Bab 25. Masalah selesai

56 3 0
                                    


.......

Masalah preman sekolah di nyatakan selesai dengan tertangkap nya Dipta dan semua teman nya yang ikut serta melecehkan para siswi di sekolah, mereka semua bertindak atas nafsu sesaat saja tanpa ada alasan lain, tentu saja masalah ini membuat satu sekolah heboh bahkan sampai sekolah di liburkan selama beberapa hari untuk merendahkan suasana.

Akibat sekolah libur Verona merasa sangat bosan di rumah namun untung nya ada Gendis yang selalu menemani nya di rumah karena Gendis juga gak punya teman selain Verona.

"Gua gak nyangka Dipta yang gua kenal kayak gitu," ujar Gendis merasa ragu.

Verona juga tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Nama nya juga manusia. Di depan terlihat baik di belakang pasti ada aja yang buruk," jawab Verona dengan malas.

"Kenapa dia kayak gitu sih? Dia benar-benar menjijikan," gerutu Gendis kesal.

Verona mengerutkan kening nya memperhatikan Gendis.

"lo suka sama Dipta?" tanya Verona terus terang penasaran.

Gendis terdiam tidak menjawab membuat Verona yakin jawaban nya sudah pasti dia tahu itu sendiri.

"Cari laki-laki lain saja," seru Verona sinis.

Verona tidak suka melihat sahabat nya suka dengan laki-laki yang sudah jelas bajingan.

"Ya gua akan  coba buang perasaan aneh ini, kok bisa juga gua simpan perasaan buat dia," saut Gendis dengan nada santai tapi tatapan nya sangat sendu.

Verona menghela nafas panjang, Dipta di kena sangat baik dan patuh di sekolah membuat banyak gadis tentu saja jatuh hati padanya namun kini sifat asli nya sudah terlihat membuat siapapun pasti sangat kecewa.

"Kalau dipta bukan pelaku nya dia pasti bebas kan?" tanya Gendis membuat Verona yang sedang rebahan santai langsung bangun.

"Harapan sinting macam apa itu? Sudah jelas dia pelaku nya, Vini saja sahabat dekat nya sampai trauma sekarang di rumah sakit," ujar Verona kesal dengan ucapan Gendis.

"Gua gak bilang berharap seperti itu Verona!"

"Suka suka lo deh."

Verona yang kesal memilih pergi ke taman untuk membuang pikiran buruk nya.

"Disaat seperti ini gak ada orang waras yang bisa temani gua ngobrol," gumam Verona kesal.

Verona membuka layar HP nya hendak menelfon seseorang namun dia urungkan niat nya karena sebuah alasan yang sangat memalukan.

"Samudra sudah tahu gua anak pemilik sekolah yang sudah tendang dia dari sekolah karena cacat. Padahal itu bukan ulah ayah tapi ulah kepala sekolah sialan itu," gerutu Verona yang merasa tidak enak sampai sekarang dengan Samudra.

Verona tidak menyangka jika kejadian nya akan seperti ini, tentu saja Verona merasa sangat jahat sekarang.

"Samudra baik-baik saja sekarang setelah kejadian itu? Pasti saudara kembar nya itu akan mengamuk pada pada Samudra," gumam Verona merasa sangat khawatir namun dia juga ragu untuk menelfon Samudra.

"Samudra maaf in gua."

..........

Di sisi lain terlihat seorang laki-laki terbaring lemas di lantai.

"Verona baik-baik saja?" gumam Samudra teringat dengan Verona.

Verona baru saja menyelesaikan masalah di sekolah, Samudra ingin menayangkan keadaan Verona dan ingin berterima kasih pada Verona karena sudah menolong nya dari Dira namun Samudra tidak bisa menelfon Verona karena HP nya di sita oleh Dira.

"Dira! Tolong buka pintu nya!" teriak Samudra dari dalam kamar namun tentu saja Dira tidak akan mendengarkan nya.

Dira yang ngamuk karena perbuatan Verona membela Samudra membuat nya memukuli Samudra di rumah lalu mengurung Samudra di kamar nya. Samudra tidak tahu sampai kapan dia akan terus di kurung seperti ini, meminta maaf hanya membuat suara nya saja karena Dira tidak akan mendengarkan nya.

"Dira maaf in gua! Tolong buka pintu nya!" mohon Samudra.

Samudra berharap ada seseorang yang menolong nya walau itu mustahil karena kedua orang tua nya sudah tidak peduli lagi dengan dia.

Lebih baik aku mati saja dari pada hidup seperti ini selamanya.

Samudra sudah tidak tahan lagi dengan semua rasa sakit di tubuh nya, Samudra yang sudah lemas mulai kehilangan kesadaran nya perlahan, namun di saat itu Samudra melihat seseorang masuk ke kamar nya dengan wajah panik.

"Samudra!!"

Verona?

Samudra tersenyum tipis melihat wajah Verona mungkin untuk terakhir kali nya karena Samudra sudah tidak bisa bertahan lagi.

"Samudra bangun!!" teriak Verona panik.

Verona datang ke rumah Samudra karena sudah tidak tahan dengan rasa khawatir nya, namun setiba nya di rumah Samudra dia malah di cegah Dira untuk bertemu dengan Samudra, namun karena Verona panik dia langsung memaksa Dira menujukan dimana kamar Samudra berada.

"Dira sialan!" umpat Verona kesal.

Pemandangan yang Verona lihat malah kondisi Samudra yang sangat mengenaskan di lantai, dengan sudah payah Verona menggendong tubuh Samudra untuk di bawah ke rumah sakit tanpa penduli dengan Dira yang terus mengamuk melarang nya.

"Kamu harus bertahan."

Di dalam mobil Verona merasa sangat panik dengan kondisi Samudra yang semakin melemah.

"Pak cepetan!!" tegas Verona.

"Iya Neng!" balas pak Supir ikut panik.

Kondisi Samudra sangat buruk dengan tubuh penuh luka pukulan, bahkan kepala nya juga berdarah karena benturan keras saat di hajar Dira.

"Keluarga macam apa yang menyakiti keluarga nya sendiri," gumam Verona sangat kesal.

Karena terlalu khawatir tanpa sadar air mata Verona sudah mengalir membuat nya tidak bisa lagi menahan rasa sedih nya.

"Maaf gua terlambat."

Verona menyalahkan diri nya sendiri yang terlambat datang menolong Samudra karena merasa diri nya sangat malu menemui Samudra.

"Kalau saja gua lebih cepat menolong lo, lo gak akan seperti ini," kesal Verona.

Verona mendekap tubuh Samudra dalam pelukan nya sambil berusaha menahan isak tangis nya.

Samudra bertahan lah untuk ku.

........

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang