Bab 27. Habiskan sisa waktu

43 1 0
                                    


.......

"kenapa? Gua gak boleh balas perasaan lo?" tanya Verona kesal.

Samudra mengangguk. "Jika begini gua jadi susah pergi," jawab Samudra dengan air mata sudah mengalir tanpa bisa dia tahan lagi.

"Lo mau menyarah gitu aja?"

"Waktu gua udah gak banyak. Berjuang pun tidak akan mudah," jawab Samudra tidak bisa memaksakan diri nya untuk tetap bertahan.

"Gua bisa minta bantuan keluarga gua buat cari dokter terbaik untuk mengobati lo," ucap Verona masih ingin memiliki harapan terbaik untuk Samudra bisa tatap hidup.

Samudra menggeleng. "Dokter sudah menyerah, dan gua udah terlalu banyak merepotkan lo. Biarkan gua pergi saja," ucap Samudra berusaha meyakinkan Verona.

Verona menggeleng cepat.

"Gak boleh! Lo pasti sembuh samudra," ucap Verona yakin.

Penyakit gagal ginjal Samudra sudah terlambat untuk di obati, sudah tidak ada waktu baginya untuk berobat. Menyerah adalah pilihan nya.

Verona memandangi Samudra dengan mata yang mulai basah. Hatinya teriris melihat pria yang ia cintai perlahan kehilangan harapan. Meski begitu, dia tidak ingin menyerah begitu saja. "Lo nggak boleh ngomong gitu, Samudra. Lo kuat, dan kita akan berjuang bersama. Gue nggak akan biarin lo nyerah."

Samudra tersenyum pahit, meraih tangan Verona yang bergetar.

"Verona, dengerin gua. Gua bersyukur banget bisa kenal lo, bisa ngerasain perasaan ini. Tapi gua nggak bisa egois, nggak bisa narik lo masuk lebih dalam ke kesulitan gua. Gua udah siap."

Verona menggigit bibirnya, menahan isak. "Samudra, jangan ngomong kayak gitu. Gua nggak peduli sama kesulitan apa pun. Yang penting kita bareng-bareng. Lo nggak sendirian, gua di sini buat lo."

Samudra menatapnya dengan tatapan sayu, air matanya terus mengalir tanpa henti. "Verona, cinta lo buat gua adalah hal terindah yang pernah gua rasain. Tapi justru karena itu, gua nggak mau lo ngeliat gua menderita. Gua nggak mau lo harus ngurusin gua setiap hari. Lo masih punya masa depan, jangan biarin itu hilang karena gua."

Verona menggeleng dengan keras, memegangi tangan Samudra erat-erat seakan tidak mau melepaskannya. "Lo adalah masa depan gua, Samudra. Tanpa lo, semuanya nggak ada artinya. Gua udah siap buat apa pun, selama kita bareng-bareng. Kita bisa ngelawan ini bareng."

Samudra menghela napas dalam, perasaan bersalah melingkupi dirinya. Dia tahu betapa keras kepala Verona, dan itu membuatnya semakin sulit untuk melepaskan. Namun, dia juga sadar bahwa perjalanannya sudah mendekati akhir. "Verona, gua udah coba semua yang gua bisa. Gua udah berjuang sekuat tenaga, tapi penyakit ini nggak ngasih gua pilihan lain. Gua cuma pengen lo inget gua dengan senyuman, bukan dengan air mata."

Verona tidak bisa menahan tangisnya lagi. "Lo nggak boleh ngomong kayak gitu, Samudra. Lo harus tetap di sini. Gua nggak peduli betapa sulitnya ini, gua nggak mau kehilangan lo."

Samudra mendekatkan dirinya ke Verona, memberikan pelukan hangat yang mungkin akan menjadi yang terakhir. "Gua cinta sama lo, Verona. Selalu cinta. Tapi sekarang, gua butuh lo buat kuat, buat ngelanjutin hidup lo tanpa gua."

