bab 6 sebuah ingatan

254 20 0
                                    

"Aku akan membantumu sedikit untuk keluar dari sini,Bagus Wijaya putra"ucap sosok itu sambil meletakkan tangannya di kening bagus. Tangan kanan sosok bercahaya warna hijau.

"Kau bisa menjadi sosok yang ditakuti,tapi itu bukankah hal yang mudah kau harus menjadi kuat dulu sebelum menjadi sosok yang ditakuti"ucap sosok yang sudah memberi bantuan sedikit pada bagus.

"Aku harus pergi dulu karena tugasku sudah selesai. Semoga kita berteman dikemudian hari"ucap sosok itu lalu menghilang dalam sekejap mata.

Ditempat lain lebih tepatnya di sebuah hutan. Di atas pohon berdiri seseorang yang mengenakan jubah hitam dengan menatap ke arah laboratorium di tengah hutan.

"Apa kau berhasil memberikan sedikit bantuan padanya?"tanya orang itu.

"Aku sudah memberinya apa yang kau mau"ucap orang satunya yang muncul di belakangnya.

"Bagus, aku ingin melihat betapa kacaunya dirinya setelah mendapat ingatannya yang di ambil oleh para ilmuwan itu. Aku tidak sabar melihat ia marah"ucap orang itu.

"Kenapa kau memberinya sedikit ingatan itu?"tanya orang dibelakangnya.

"Mungkin kau akan tahu sendiri"ucap orang itu lalu menghilang di kegelapan malam di ikuti oleh orang dibelakangnya.

Di nomor ruangan 147 terdapat pemuda yang tidak lain tidak bukan adalah bagus. Bagus tertidur dengan penuh keringat ditubuhnya karena ia mendapat mimpin buruk.

"Hah..hah... ternyata hanya mimpi"ucap bagus yang terbangun setelah melihat mimpi itu.

Mimpi yang dilihat bagus adalah mimpi di mana bagus melihat kedua orangtuanya di bawa oleh orang berpakaian hitam dan putih. Lalu bagus juga melihat kedua orangtuanya di bunuh oleh mereka.

Bagus terasa familiar dengan orang berpakaian putih itu,tapi ia tidak ingat dimana.

"Aw aw...kenapa kepala sakit sekali?"tanya bagus pada dirinya sendiri. Bagus merasakan sakit yang luar biasa pada kepala. Sebuah ingatan tiba-tiba muncul entah dari mana.

Ingatan itu melihat muka asli dari siapa yang membunuh kedua orang tua bagus. Setelah ingatan itu selesai melihatkan siapa orang membunuh kedua orang tuanya rasa sakit itu tiba-tiba hilang dan di gantikan amarah yang tak terbendung di dirinya.

"Aku akan membunuh kalian semua. Aku juga akan membalas dendam pada kalian,aku tidak akan membiarkan kalian hidup dengan aman dan nyaman di dunia ini"ucap bagus dengan tangan mengepal kuat dan aura berwarna merah muncul kembali,tapi ini lebih kuat dari sebelumnya.

"Lebih baik kau lakukan sekarang untuk balas dendam dan membunuh mereka"sebuah bisikan terdengar oleh bagus lalu bagus pun menoleh ke sampingnya dan melihat sosok berwarna merah.

"Kenapa kau menyuruh ku untuk melakukannya sekarang?"tanya bagus dingin membuat sosok itu sedikit gemetar.

"Ka....karena lebih cepat lebih baik"jawab sosok itu dengan gugup karena melihat mata merah itu menyala dengan dingin.

"Kau benar,tapi aku tidak akan mengambil saran mu. Lebih baik aku membalas dendam dengan perlahan."ucap bagus membuat sosok gemetaran kuat. Karena aura keluar lagi dengan kuat membuat sosok itu gemetaran.

"La....lalu...apa yang kau akan lakukan sekarang?"tanya sosok itu membuat bagus tersenyum miring.

Bagus berjalan ke arah pintu lalu mengulurkan tangannya keluar. Sebuah angin berwarna merah tiba-tiba muncul di tangan bagus membuat sosok itu terkejut.

"Jan...jangan bilang kau akan.....

Guardian or Ruler  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang