Bab 09. Strong Girl

100 4 1
                                    

.........

Pagi itu Verona berangkat sekolah dengan sepeda motor model scooter berwarna kuning kesayangan nya yang bernama loli, di perjalanan Verona sangat menikmati pemandangan pagi di sepanjang jalan walau tadi sempat ada janda depan rumah menyapa nya saat berangkat sekolah, itu sungguh pemandangan yang di benci Linda.

"Pagi yang indah waktu nya pergi ke sekolah! Wahai para pecundang sekolah gua datang!" ujar Verona sambil menaikan kecepatan motor nya, Verona tidak boleh terlalu ngebut kalau dia sampai terlalu ngebut bisa nyungsep lagi dia.

Di perjalan di jalan sepi terlihat seorang laki laki dari sekolah lain di keroyok lima orang laki laki dari sekolah lain juga, seragam mereka sangat berbeda dengan Verona, pasti mereka berasal dari sekolah yang tidak jauh dari sekolah Verona.

"Waahh ada apa ini?" tanya Verona sambil menghentikan motor nya di depan mereka semua.

"Pergi dari sini!" ucap laki laki yang di keroyok lima orang itu dengan wajah babak belur, terlihat dia tidak panik sama sekali.

"Waah nggak bisa dong! Kalau gua pergi bisa mati lo di keroyok mereka," jawab Verina dengan seringai nya.

"Dih sok mau lawan kita? Eh jalang lo tuh cukup berangkat sekolah dan main boneka sana! Nggak usah ikut campur masalah laki laki!" ejek salah satu laki laki yang main keroyokan.

"Cih main boneka? Lo pikir gua anak tk?" cetus Verona kesal.

"Udah! Pergi sana nggak usah ikut campur masalah gua!" tegas Laki laki yang di keroyok itu dengan wajah marah.

Verona tidak menggubris laki laki itu, Verona dengan santai nya turun dari motor lalu berjalan menghampiri ke lima laki laki pengecut yang berani nya keroyokan.

"Pengecut! Satu lawan lima. Lo nggak bisa memang satu lawan satu ya?" ejek balik Verona dengan senyuman seringai nya.

"Apa lo bilang??"

Tangan laki laki itu mengepal kuat lalu memukul wajah Verona, namun dengan cepat Verona menahan kepalan tangan laki laki itu, gadis cupu itu dengan santai nya melepaskan kacamata nya lalu dia gantung di saku seragam nya.

"Bentar dulu dong, gua masih lepas kacamata. Kalau gua pakai duel sama kalian bisa rusak nanti," ujar Verona kemudian menghela nafas panjang.

"Ok gua mulai!"

Krek!

Bugh!

Bugh!

Dengan cepat Verona memutar pergelangan laki laki itu lalu mematahkan tulang pergelangan tangan nya, kemudian dia tendang perut laki laki itu dengan lutut kaki nya, setelah itu dia banting laki laki itu ke aspal.

"Gimana? Sakit?" tanya Verona dengan di tutup seringai iblis nya.

"Aaaarghh!!!sakit cok!" laki kaki itu tepar tak berdaya sambil menjerit kesakitan.

"Kalian berempat manju sekalian! Mumpung masih pagi waktu nya olahraga kan? Ayo olahraga sama gua," ujar Verona menantang mereka semua.

"Hajar dia!"

Verona melawan ke empat laki laki itu semua dengan mudal, dia tidak terluka sama sekali namun ke empat laki laki itu semua babak belur, mereka ber empat juga di banting satu persatu ke ke aspal, pasti ada salah satu tulang mereka retak.

"Udah? Idih nggak menghibur sama sekali," kesal Verona karna olahraga pagi nya sangat tidak seru.

"Aaarghh!"

"Dasar jalang bajingan!"

"Lo bilang apa barusan?" tanya Verona pada seorang laki laki yang mengatai nya barusan.

Bugh!

Verona menginjak dada laki laki itu lalu dia berikan satu pukulan yang langsung membuat laki laki itu pingsan.

"Yang bajingan itu lo! Bukan gua." Verona menarik nafas panjang dia berjalan ke arah motor nya.

Verona kembali memakai kacamata nya lalu dia mengubah ekspresi datar nya dengan senyuman manis di pagi hari lagi, dia tidak boleh terlihat marah kalau mau berangkat sekolah.

"Woy diam aja. Bilang makasih dong kan udah gua bantuin," ujar Verona pada laki laki yang di keroyok tadi.

"Gua nggak minta bantuan lo," saut dia dingin.

"Ok! Bye! Gua udah telat ke sekolah!" panik Verona langsung melesat cepat dengan motor kesayangan nya.

"Dia kuat juga."

.............

Verona berangkat sekolah dengan kecepatan tinggi untung saja dia tidak menabrak orang atau nyungsep lagi, Verona segera parkir motor kesayangan nya, saat hendak pergi dari sana terlihat seseorang yang baru datang juga dengan kursi roda nya.

"Wahh kota datang di waktu yang tepat ya," kagum Verona karna merak sampai di sekolah bersamaan.

Verona berlari cepat menghampiri Samudra yang baru saja datang, Samudra yang sadar akan kedatangan orang aneh, dia segera cepat masuk ke gedung sekolah.

"Woyy tungguin gua!!" pekik Verona yang segera lari kencang dan akhir nya bisa menyusul Samudra.

"Pagi Sam!" sapa Verona.

Samudra tidak membalas sapaan Verona membuat Verona sedikit sakit hati tapi dia tidak ada niatan pakai pelet kok.

"Iihh kok nggak di balas sih? lo marah ya sama gua? nanti gua kasih kripik kentang deh sebagai permintaan maaf gua," ujar Verona sambil di tutup senyuman manis nya.

"Gua nggak marah. tapi lo jangan dekat sama gua, nanti lo bisa kena masalah," ujar Samudra yang akhir nya mau berbicara dengan Verona membuat mata gadis aneh itu berbinar lebar.

"Gua nggak peduli karna gua udah sering kena masalah," jawab Verona santai dia langganan kena masalah jadi udah pro.

Samudra memutar malas kedua bola mata nya, Verona dengan santai nya langsung mendorong kursi roda Samudra tanpa izin dulu.

"Tenang aja kan kita sekelas jadi sekalian gua bantu lo," ucap Verona.

"Gua bisa sendiri."

"Gua tau. memang nya nggak boleh gua bantu dorong? kalau gua bantu kan tangan lo jadi nggak capek," ujar Verona yang berniat baik saja, dia tidak punya niat jahat.

Samudra hanya diam saja, namun di sepanjang jalan semua murid yang lewat melihat mereka dengan tatapan sinis, bahkan beberapa dari mereka  juga mengatai nya Samudra dan Verona.

"Lihat tuh ada anak cacat di sekolah ini!"

"Ganteng banget tapi sayang lumpuh!"

"Kok Verona bareng sama anak cacat itu? mereka satu kelas ya?"

"idih Verona caper."

"Ngapain si Verona pakai bantu si cacat itu? mau sok pasang muka baik dia?"

Kurang lebih begitulah tanggapan mereka dalam menilai seseorang, Verona dapat mendengar semua nya karna mereka gibah nya juga nggak dalam hati, namun Verona tidak pedulikan hal itu dia sudah terbiasa.

"Lo tau kan maksud gua?" tanya Samudra kepada Verona.

"Iya. santai saja gua udah terbiasa kok."

...............

See you

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang