Bab 17. rooftop

106 6 2
                                    


.........

Di kelas pak botak memberikan tugas yang di kerjakan per kelompok, setiap kelompok beranggotakan tiga orang saja.

"Kalian semua bisa mulai membentuk kelompok, tugas nya di kumpulkan minggu depan!" tegas pak botak dengan di tutup seringai mengerikan.

"Lebihin dong pak waktu nya. susah nih kerjain nya!"

"Ya sudah khusus kamu kerjakan sendiri saja!" balas pan botak yang tidak suka anak minta tambahan waktu pengerjaan tugas.

"RIP gua!"

Pak botak pun keluar dari ruangan kelas dengan senyuman kemenangan, Verona dan Gendis yang mendengar tugas itu langsung memasang wajah malas, kedua nya baru saja menyelesaikan  tugas sekolah dari pak botak, dan sekarang sudah ada tugas lagi.

"Sungguh tidak berperi kemanusiaan pak botak!" ujar Gendis kesal.

"Kita berdua sekelompok?" tanya Gendis dengan senyuman bahagia nya, Verona dengan wajah malas membalas dengan anggukan kecil.

"Samudra! masih kurang satu orang di kelompok gua, mau ikutan sekalian?" tawar Verona.

Samudra melihat sekeliling nya sudah mendapatkan kelompok, dan sepertinya tidak ada yang mau satu kelompok dengan nya, kecuali gadis di depan nya.

"Iya," balas Samudra sudah tidak punya pilihan lagi selain menerima tawaran Verona.

"Nah gitu dong. besok habis pulang sekolah kelompokan di rumah gua," ucap Verona yang langsung mendapatkan acungan jempol dari Gendis.

"Gaes gua boleh ikut gabung nggak? gua kena phk sama kelompok gua!" melas seorang siswa bernama Tomi.

"Phk dari pak botak maksud lo?" cetus Gendis.

Tomi di suruh kerjakan sendiri tugas kelompok, karna dia minta tambahan waktu pengerjaan ke pak botak.

"Iya. boleh kan?" mohon Tomi.

"Gimana setuju nggak?" tanya Gendis pada kedua rekan nya.

Samudra membalas dengan anggukan, tapi tidak dengan Verona karna dia ogah nampung Tomi.

"Verona nggak setuju, dan gua juga nggak setuju, lo di hukum kerjakan sendiri, kalau lo ikut kelompok bareng kita, kita bisa kena masalah," ujar Gendis.

"Iiihh jahat kalian semua!! Huwaaa!!" Tomi seketika menangis alay.

"Bye! Semoga beruntung!" ujar Gendis melambaikan tangan nya.

.............

Verona melangkah menaiki tangga menuju rooftop, sesampainya Verona disana dia tidak dapat melihat siapapun di sana, hanya dia saja yang baru datang, rooftop gedung sekolah dulu sangat ramai, namun sejak banyak isu kalau di rooftop ada preman sekolah, banyak yang enggan kesana lagi.

"Pemandangan yang bagus. kapan gua bisa tangkap semua bajingan itu? gua harus bisa basmi mereka sebelum lulus sekolah," monolog Verona.

Di saat melihat pemandangan dari rooftop, ada beberapa orang yang baru saja sampai di rooftop juga, mereka semua berbaris rapi di belajar Verona, total jumlah mereka ada enak orang.

"Selamat datang!" ucap Verona mengejutkan salah satu dari mereka yang baru saja mau memukul Verona yang belakang.

Mereka pikir Verona tidak menyadari kedatangan mereka, sayang nya pendengaran Verona sangat tajam, dia lebih peka saat sedang sediri.

"Gua bakal habisi lo, ini akibat lo udah berani main sama gua," ucap Savero sinis.

Savero datang bersama dengan semua teman nya untuk balas dendam kepada Verona, Verona sama sakit tidak takut dia justru tersenyum smirk.

"Lo masih aja jadi pengecut. mau gua hajar lagi masa depan lo?" tanya Verona sambil melirik milik Savero yang sudah pernah jadi korban tendangan maut nya.

"Ck. kali ini lo pasti menyesal jalang!" Marah Savero.

"Menyesal? kayak nya kata itu lebih cocok buat lo," saut Verona.

"Oh ya?" seru Savero di tutup seringai nya.

"Nggak usah banyak bacot. maju lo semua!" cetus Verona yang sudah muak dengan mereka semua.

Bagh!

Bugh!

Bugh!

Brak!

Verona menghajar mereka semua satu persatu, walau dia sanggup melawan mereka semua, Verona juga mulai kelelahan karna dia juga mendapatkan banyak pukulan dari mereka.

"Sial! pengecut lo semua!"

Verona terus bertarung sebisa mungkin, Verona juga merebut tongkat baseball dari mereka, dengan memanfaatkan tingkat baseball dia bisa menghajar mereka semua sampai babak belur, setelah mereka semua tepar, Verona membuang tongkat itu lalu melangkah pergi dari sana.

"Sial! gara gara mereka gua babak belur juga, bisa mati gua kalau sampai Mama lihat gua pulang kayak gini," panik Verona yang takut dengan Linda.

Verona pergi ke uks untuk mengobati luka lebam di wajah nya, di dalam uks terlihat sepi tidak ada pasien sama sekali, Melia juga lagi duduk santai sambil scroll tik tok.

"Woy! bisa obati lebam gua?" tanya Verona.

"Allahuakbar! lo kenapa babak belur lagi nyet? lo ngapain aja? berantem sama gorila?" tanya Melia dengan wajah kaget.

"Panjang cerita nya."

..............

Saat kembali ke kelas, satu kelas di buat heboh karna wajah Verona yang babak belur, gadis culun itu dengan santai nya duduk di bangku nya sambil memasukan kripik kentang ke dalam mulut nya.

"Lo berantem sama siapa lagi Verona?" tanya Gendis kaget.

"Sama Savero end friend!" jawab Verona jujur.

"Anak anjing itu lagi? dasar! gua bakal balas dia, dimana dia sekarang?" tanya Gendis yang sudah siap mau menghajar Savero dkk.

"Di ruang Bu salwa. lo mau nyusul kesana? cepetan gih kesana temenin mereka dapat hukuman," ujar Verona mendukung namun seketika Gendis mengurungkan niat baik nya.

"Nggak deh makasih. biar jadi urusan mereka sama Bu salwa aja, gua nggak mau ikut campur hehehehe," saut Gendis dengan di tutup tawa aneh nya.

"Lo nggak papa?" tanya Samudra.

Pack!

Sebungkus kripik kentang yang di pegang Verona jatuh ke lantai karan terkejut, sedangkan Gendis dia menganga lebar namun segera dia tutup sebelum lalat masuk.

"I-iya. lo khawatir sama gua?" Verona merasa malu saat itu juga.

"Idih!" Jijik Gendis.

"Kenapa tuh Verona? kesambet cacing pita?" tanya teman sebelah meja bernama fahmi.

"Nggak tau bestai!" balas Gendis dengan tangan slay kayak banci.

"Lo juga kenapa ikut ikutan aneh?" heran Fahmi.

"Ngapain tuh anak cacat sok dekat sama Verona?" tanya seseorang bernama Reno.

"Biasalah. mungkin dia tahu kalau Verona ketua Osis keamanan, jadi mau dia dapatin buat jadi bekingan," saut seseorang siswi yang duduk di sebelah nya bernama Bunga.

"Bekingan? dih nggak mungkin Verona mau sama anak cacat!" saut Reno sinis.

"Kalau dia mau gimana?"

..............

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang