Gerobak-gerobak kayu bersiaga di sekitaran gerbang masuk komunitas. Sejumlah elf tampak sibuk mengangkut perbekalan sebelum memulai operasi penangkapan undead hari ini.
Percy berdiri di sisi kumpulan kuda, memegang kertas dan pena bulu gagak, selagi matanya menghitung jumlah personel yang akan berangkat. Rencananya, mereka akan bekerja dalam beberapa kelompok.
Babel ditunjuk sebagai pemimpin kelompok pertama. Ia membawa serta tiga orang elf bersamanya. Morbit juga memimpin kelompok lain, bersama Bulroy dan dua elf lagi. Kelompok ketiga awalnya diserahkan kepada Percy, tetapi ia mengalihkan tanggungjawabnya kepada Will yang memaksa ikut.
Sebelum memulai ekspedisi, semuanya berkumpul di lapangan. Mereka akan diberi arahan mengenai prosedur penangkapan undead.
Orang yang paling pantas untuk tugas ini seharusnya adalah Profesor Erbor. Namun, elf botak itu mendadak tidak mau hadir dan menyuruh Percy mewakilinya.
Sesaat naik ke atas mimbar, Percy melihat Kapten C dan Will dari kejauhan. Mereka tampak berdebat selagi berjalan menuju lapangan.
"Mengapa kau tiba-tiba sangat mencemaskanku?" protes Will.
"Karena kau salah satu pemimpin komunitas. Banyak elf yang sudah menerimamu. Selain itu, penghuni tempat ini semakin berkurang. Aku tidak ingin kau menjadi salah satunya, Will," tandas Kapten C.
"Lihat ini!" Will mengangkat kapak di tangannya. "Berapa banyak darah undead yang mengerak di kapak ini? Menurutmu aku akan mati semudah itu?"
"Bukan itu masalahnya." Kapten C menggeleng. "Pertanyaan yang benar, apakah kau akan kembali lagi ke sini?"
Will sontak mengernyit. "Pertanyaan macam apa itu?"
"Entahlah, hanya asumsi liarku. Setelah semua yang terjadi, kau bersikeras pergi ke luar komunitas, membawa kapakmu dan barang-barangmu. Akan jadi sangat bodoh kalau aku tidak curiga, bukan?" Kapten C meliriknya.
Bibir Will menggeliat seraya menatap kapaknya, dan menyentuh tas goni yang tersandang di bahunya. Kemudian, ia balas melirik Kapten C.
"Mengapa kau tidak melarangku, kalau begitu?" ujarnya blak-blakan.
"Karena aku meragukan asumsiku sendiri. Jujur saja, tidak biasanya aku begini. Prasangkaku selalu benar, dan kuharap kali ini salah." Kapten C menjelaskan.
"Maafkan aku, Kapten," ucap Will terkekeh. "Tapi prasangkamu kali ini sudah pasti salah."
Kurcaci itu berjalan mendahului lawan bicaranya. Senyum dan tawa riang itu perlahan-lahan pupus, berganti sorot mata gusar. Kapten C tidak tertawa. Matanya terkunci pada sosok Will yang berjalan semakin jauh.
Rombongan ekspedisi akhirnya dilepas setelah Percy selesai menyampaikan arahan. Misi mereka sederhana: tangkap dua sampai tiga undead, bawa pulang ke komunitas. Gelombang kedua akan berangkat lagi besok sampai kandang berkapasitas dua puluhan ekor itu penuh.
Tatkala Will menunggangi kuda, Kapten C memanggil dari belakang. Elf itu seakan mencegah rekannya pergi lebih jauh.
"Kaptenku," ujarnya. "Berjanjilah kau akan bicara di depan kami sore nanti. Orang-orang membutuhkan orasimu."
Will senyap selama sepersekian detik. "Tentu, jika aku tidak terlalu lelah memotong rahang undead," balasnya kemudian.
Senyum Kapten C menerawang tipis, tetapi Will tahu tatapannya penuh selidik. "Semoga beruntung," katanya seraya mengangguk.
Akhirnya perjalanan dimulai. Beberapa hari lalu, Percy dan Theo telah menyiapkan rute-rute khusus yang akan ditempuh selama ekspedisi. Setiap kelompok akan menyisir jalur yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grimbolk Tales
Misterio / SuspensoJudul: Grimbolk Tales Genre: Fantasi, Thriller, Misteri Tag: Zombie, Apocalypse, Aksi, Drama Blurb: Tidak banyak orang yang seberuntung Will. Ia bangun di rumah sahabatnya dengan secangkir pengkhianatan, seporsi luka di punggung, dan asupan katastro...