Bab 16. Berbeda

112 3 0
                                    


.........

Sejak Kenzo lahir dia selalu mendapatkan banyak hinaan dari semua orang, mereka semua menganggap nya anak gagal yang seharus nya tidak pernah lahir di dunia ini, walau keadaan Kenzo tidak sempurna tapi kedua orang tua nya selalu menerima dan menyayangi Kenzo dan Verona sebagai kakak juga menerima keadaan Kenzo.

Dulu Verona sempat tidak mau menerima keadaan Kenzo karna dia malu punya adik cacat, namun akhirnya nya dia sadar kalau di Dunia ini tidak ada yang sempurna, kita sebagai manusia harus sabar dan menerima.

Setiap kaki Verona bersama dengan Kenzo dia pasti akan kena masalah, Kenzo sering kali menjadi bahan bullyan di sekolah dan sama seperti Verona yang juga kena imbas nya, namun Verona tidak pedulikan hal itu, dia akan sebisa mungkin menjaga Kenzo.

Walau harus kehilangan nyawa nya sekalipun karna Verona sudah berjanji pada kedua orang tua nya, dia akan menjaga dan menerima Kenzo, apapun kondisi Kenzo.

Walau masalalu Verona dan Kenzo sangat berat mereka tetap bersama menjalani kehidupan ini, seberat apapun masalah akan mereka lewati, mendapatkan kebahagiaan bukanlah hal yang mudah karna pasti nya sebelum itu mereka sudah merasakan penderitaan yang berat.

..........

Malam itu Linda pulang bersama dengan Kenzo, terlihat Kenzo juga masih pakai seragam karna dia sepulang sekolah langsung membantu Linda di toko bunga.

"Apa apaan ini?" kaget Linda melihat ruang keluarga berantakan, terlihat dua orang gadis sedang rebahan, satu nya di sofa dan satu nya lagi di karpet.

"Dasar anak anak nakal!" geram Linda namun kemudian dia menarik nafas untuk sabar.

"Kenzo kamu bangun kan kedua beban ini ya, Mama mau sajikan makan malam dulu," ujar Linda kemudian melangkah pergi ke dapur.

Kenzo mulai dengan membangunkan Gendis dulu di sofa dengan cara umum.

Bugh!

Bugh!

Kenzo yang sudah muak pakai cara hiasan membangunkan Gendis yang tidur seperti orang mati suri pun memilih pakai cara memukul Gendis dengan memakai bantal, dan akhir nya Gendis bangun.

"Eh Kenzo! gua pikir gua kena kdrt lagi sama bokap gua," ucap Gendis dengan wajah masih ngantuk, kemudian Gendis pun kembali tidur.

"Dasar orang ini! cepat bangun woy!! kesabaran gua udah mau habis!" ucap Kenzo pakai bahasa isyarat namun Gendis tidak ada respon sama sekali.

Kenzo yang sudah putus asa pun mulai beralih membangunkan satu orang lagi, yaitu Verona, kakak nya sendiri yang sangat sulit di bangunkan kecuali pakai cara satu ini.

"Ka!ka!" ucap Kenzo di telinga Verona, walau ucapan nya tidak jelas, kalau mendengar suara nya pasti Verona akan bangun.

"Lo siapa? jin tomang?" tanya Verona dengan kesadaran masih setengah, separuh nya masih nempel di alam mimpi.

Kenzo menarik pipi bulat Verona, Verona yang merasa kesakitan pun langsung bangun.

"Aargh! jangan tarik pipi gua!" marah Verona yang sensitif pipi bulat nya di sentuh.

"Bangun! Mama sudah siapkan makan malam! Btw bangunin kak Gendis juga! Kak Gendis susah banget bangun nya!" ucap Kenzo.

"Ok!" balas Verona ogah ogahan.

Kenzo melangkah pergi dari sana karna dia mau ganti baju dan bersih bersih dulu, Verona dengan ogah ogahan menarik seragam Gendis hingga membuat gadis itu jatuh ke lantai.

"Bangun cok! Makan malam udah siap, cuci muka dulu sebelum makan, lo ganti baju juga, di kamar gua banyak baju baru bisa lo coba," ujar Verona dengan wajah lesuh.

"Ok!" balas Gendis dengan ogah ogahan melangkah ke kamar Verona, sedangkan Verona dia kembali tidur di sofa.

"Selamat malam!"

.............

Kini terlihat Verona yang sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah nya di meja belajar, sedangkan Gendis dia sudah rebahan di kasur Verona sambil main HP.

"Rajin amat lo ngerjain tugas sekolah?" tanya Gendis yang sangat malas sentuh buku.

"Besok di kumpulin, gua juga ogah ngerjain nya tapi kalau gua nggak kerjain bisa dapat nilai jelek," jawab Verona yang sejujur nya juga kaum rebahan.

"Cih."

"Cepetan kerjain tugas lo juga. gua tau lo lagi nggak mood tapi kalau nilai tugas lo jelek. lo bisa kena marah sama bokap lo," tegur Verona tidak mau sahabat nya kena masalah lagi dengan orang tua nya.

"Bodoamat!" saut Gendis yang emang suka cari masalah.

"Gua udah ingetin lo. kalau lo kena masalah lagi karna nilai rapot lo jelek jangan lari ke gua," ucap Verona.

"Cih. jahat amat lo sama gua?" kesal Gendis.

"Kalau gua jahat. udah gua bunuh lo dari tadi," saut Verona sinis.

"Verona! lo suka kan sama Samudra?" tanya Gendis menggoda.

Verona tahu Gendis pasti sedang mengalihkan topik pembicaraan mereka, Verona menarik nafas panjang dia harus sabar menghadapi manusia seperti Gendis.

"Gua suka atau nggak itu bukan urusan lo," saut Verona.

"Cieee... tinggal bilang suka susah amat," ledek Gendis.

"Gua suka sebagai teman nggak lebih, nggak usah mikir aneh aneh deh!" saut Verona.

"Teman? heeem. gimana kalau kita taruhan?" tawar Gendis.

"Kalau lo sama Samudra jadian sebelum lulus sekolah, lo harus belikan gua rumah, tapi kalau lo sama Samudra nggak jadian sampai lulus sekolah, gua bakal turutin apapun yang lo mau," ucap Gendis memulai taruhan antara kedua nya.

"Gua nggak mau main taruhan sama lo, lo suka curang!" saut Verona yang hafal kebiasaan buruk Gendis.

"Kali ini gua janji deh taruhan nya aman, gua nggak akan main curang kok," ujar Gendis memohon.

"Lo tau kan hasil nya apa? gua pasti menang," saut Verona.

"Kayak nya iya sih. nggak mungkin kan lo suka sama cowok lumpuh? bisa gelap masa depan lo," ujar Gendis yang tiba tiba saja mendukung ucapan Verona.

"Maksud lo apa? kalau gua pacaran sama Samudra, gua nggak punya masa depan gitu?"

"Menurut gua gitu sih, Bokap gua yang nggak cacat aja nggak berguna, apalagi Samudra yang cacat," ucap Gendis membandingkan ayah nya dengan Samudra.

Bugh!

Verona melemparkan buku ke wajah Gendis.

"Argh! Sakit nyet!" kesal Gendis.

"Lo jangan samain Samudra sama bokap lo, mereka berbeda," ujar Verona dengan tatapan datar nya.

................

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang