Percy keluar ketika acara makan-makan di kelas memasak selesai. Madam Ross sempat memberitahunya tentang jadwal hari ini. Ia akan memanggang kue bersama anak-anak untuk menyambut Kapten C dan yang lain sepulang ekspedisi.
Namun, anak-anak bukan hanya mencakup Albert, Aaron, Levia, Benjamin dan Theressa. Masih ada satu anak lagi untuk membuatnya lengkap. Merupakan tugas Percy mencari Zoe dan membujuknya agar sukarela mengikuti kelas memasak.
"Aku melihatnya melintasi perkemahan di sana, sekitar setengah jam lalu. Kemudian dia kembali, dan pergi ke arah sana." Telunjuk T (Tyron Hunk), si penjaga gerbang menunjuk jalur menuju klinik ketika ditanyai oleh Percy.
"Aku akan memeriksanya."
Tyron mengangguk. "Dia kabur dari kelas lagi?" lanjutnya sesaat Percy hendak berlalu.
"Iya." Percy menyahut tak enak. "Dia berkelahi dengan Albert. Bibirnya berdarah."
"Oh, aku tahu ke mana dia pergi." Elf berbibir gempal itu tersenyum. "Pasti menemui Naita di klinik. Periksalah ke sana."
"Terima kasih."
Klinik bukan tempat yang asing bagi Percy. Ada tiga perawat di sana (satu senior, duanya magang). Perawat yang asli bernama Naita Bureu, istrinya Murray Bureu. Ia sedang hamil besar dan kemungkinan akan melahirkan bulan depan.
Meski demikian, Naita tetap bergairah memainkan perannya sebagai seorang perawat. Ia bahkan yang turun tangan langsung ketika mengobati luka Will yang kala itu nyaris infeksi. Beruntungnya, masih ada tanaman antibiotik, dan Will memang punya daya tahan tubuh yang tinggi (sangat tinggi, malahan).
Menghadapi masa-masa krusial dalam hidupnya, Naita tentu cemas. Seorang bayi elf akan lahir di dunia mimpi buruk. Keriangan orang-orang takkan menyambut tangis pertamanya, melainkan jerit dan geram makhluk berdaging busuk. Belum lagi memikirkan betapa getirnya hawa musim dingin di Grimbolk.
Biasanya, warga kota akan beramai-ramai menyumbang jerami untuk merangkai perapian raksasa di balai kota. Grimbolk akan terang-benderang di malam hari, penuh kehangatan. Khusus tahun ini, perayaannya akan "sedikit berbeda".
Murray berjanji bahwa dirinya akan menjamin keselamatan bayi itu. Mereka bahkan sudah menyiapkan nama yang bagus-bagus. Jika laki-laki, namanya pasti Heimsignio, artinya api musim dingin—menandakan bahwa ia akan jadi cahaya di tengah kalutnya musim dingin Grimbolk. Kalau perempuan, nama yang mereka sepakati adalah Stellavidia—bintang hijau—karena hijau bagi kaum elf adalah warna harapan.
Kapten C juga ikut menyumbangkan beberapa nama. Ia menyarankan bayi mereka diberi nama V, atau X, atau Q. Sebab masih belum ada anggota komunitas yang punya nama berawalan huruf-huruf itu. Murray dengan gamblang menolaknya. Dipanggil dengan dua huruf saja sudah cukup menjengkelkan, apalagi satu huruf, protesnya.
Naita hanya menggeleng-geleng lucu ketika mendengar sang suami mewanti-wanti agar tidak mendengarkan saran Kapten C. Murray memang selalu seperti itu (menasihati keseringan, menegur kebanyakan, meragukan keterlaluan).
Mau bagaimana lagi? Murray melakukannya karena merasa punya tanggungjawab sebagai suami dan pihak yang lebih tua. Usia mereka terpaut dua belas tahun jauhnya.
Zoe benar-benar ada di sana ketika Percy masuk ke klinik. Ia duduk di kasur pasien, menunggu elf berperut besar selesai menumbuk daun herbal. Itulah Naita.
Elf wanita berambut cokelat sepinggang itu tampak kaget mendapati Percy di ambang pintu. Dan Percy, ia merasa tidak enak karena harus mengacau di saat-saat padat aktivitas. Zoe hanya menunduk sunyi, rambut hitamnya bergelantungan.
"Tuan Percy, ada yang bisa kubantu?" ujar Naita.
Elf kurus itu hening sejenak. "A-anu ... aku ingin menjemput Zoe. Madam Ross mencarinya. Kelas memasak." Ia tersenyum canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grimbolk Tales
Mystère / ThrillerJudul: Grimbolk Tales Genre: Fantasi, Thriller, Misteri Tag: Zombie, Apocalypse, Aksi, Drama Blurb: Tidak banyak orang yang seberuntung Will. Ia bangun di rumah sahabatnya dengan secangkir pengkhianatan, seporsi luka di punggung, dan asupan katastro...