Bab 3 - Serigala Tetap Serigala, Domba Tetap Domba

22 6 21
                                    

"Terkutuklah kau, Elf!"

Will bukan tipe kurcaci penakut. Ia sering dipersekusi, bahkan hampir dibunuh oleh elf. Kurcaci itu tak pernah gentar.

Namun, melihat gerombolan makhluk buas yang berlari ke arahnya saat ini, Will bagaikan seekor kambing kecil yang kabur dikejar harimau. Ia pucat pasi, hendak lekas-lekas menyelamatkan diri.

"Tolong! Tolong aku!" teriak Percy. Tangan kurusnya tak bisa lepas dari cengkraman sang monster.

Will yang nyaris meninggalkan Percy tiba-tiba berhenti. Matanya beralih dari tangan Percy ke gerombolan monster, lalu ke tangan Percy lagi, dan ke gerombolan monster lagi. Napasnya memburu, sebab dirinya pun tengah diburu.

"Kumohon! Kumohon!" jetir Percy teramat takut.

Akhirnya Will menyerah. Ia mengayunkan golok tumpulnya kuat-kuat, hingga memenggal lengan sang monster. Percy terjengkang saking paniknya. Obor yang dipegang elf itu jatuh ke genangan air. Padam.

"Sialan!" maki Will. Sekarang keadaan jadi gelap gulita.

Tapak kaki para monster bergema ke seantero gorong-gorong. Makin keras. Makin dekat. Jantung Will tak pernah sejumpalitan ini. Pikirannya dipaksa mengambil keputusan dalam waktu sepersekian detik. Demi bertahan hidup.

"Tuan! Tuan!" Percy meraba-raba sekitar, berharap bisa ditolong.

"Kemari!" Will menyambar tangannya, lalu menyeret Percy kabur.

Benar-benar situasi yang buruk. Will berlari seperti orang buta. Menabrak, menyenggol, tersandung apa pun yang ada di depannya. Percy juga demikian. Bedanya, elf itu berteriak nyaring sekali. Entah sudah berapa kali ditegur, ia tetap tak peduli.

Bersama kegelapan yang bergelung di antara dirinya dengan para monster, Will hanya mengandalkan keberuntungan. Ia berharap bisa kembali ke kebun Nat, atau setidaknya pada monster itu yang tidak nafsu lagi mengejar mereka.

Nahas, tiada satu pun harapan Will yang terkabul. Ia justru menabrak sesuatu. Bukan tembok seperti biasanya, atau pipa berkarat. Sesuatu yang satu ini menggeram ketika ditabrak.

"Brengsek!" umpat Will sesaat bahunya diremas oleh cakar-cakar tajam.

Kurcaci itu spontan mengayunkan goloknya, dan seketika itu pula cairan aneh muncrat ke mana-mana. Aromanya anyir sekaligus busuk. Sepertinya makhluk yang menyerang Will sudah tumbang.

"A-apa itu, Tuan?" tanya Percy waswas.

"Mana aku tahu!"

Riuh langkah para monster kembali terdengar. Will dan Percy bergegas lari. Batal! Mereka berhenti. Tidak jadi. Ada keributan lain yang terdengar dari arah berlawanan.

Percy terengah-engah seperti orang asma. Keringatnya mengalir deras, selagi berpikir bagaimana caranya selamat. Will juga kehabisan akal. Mereka dikepung dari dua arah, dalam keadaan buta, tanpa sedikit pun pertolongan.

"Kita harus lari." Will menggenggam tangan Percy.

"T-tetapi di depan sa-!"

Kurcaci itu langsung menarik rekan elfnya maju. Mereka tak tahu bencana macam apa yang menunggu di depan sana. Yang jelas, Will sudah kapok beriman pada keberuntungan. Sekarang ia lebih percaya pada golok tumpulnya.

Semakin lama berlari, semakin jelas pula keributan di depan mereka. Tepat sebagaimana yang diprasangkakan. Itu suara yang sama dengan suara di belakang mereka.

Percy tiba-tiba menarik tangannya. Will kaget.

"Hey, Elf! Mau ke mana kau?"

"Cu-cukup! A-aku tidak sanggup lari lagi. Tinggalkan aku."

Grimbolk Tales Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang