Bab 4 - Bayangan Pekat di Relung-Relung Cahaya

14 6 8
                                    

"Nat, kau takkan percaya padaku!"

"Tentang apa, Will?"

"Kau tahu kurcaci cantik yang setiap hari lewat depan tokoku? Hari ini kami bicara!"

"Maksudmu Ereli?"

"Hey, kenapa tidak bilang-bilang kalau kalian sudah kenalan?"

"Santai dulu. Biar kuberitahu kau, Will. Dia suka bunga gerbera, warna merah muda. Dan, misalkan kalian berkencan, jangan pernah pesan bir. Dia benci pria pemabuk."

"Kemari kau, Elf mesum! Apa saja yang sudah kau lakukan pada gebetanku, hah? Cepat bilang!"

"Oh, dasar emosian! Kau pasti lupa kalau sahabatmu ini penjahit terbaik seantero Grimbolk. Ereli itu salah satu pelangganku. Dia kurcaci yang modis, Will. Jika ingin mencuri hatinya, pastikan janggut berkutumu ini dicuci bersih dulu. Setuju?"

"Takkan pernah!"

Semuanya buyar seketika. Entah mengapa potongan memori itu berkelebat di benak Will. Padahal ia sudah tak peduli.

Nat yang berbincang denganya kala itu, siapa sangka hanyalah seorang elf munafik. Will tidak menyangka dirinya tertipu. Terlebih setelah menganggap Nat sebagai bagian terpenting dalam hidupnya.

Cukup! Kembali ke realita. Sekarang kurcaci itu terbaring di lantai, menatap langit-langit gudang senjata yang bersawang. Napasnya menderu pelan, tetapi jantungnya pontang-panting.

Will melirik perban yang membalut tubuhnya. Tampak noda merah itu sudah mengering. Matanya kemudian beralih pada Percy yang bersandar di lemari. Ia terlihat setengah mengantuk.

"Apa kau yang mengobatiku?" tanya Will.

Percy terkesiap. "Oh, kau sudah sadar, Tuan? Baguslah. Aku menghabiskan sisa simpanan obatku untuk mengeringkan lukanya. Maaf tak bisa mengganti perbanmu."

Will kembali memandang langit-langit, sedikit menelan ludah. Bibirnya kering terkelupas.

"Siapa namamu tadi?" ujarnya serak.

"Percy."

"Kau akan mati, Percy, jika selalu mengandalkan orang lain. Berusahalah jadi kuat. Dunia sudah berubah."

"Aku tahu," sahut Percy lesu. "Maaf merepotkanmu."

Will seketika terkekeh. "Apa para elf memang semunafik itu? Meminta maaf untuk hal-hal sepele, tapi ketika kambuh, mereka takkan segan-segan menikam orang dengan belati."

Percy tahu pertanyaan itu bukan untuknya. Will sedang bicara dengan rasa kecewanya sendiri. Tatapan kurcaci itu diliputi kesedihan.

"Tuan, saat di gorong-gorong, mengapa kau tidak meninggalkanku saja? Kau justru menyelamatkanku." Percy bersuara.

"Kau merawatku dua kali, padahal kita tidak saling kenal. Mengapa?" Will balik bertanya.

"A-aku ... tidak tahu. Aku hanya merasa harus melakukannya."

"Itulah jawabanku untukmu," kata Will.

Obrolan keduanya dibubarkan oleh geraman para monster di luar. Mereka masih bersikeras menerobos pintu gudang.

Will meringis kecil sesaat bangkit. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan mendekati lemari senjata. Terdapat banyak pedang dan kapak di sana. Ada pula busur sekalian dengan berbagai jenis anak panah.

Kurcaci itu mulai memilah-milah. Ia mengambil sebilah pedang, mengamatinya, lalu meletakannya kembali. Selanjutnya sebuah kapak, tombak, panah, hingga gada berduri.

Grimbolk Tales Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang