END

172 12 0
                                    

"Ka....kau adalah anak waktu itu dan apa yang kau lakukan pada dewa laut hah?"ucap Dewi bunga marah.

"Apa yang aku lakukan dewa itu lemah itu?"tanya balik bagus membuat Dewi bunga mengepalkan tangannya.

"Kan ku beri tahu"ucap bagus sambil bola energi yang memperlihatkan dewa laut yang terikat rantai di tengah 4 pilar kuno.

Dewi cahaya dan Dewi bunga sangat terkejut melihat itu. Mereka tidak percaya bahwa dewa sekuat dewa laut dapat dikalahkan oleh pemuda ini.

"Beraninya kau melakukan itu pada kaum para Dewa Dewi. Kau harus mendapatkan hukuman atas perbuatan mu"ucap Dewi cahaya sambil mencabut panah di perutnya lalu melesak ke langit.

"Aku penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Dewi cahaya dengan mana setipis itu"ucap bagus sambil menatap Dewi cahaya dengan tajam.

Dewi bunga berusaha melepaskan diri dari aliran sihir merah namun usahanya sia sia saja malahan aliran sihir merah ini menyerap mana dan energinya.

"Hitam"panggil bagus

"Iya,bagus"jawab Hitam

"Aku menyuruh mu untuk pergi sekarang dan beri tahu kepada lainnya aku akan selalu berada di sisi mereka"ucap bagus dengan lembut dan terus menatap ke arah Dewi cahaya yang sudah selesai membuat pola sihir terkuatnya.

Hitam hanya diam tanpa membalas ucapan dari bagus karena ia mendapat firasat bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk jika ia pergi. Bagus yang tidak mendapat balasan dari Hitam menoleh padanya dengan tatapan sendu.

Deg

Hitam yang melihat tatapan sendu dari bagus merasa sakit pada lubuk hati nya. Hitam segera menggelengkan kepala bahwa ia tidak mau meninggalkannya.

"Maafkan aku Hitam"ucap bagus lalu menciptakan gelembung kekacauan. Hitam yang terperangkap di gelembung itu memberontak dengan memukul gelembung itu namun usahanya sia sia.

"Pergilah bawa Hitam ke tempat itu"perintah bagus. Segera gelembung itu melayang dan melesak dengan cepat. Hitam menatap bagus dengan air mata yang keluar deras. Bagus yang melihat itu tersenyum lembut untuk terakhir kalinya.

"Semoga kau hidup,Sang penguasa kekacauan"kata Hitam sebelum menjauh dari istana Dewi cahaya lalu ia menatap ke arah atas dan ia terkejut melihat pola sihir yang sangat besar di sekitar awan awan lalu ia kembali menatap ke istana Dewi cahaya dengan tatapan kosong.

Bagus merasa bahwa sihir terkuatnya dari Dewi cahaya akan dilepaskan sebentar lagi hanya diam mengamati.
Dewi bunga yang melihat pemuda itu hanya diam menjadi kesal karena pemuda itu tidak melakukan apapun untuk tetap bertahan hidup dari serangan Dewi cahaya.

"Kenapa kau tidak melakukan sesuatu hah?"tanya Dewi bunga

"Karena aku menunggu untuk segera menyusul orang tua ku. Kau paham bukan?"ucap bagus dengan santai membuat Dewi bunga berteriak keras namun tidak di hiraukan oleh bagus.

Dewi cahaya sekarang kehabisan energi sihir untuk menembak sihir ini.

"Apa aku harus mengorbankan diriku sendiri untuk dapat membunuh pemuda itu?"tanya Dewi cahaya pada diri sendiri.

"Tidak,aku tidak boleh mengorbankan diriku. Aku harus meminta bantuan dari Kaisar,tapi..."Dewi cahaya teringat dengan perkataan kaisar dewa beberapa saat yang lalu.

"Untuk beberapa hari ke depan aku tidak dapat membantu kalian di dalam  urusan kalian. Karena aku harus mengumpulkan energi untuk melawan 'dia'. Jadi jika kalian di keadaan terdesak kalian boleh mengorbankan diri kalian sendiri"

Setelah beberapa menit berpikir akhirnya Dewi cahaya memutuskan untuk mengorbankan dirinya untuk menyempurnakan pola sihir terkuatnya.

"Saya sang Dewi cahaya mengorbankan diri saya sendiri untuk menyempurnakan pola sihir saya untuk memusnahkan istana saya sendiri" lalu tubuh Dewi cahaya berubah menjadi butiran butiran cahaya kecil kemudian melayang ke arah pola sihir.

Guardian or Ruler  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang