........Di sebuah sore yang tenang, matahari mulai bersembunyi di balik awan, sinarnya yang lembut menyinari taman rumah sakit. Samudra duduk di kursi roda yang didorong oleh Verona. Mereka berdua menikmati kehangatan sinar matahari yang meresap ke kulit, meskipun hati mereka terasa dingin oleh kenyataan yang harus mereka hadapi.
"Gua suka banget taman ini," ucap Samudra sambil memandangi bunga-bunga yang sedang mekar di sekitarnya. "Di sini, gua bisa merasa sedikit lebih bebas, kayak nggak ada yang salah sama tubuh gua."
Verona tersenyum lembut di belakangnya. "Gua juga suka taman ini. Rasanya damai, ya? Gua senang lo bisa nikmatin waktu di sini."
Samudra menoleh ke belakang, menatap Verona dengan senyum tipis. 'Kita duduk di bangku itu yuk," katanya sambil menunjuk sebuah bangku kayu di bawah pohon rindang, tempat favorit mereka setiap kali datang ke taman ini.
Verona mendorong kursi roda Samudra menuju bangku tersebut, kemudian membantu Samudra duduk dengan hati-hati di sana. Setelah itu, dia duduk di sampingnya, menghela napas panjang sambil menikmati sejuknya angin yang berhembus pelan.
Mereka terdiam sejenak, membiarkan alam sekitar mengisi kekosongan dalam percakapan mereka. Burung-burung berkicau riang di atas pepohonan, seolah-olah tidak menyadari beban yang tengah mereka rasakan. Kehangatan sore itu seakan menutupi kegelapan yang diam-diam merayap ke dalam hati mereka.
"Verona," Samudra memecah keheningan dengan suaranya yang lembut, "gua pengen lo ingat momen ini. Biar nanti, kalau lo ke taman ini lagi, lo bisa ngerasain gua masih ada di sini, di sebelah lo."
Verona mengangguk, menahan perasaan yang mulai bergelombang dalam hatinya. "Gua akan selalu ingat, Samudra. Setiap bunga yang mekar di taman ini akan ingetin gua sama lo. Lo nggak akan pernah pergi dari hidup gua."
Samudra menatap langit yang mulai berubah warna menjadi oranye. "Gua seneng kita bisa habisin waktu bareng di sini. Ini salah satu tempat favorit gua, dan gua seneng bisa bagi ini sama lo."
Verona meraih tangan Samudra, menggenggamnya erat. "Gua juga seneng, Samudra. Gua bersyukur punya kenangan indah kayak gini sama lo."
Samudra memejamkan matanya sejenak, merasakan kehangatan tangan Verona yang menyatu dengan dinginnya kulitnya sendiri. "Gua harap lo bisa terus maju, Verona. Hidup lo masih panjang, banyak hal yang bisa lo raih. Dan gua yakin, lo bakal jadi orang yang hebat."
Verona tersenyum, meskipun air mata mulai berkumpul di sudut matanya. "Lo juga orang yang hebat, Samudra. Gua nggak akan pernah lupa semua yang lo ajarin ke gua. Gua akan terus maju, buat lo bangga."
Samudra membuka matanya kembali, menatap wajah Verona yang berusaha tegar. "Gua yakin lo bisa, Verona. Dan gua akan selalu ada di hati lo, ngelindungin lo dari jauh."
Mereka kembali terdiam, menikmati keheningan yang hangat di antara mereka. Angin sore yang sejuk membelai rambut Verona, sementara Samudra merasakan damai yang jarang ia dapatkan di hari-hari terakhirnya. Waktu seakan berhenti, memberikan mereka sekejap momen kebahagiaan di tengah segala penderitaan.
Setelah beberapa saat, Samudra berkata, "Verona, gua pengen jalan sedikit lagi sebelum kita kembali ke kamar. Mungkin ini kesempatan terakhir gua untuk nikmatin taman ini."
Verona mengangguk, lalu membantu Samudra kembali duduk di kursi roda. Dia mulai mendorongnya perlahan, menyusuri jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga indah. Mereka berjalan dalam diam, hanya ditemani suara langkah kaki dan derit kursi roda yang bergerak pelan.
Setiap sudut taman itu seakan menjadi saksi bisu dari cinta yang begitu dalam di antara mereka. Samudra mencoba menyerap setiap detail pemandangan di sekitarnya, menorehkannya dalam ingatan agar ia bisa membawanya ke mana pun ia pergi.
Ketika mereka kembali ke bangku di bawah pohon, Samudra meminta Verona untuk berhenti sejenak. "Gua harap, setiap kali lo datang ke taman ini, lo bisa duduk di bangku ini dan ngerasain gua masih ada di sini."
Verona mengangguk pelan, air matanya tak lagi bisa tertahan. "Gua janji, Samudra. Gua akan selalu datang ke sini dan ingat lo. Lo akan selalu ada di hati gua, nggak peduli sejauh apa kita terpisah."
Samudra tersenyum lembut, merasa damai dengan janji itu. "Terima kasih, Verona. Gua sayang sama lo."
"Gua juga sayang sama lo, Samudra. Selamanya."
Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, memancarkan cahaya keemasan yang menyelimuti mereka. Verona dan Samudra terdiam dalam keheningan yang penuh dengan cinta, membiarkan saat itu menjadi kenangan indah yang akan selalu terukir dalam hati mereka berdua.
Dan saat malam mulai turun, Samudra tahu bahwa waktunya semakin dekat. Namun di hatinya, dia merasa tenang, karena dia telah menghabiskan momen terakhirnya dengan orang yang paling ia cintai, di tempat yang paling berarti bagi mereka berdua.
Verona tidak ingin waktu ini berlalu sangat cepat, dengan susah payah dia mendapatkan kesempatan untuk terus bersama dengan Samudra tapi kenapa waktu berlalu sangat cepat disaat seperti ini.
Jatuh cinta itu indah tapi kenapa jatuh cinta yang gua rasakan hanya rasa takut kehilangan?
Verona sudah menyerah dengan kepergian yang akan datang namun rasa takut kehilangan masih sangat sulit dia hilangkan, harus nya dia sudah siap namun rasa nya tidak ingin hilang.
"Jika suatu hari nanti kita terlahir kan kembali. Gua harap kita bisa bersama selama nya," ucap Verona berharap.
.............
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect love [ End]
Ficção AdolescenteKisah seorang gadis bernama Verona memiliki status sebagai ketua OSIS keamanan di sekolah nya. suatu hari dia di pertemukan dengan seorang laki-laki bernama Samudra murid pindahan yang memiliki kondisi lumpuh pada kedua kaki nya. Verona dan Samudra...