HA |25|

10.9K 1.2K 1.2K
                                    

Cikini ke gondangdia
Apa ada yang kangen sama si dia?

Gus Faqih masih setia menunggu istrinya terbangun, ia terus menggenggam tangan Syifa dengan mulut yang tidak berhenti berdzikir memohon doa agar kesembuhan istrinya.

Sedangkan Yuda sudah pergi dari Rumah sakit untuk menyusul Pak Ali yang berada di Kantor polisi. Karena sudah ada Reza yang menemani Bi Ratih jadilah Yuda lebig tenang jika ia pergi meninggalkan Rumah Sakit.

Syifa dan Bi Ratih masih berada di ruang UGD karena belum mendapatkan ruang rawat mungkin karena Rumah sakit kecil jadi ruang rawat penuh. Sekitar 2 jam Syifa belum sadarkan diri namun saat ini perlahan jari-jarinya bergerak membuat Gus Faqih yang merasakan pergerakan dari istrinya langsung membuka mata karena tadi ia terlelap, Gus Faqih mengelus kepala Syifa saat perlahan istrinya membuka mata.

"Alhamdulillah, sayang kamu butuh apa? mau minum? atau ada yang sakit?" ucap Gus Faqih melontarkan banyak pertanyaan pada Syifa yang baru saja sadarkan diri.

"Kamu siapa?" ucap Syifa dengan nada suara yang terdengar lemas.

Gus Faqih mengerutkan keningnya, ia dibuat bingung oleh ucapan istrinya barusan, mengapa Syifa tidak mengenalnya? apa karena efek kecelakaan yang baru saja di alami Syifa?

"Ini Mas sayang suami kamu," jawab Gus Faqih sembari menangkup wajah Syifa dengan kedua tangannya.

"Suami? aku udah nikah ya? tapi aku ga kenal sama masnya."

Rasa panik dan khawatir timbul bersamaan sekarang dalam diri Gus Faqih, apa istrinya ini mengalami lupa ingatan atau yang disebut amnesia? tapi Dokter bilang tidak ada luka serius dan luka dalam, Dokter hanya berkata Syifa mengalami keguguran.

"Kita sudah 5 tahun menikah, kamu kenapa sayang? lupa sama Mas?" Syifa mengangguk.

"Bukannya calon suami aku itu Mas Andre?"

Gus Faqih melebarkan matanya, ia tidak suka mendengar nama pria bejat itu, ia meraih tangan Syifa lalu menempelkan pada pipinya.

"Coba lihat wajah Mas baik-baik, aku suami kamu bukan dia," ucap Faqih menuntun Syifa untuk meraba-raba wajahnya. "Apa Mas perlu sholawatan supaya kamu inget sama Mas?"

Syifa menggeleng. "Mas nya ga bohongin saya kan?" Gus Faqih tidak menjawab ia malah memeluk istrinya. "Kamu beneran lupa sama Mas?" ucap Gus Faqih, Syifa merasakan tubuh suaminya bergetar ia langsung melepaskan pelukannya begitu terkejutnya Syifa melihat air mata yang keluar dan sudah membasahi pipi suaminya.

"Astagfirullah, ya ampun Mas kamu nangis? maaf Syifa cuma bercanda, Syifa ga lupa sama Mas Faqih," ucap Syifa lalu mengusap air mata suaminya.

"Kamu beneran ga lupain Mas?" tanya Faqih yang wajahnya sudah memerah akibat menangis.

"Iya Mas ku sayang, lucu banget sih, tadi niatnya aku isengin kamu eh respon Mas malah gini, ihh gemes deh," ucap Syifa sembari mencubit pelan kedua pipi suaminya.

"Lain kali jangan bercanda seperti ini!" peringat Gus Faqih.

"Iya iya maaf Mas."

Gus Faqih kembali duduk di kursi samping ranjang, ia meraih tangan Syifa dan menggenggam erat tangan istrinya membuat Syifa yang tersenyum mengerutkan keningnya, Gus Faqih bingung mulai dari mana mengatakan kalau anak mereka yang masih dalam kandungan telah pergi, Syifa mengalami keguguran, ia takut melihat respon istrinya saat mengetahuinya, tapi ia tetap harus memberitahu Syifa.

"Sayang, ada yang Mas mau beri tau ke kamu," ucap Gus Faqih perlahan.

"Apa Mas?"

Gus Faqih mengulurkan tangannya mengusap perut Syifa yang berbalut kain dan tertutup selimut rumah sakit.

HASSYAH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang