"Jadi, bagaimana kencanmu dengan Ereli tadi malam?"
"Aku bersyukur karena mendengarkan saran-saranmu. Kau seratus persen benar, Nat. Soal bunga, soal sifat, soal topik favoritnya. Ia bahkan tersanjung ketika kami mengobrol tentang model busana. Untungnya aku sempat membaca catatanmu."
"Will, aku ikut senang mendengarnya. Sekarang kau bukan kurcaci jomblo mengenaskan lagi, 'kan?"
"Aku, Kawanku, adalah kambing jantan yang siap membuahi betinanya."
Will terkekeh ketika mengingat-ingat pembicaraan hari itu. Segalanya berjalan sangat menakjubkan. Para elf masih belum biadab, Nat masih belum berkhianat, dan Ereli ... masih hidup.
Sekarang semuanya hanyalah memori kosong. Will tidak tahu apakah dirinya harus berkabung atau justru bersorak dengan hal-hal bodoh yang dulu menghipnotisnya. Realita memang tak pernah semanis itu.
Selagi memukul besi, ia melirik Loner dan grupnya yang sedang mengumpulkan kuda di lapangan. Agaknya mereka akan memulai ekspedisi hari ini.
Sesaat hendak kembali fokus menempa besi, suitan dari Kapten C mengagetkan Will. Elf bertubuh jangkung itu berdiri di depan pintu, tersenyum penuh makna.
"Katakan apa maumu," ujar Will pasrah.
"G, Instruktur M memberitahuku kalau kita butuh lebih banyak senjata. Para wanita dan anak-anak juga ingin berlatih," ungkapnya.
Will mengernyit. "Jadi, kau ingin memaksaku membuat selusin senjata dalam sehari?"
"Tentu saja tidak. Kau pernah bilang punya toko pandai besi di balai kota, 'kan? Jika tak keberatan, tunjukkan kami jalan ke sana."
"Aku keberatan." Will mendengus malas. "Lagi pula, kurcaci tidak naik kuda. Kami naik kambing."
"Kami punya kuda poni untukmu, Sobat kecilku," celetuk seseorang. Rupanya itu Loner, tersenyum sinis pada Will. "Sekarang, bisakah kau angkat bokong baumu itu keluar dari sini?"
Kapten C langsung mendorong Loner menjauh. "G, jangan dengarkan dia. Kumohon, ini demi komunitas kita. Bantu kami."
Will menatap besi tempaannya yang mulai dingin. Ia terlalu banyak melongo sampai-sampai lupa memasukkan besinya ke dalam tungku. Harus mengulang lagi dari awal.
Di sisi lain, Kapten C benar-benar tak mau minggat dari pintu. Ia membuat ruangannya jadi gelap, dan Will takkan bisa berkonsentrasi kalau terus-terusan ditatapi.
Kurcaci itu akhirnya mendengus jengkel. Ia meletakkan godamnya dan mencuci tangan di kendi. Kapten C tersenyum. Ia tahu jawaban apa yang akan didengarnya.
"Akan kulakukan tugasku," kata Will, melempar delik tajam pada sang Kapten. "Dan tugasmu, Kapten, jauhkan elf gila itu dariku!"
Loner yang menunggu di luar merasa terpanggil. Ia tertawa ketika melihat Will keluar dari ruang kerjanya.
"Siapa yang kau sebut elf gila, Kurcaci gila?" ejeknya.
"Ayolah, Loner!" tegur Kapten C. "Berapa kali lagi aku harus mendisiplinkanmu?"
Loner hanya mengangkat bahu. "Mungkin sampai mulutku bisu dan tak bisa mengejek makhluk kerdil menjijikan itu lagi," sahutnya, kemudian terbahak sendiri.
"Dasar tolol!" umpat Will ketika melewatinya.
~~Grimbolk Tales~~
Grup Penyintas Grimbolk memiliki lebih dari dua puluh anggota sampai saat ini. Enam di antaranya adalah anak-anak elf. Dalam sebulan ke depan akan jadi tujuh, karena terdapat satu elf yang tengah mengandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grimbolk Tales
Misterio / SuspensoJudul: Grimbolk Tales Genre: Fantasi, Thriller, Misteri Tag: Zombie, Apocalypse, Aksi, Drama Blurb: Tidak banyak orang yang seberuntung Will. Ia bangun di rumah sahabatnya dengan secangkir pengkhianatan, seporsi luka di punggung, dan asupan katastro...