Verona menangis dalam pelukan Samudra, merasakan setiap detik yang terasa begitu cepat berlalu. "Gua nggak bisa, Samudra. Gua nggak bisa bayangin hidup tanpa lo."

Samudra menahan tangisnya sendiri, mencoba menguatkan hati. "Lo bisa, Verona. Lo lebih kuat dari yang lo kira. Gua percaya sama lo. Gua tahu lo bisa melanjutkan hidup dan buat gua bangga dari atas sana."

Verona hanya bisa menangis, tidak tahu harus berkata apa lagi. Semuanya terasa begitu salah, begitu tidak adil. Dia ingin lebih banyak waktu, lebih banyak kesempatan untuk bersama. Tapi di dalam hatinya, dia tahu Samudra sudah memutuskan, dan dia tidak bisa mengubahnya.

Setelah beberapa saat, Samudra melepaskan pelukannya, menatap Verona dengan penuh cinta dan ketenangan. "Gua janji, gua akan selalu ada di hati lo. Gua akan jaga lo dari jauh, dan gua nggak akan pernah benar-benar pergi."

Verona mengangguk, meski hatinya berteriak menolak kenyataan yang dihadapi. "Gua akan selalu cinta sama lo, Samudra. Selamanya."

Samudra tersenyum, menyeka air mata di pipi Verona. "Itu cukup buat gua. Sekarang, izinin gua pergi dengan tenang."

Verona menunduk, tidak bisa menolak lagi. "Oke selamat tinggal, Samudra."

Samudra menatapnya dengan lembut.

"Bukan selamat tinggal, tapi sampai kita ketemu lagi."

Verona tersenyum pahit. "Apa gua sanggup melihat lo pergi?"

"Sebelum gua pergi mari pergi dari kamar ini dulu, gua gak mau berakhir disini," ucap Samudra memohon.

"Memang nya boleh pasien pergi dari kamar rawat nya sebelum dia sembuh?" omel Verona.

Samudra memasang wajah memohon membuat Verona tidak bisa menolak permintaan nya. Walau terasa berat bagaimana pun harus dia lakukan.

"Gua akan usahakan kita keluar dari kamar ini, lo harus bertahan sampai hari itu tiba," ucap Verona.

"Tentu saja."

............

Dua hari kemudian..........

Keluarga Samudra sama sekali tidak datang kerumah sakit menjenguk Samudra, entah mereka benar-benar orang tua kandung nya atau iblis. Verona juga tidak habis pikir dengan sikap mereka yang sangat keterlaluan. Verona saja tidak fokus di sekolah, walau Verona di anggap pahlawan di sekolah nya sudah menolobg Vini, namun hal itu tidak membuat nya bisa melupakan seseorang yang saat ini bisa pergi kapan saja.

"Verona ke kantor yuk?" ajak Gendis.

''Gua di kelas aja." Verona sangat napas bergerak kemanapun.

Gendis mengerti mengapa Verona seperti ini tapi mau sampai kapan Verona terus murung seperti orang kehilangan harapan.

"Kalau lo terus begini Samudra bakal sedih loh," ujar Gendis mencoba membuat Verona senang lagi.

Verona menghela nafas panjang. "Gua gak tau harus bagaimana lagi Gendis. Gua udah uangkapin perasaan gua tapi apa balasan nya? Tuhan benci gua ya?" tanya Verona kesal.

"Dulu gua sempat mikir gitu di saat kedua orang tua gua sering pukulin gua. Tapi sekarang gua sadar takdir seseorang enggak bisa di tentukan semau nya," jawab Gendis dengan bangga.

"Setiap kesulitan pasti ada akhir bahagia kan? Tapi kenapa akhir bahagia gua gak ada?" tanya Verona bingung dengan mata berkaca-kaca.

Gendis terdiam tidak tahu harus berkata apa sekarang.

...........

Jangan lupa like nya ya...

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang