Bab 24. Pasti dia

149 7 1
                                    


........

Saat itu Vini baru saja mau keluar kelas setelah dia menyelesaikan tugas piket nya, datang seseorng mengejutkan Vini, seseorang itu memakai pakaian serba hitam dan dia juga memakai topeng aneh seperti topeng maling.

Orang itu masuk ke dalam kelas kemudian dia mengunci pintu kelas dari dalam, Vini yang melihat hal itu tentu saja mulai panik.

"Siapa lo?" tanya Vini mulai waspada.

Orang itu tidak menjawab pertanyaan Vini namun dari penampilan nya dapat Vini duga, kalau dia pasti orang jahat yang mau macam macam dengan diri nya.

"Berani lo sentuh gua. gua lempar lo dari gedung sekolah," ancam Vini melangkah mundur perlahan.

Orang aneh itu tetap melangkah mendekati Vini, dia perlahan mau menangkap Vini namun Vini yang sadar tetap berusaha tidak tertangkap oleh orang aneh itu, Vini melihat orang itu mengeluhkan suntikan dari saku hoodie nya.

Vini yakin kalau suntikan itu berisi obat bius, kalau sampai Vini tertangkap maka detik itu juga dia akan menjadi korban bejat.

"Jangan sentuh gua! Pergi lo dari sini!" pekik Vini sambil melempar kursi ke arah orang itu beberapa kali.

Orang itu tetap terus melangkah mendekati Vini yang sudah mulai terpojok, Vini berharap ada seseorang yang datang menolong nya.

"Tolong! Tolongin gua! Ada orang kurang ajar disini!" teriak Vini kencang, Vini berharap ada yang mendengar nya.

"Di sekolah ini hanya ada lo," ucap orang itu tiba tiba.

"Nggak mungkin!"

"Gua yakin pasti masih ada orang bodoh kayak gua," ucap Vini.

Bugh!

Argh!

Vini terus melempari orang itu dengan kursi lagi sebanyak mungkin, tapi dengan cepat orang itu berlari menahan nya.

"Lepasin gua!" pekik Vini.

"Lo akan jadi korban pemuas nafsu gua hari ini," ucap orang itu dengan berbisik di telinga Vini.

"Nggak mau!! Siapapun tolong gua!!" teriak Vini panik.

"Nggak akan ada orang yang datang tolongin lo."

Brak!

Saat jarum suntik itu hendak menancap di leher Vini, seseorang datang menendang pintu kelas.

"Vini!" teriak Dipta yang datang bak seorang pahlawan.

"Sial!"

"Tolongin gua Dipta!" pekik Vini panik.

"Apa? Tolongin lo?" tanya Dipta mengejutkan Vini yang saat itu sudah merasa senang ada bala bantuan yang datang.

"Dipta! Please tolongin gua!" mohon Vini ketakutan.

Namun detik itu juga raut wajah Dipta berubah menertawakan Vini, Vini seperti melihat bukan Dipta yang dia kenal Vini yakin kalau orang di hadapan nya bukan Dipta.

"Lo kenapa ketawaian gua bangsat?" tanya Vini kesal.

"Sorry Vin. gua bukan orang baik seperti yang lo kenal, sekarang situasi nya berbuah," jawab Dipta mengejutkan Vini.

"Maksud lo apa? cepatan tolongin gua!!!" mohon Vini.

"Cih. gua sama dia sama. kita adalah preman sekolah yang mengincar keperawanan para siswi," ungkap Dipta membuat Vini kembali menganga kaget.

"Jadi selama ini pelaku kurang ajar itu e lo?" kaget Vini.

"Iya. dan dia di belakang lo," saut Dipta santai di tutup senyuman kemenangan nya.

"Mari kita bermain berdua di kelas ini," ucap Dipta sudah siap siap.

"Nggak! Gua nggak mau!! tolong!!" tolak Vini dengan suara kencang nya.

"Percuma lo teriak minta tolong sekalipun nggak akan ada yang dengar," cetus Dipta.

"Benar. karna saat seperti ini adalah momen paling pas untuk kita bermain," timpal orang yang menahan tubuh Vini.

"Vini! Pulang bareng yuk!"

Deg!

Mereka semua yang berada di sana terkejut saat melihat seseorang yang di luar dugaan memergoki mereka di dalam kelas.

"Verona!"

Verona yang baru saja datang terkejut melihat situasi di dalam kelas, disana ada Dipta dan orang aneh yang sedang menahan Vini.

"Kalian lagi latihan drama?" tanya Verona dengan bego nya.

"Nggak goblok! Mereka berdua pelaku bajingan yang udah perkosa banyak siswi!" ucap Vini dengan nada agak keras.

"Ha? Bajingan? Anjir!" kaget Verona langsung memasang kuda kuda.

"Sail! ngapain lo datang ke sini segala?" kesal Dipta.

"Gua mau ajak Vini pulang bareng, gua nggak nyangka kalau dia bakal jadi korban berikut nya, btw gua nggak nyangka juga lo orang cabul sinting!" ucap Verona masih kaget.

"Selama ini gua sengaja sok baik di depan kalian, gua nggak mau ada yang tau siapa gua, tapi sekarang gua bakal habisi kalian berdua," ucap Dipta sudah siap ingin menyerang Verona.

"Oh ya? Maju sini!" tantang Verona.

Dipta maju duluan melawan Verona kedua nya bertarung dengan sengit hingga Verona mulai terpojok bahkan Dipta tampak nya membawa pisau membuat Verona merasa situasi ini tidak menguntungkan untuk dia.

"Jadi lo beneran serius mau bunuh gua?" tanya Verona dengan tenang.

"Iya." Dipta serius ingin membunuh Verona demi menyembunyikan semua yang sudah di lihat Verona.

Verona menarik nafas sejenak lalu dia mulai tersenyum meremehkan Dipta, Dipta yang merasa kesal langsung maju menyerang Verona lagi dengan pisau tajam nya namun dengan mudah Verona menghindar lalu mengambil pisau itu saat Verona berhasil membanting tubuh Dipta.

"Tulang lu seperti nya patah semua ya?" tanya Verona sambil menginjak tangan kanan Dipta.

"Argh! Lepasin!" jerit Dipta kesakitan namun Verona sama sekali tidak peduli.

Verona mengambil senjata tajam itu dari tangan Dipta lalu dengan santai nya dia mengarahkan senjata tajam itu ke tangan kanan Dipta.

"Gua benci penghianat." Verona menancapkan pisau tajam itu ke punggung tangan kanan Dipta membuat Dipta menjerit kesakitan.

"Lo mau nyerang atau gua siksa disini?" tanya Verona menatap tajam ke arah pria berpakaian serba hitam yang masih menahan Vini.

Orang berpakaian serba hitam itu melepaskan Vini lalu dia kabur dari sana meninggalkan mereka bertiga tampak nya ulah Verona membuat dia ketakutan.

"Lepasin gua!" teriak Dipta kesakitan.

"Gua kira lo bisa jadi lawan gua ternyata lo lemah ya," ucap Verona meremahkan.

Verona meraih ponsel nya.

"Hallo kantor polisi!"

"Bisa tolong datang ke alamat yang saya kirim?"

........

Imperfect love [ End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang