyangka kalau Dira benar ingin membunuh nya.

"Siapa lo?" tanya Dira kepada seseorang gadis yang baru saja masuk ke dalam kelas.

"Verona!"

Verona menutup kembali pintu kelas kemudia dia melangkah mendekati Dira, terlihat Dira sangat marah dan begitupun sebaliknya nya dengan Verona yang sudah ingin melepaskan amarah nya.

Dira melayangkan satu pukulan ke arah Verona namun pukulan itu dengan mudah di tahan oleh Verona.

"Lo mau bunuh orang kan? sini gua ajarin cara nya," ucap Verona.

Bugh!

Bugh!

Verona memberikan dia pukulan ke perut dan wajah Dira, dengan mudah Verona membuat gadis itu tumbang je lantai.

"Cukup Verona!" tegas Samudra yang menghentikan Verona yang baru saja mau menginjak punggung Dira.

"Why? saudara lo udah nyakitin lo. lo nggak bisa balas dia kan? yaudah gua wakilin aja," jawab Verona dengan nada santai.

"Jangan." Verona menarik nafas panjang, dengan terpaksa dia urungka  niat nya memberi pelajaran untuk Dira.

"Gua bakal balas kalian berdua," ucap Dira yang pasti sangat marah pada Samudra dan Verona.

"Lo kalau balas sama gua aja. karna gua yang hajar lo bukan Samudra," ucap Verona kemudian dia menarik rambut Dira untuk memaksa gadis itu berdiri di hadapan nya.

Aargh!

"Kalau sampai lo balas ke Samudra. gua bisa aja kasih tau satu sekolah ini kalau saudara Samudra adalah seorang persikopat hahahah," ucap Verona dengan di tutup tawa nakal nya.

"Lepasin gua!" pinta Dira kesakitan.

"Lo tau kan maksdu gua apa? kalau sampai di lo sakiti Samudra lagi? gua bakal kasih hukuman paling berat buat lo," ucap Verona dengan ancaman nya yang tidak pernah main main.

"Cih! Eh jalang! asal lo tau gua anak keluarga Arganta. keluarga kaya raya di kota ini! gua bisa hancurin hidup lo sampai lo jadi gelandang," ucap Dira mengancam membawa nama keluarga nya.

Verona yang mengedengar itu melepaskan tarikan nya, lalu dia dapat melihat dengan jelas Dira tertawa senang.

"Hahahahahaha!" tawa Dira.

"Hahahaha!!" namun detik itu juga Verona ikut tertawa seperti seseorang yang baru saja membodohi orang bodoh lain.

"Ok. lo dari keluarga Arganta. gua dari Keluarga Azendra!" ucap Verona langsung membuat mata Dira terbelalak kaget.

"Azendra?"

"Keluarga lo masih di bawah keluarga gua. jadi nggak usah sombong pak you!" cetus Verona berbisik di telinga Dira.

"Nggak mungkin!" pekik Dira.

"Verona Levazera Azendra. putri dari pemilik sma Wijaya dan Bimantara," ucap Verona dengan nada santai sambil di akhiri tawa kecil.

"Nggak mungkin lo anak pemilik sma Wijaya!!!" panik Dira.

"Lo mau keluar dari sma Wijaya kapan?" tanya Verona.

.............

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang