2

1.3K 121 7
                                    

Hawk



"Pigeon, are you okay?"

Masih menunduk gadis itu menggeleng pelan. "No. Mr. Hawk. I'm not okay," bisiknya dengan suara bergetar.

Aku berdiri lalu memutar meja, mendekatinya. Kemudian aku berlutut di samping kursi tempat Pigeon duduk.

"Page, look at me," aku meminta dengan selembut mungkin.

Perlahan matanya melirik, untuk pertama kalinya melihat ke wajahku.

"Oh, Lord. Pigeon, Sweetheart... you have such a beautiful eye. You look at me, and boom! I'm in love," pujiku, demi mencairkan suasana.

Keningnya berkerut. Sementara bibirnya bergetar. "Please, Mr. Hawk. Aku sudah cukup dipermalukan. Tolong jangan cemooh aku lebih dari yang aku bisa tanggung di hari ini," pintanya.

Mataku membelalak. "Apa? Oh, tidak...tidak...tidak. Sungguh, aku tidak bermaksud seperti itu."

Perlahan aku mengangkat kedua tangan untuk menggenggam wajah cantik Pigeon dengan lembut. "Aku sungguh-sungguh dengan perkataan tadi. Kau memang memiliki sepasang mata yang indah...,"

"Aku tahu, bagimu diriku hanya orang asing. Kau juga takut kepadaku. Percayalah, aku tidak bermaksud jahat, ucapku.

Aku lalu berdiri dan melangkah menuju gantungan jaket di sudut ruang, di dekat pintu.

Setelah mengambil jaket kulit hitam milikku, aku kembali mendekati Pigeon.

"Berdirilah, Sayang," pintaku.

Pigeon berdiri. Aku memakaikan jaket di tubuhnya.

"Kau harus belajar, kalau aku tidak suka membagi apa yang kuanggap sebagai milikku...,"

"Mulai sekarang, berpakaianlah dengan lebih sopan. Jika kau ingin memperlihatkan tubuh indahmu, perlihatkan untukku saja saat kita berduaan," candaku.

"Yes, Mr. Hawk," bisiknya, dengan nada cemas.

Aku menggeleng sambil tersenyum. "Call me Hawk. Just Hawk."

"Kau sudah makan?" Aku bertanya.

Perempuan berambut hitam, tebal, dan keriting seperti mi yang panjangnya hampir menyentuh siku tangannya itu, menggeleng.

"Kalau begitu kita makan dulu."

Lagi-lagi dia menggeleng. "Aku tidak lapar."

"Kalau begitu, kita langsung saja ke rumahku."

Matanya membelalak dengan sorot ketakutan. Aku mengembuskan napas panjang. "Percayalah, Page...aku tidak akan melakukan apa pun kepadamu, tanpa seizinmu."

"Kau baru saja membeliku, Hawk," tuduhnya.

"Jika aku menolak, Jude akan mencari lelaki lain yang bersedia. Menurutmu aku adalah pilihan terburuk? Pikirkan lagi, Sweetheart," ujarku.

Pigeon mengembuskan napas panjang. "Aku bisa saja nanti melarikan diri darimu," ancamnya.

"Jika menurutmu itu adalah pilihan terbaik, lakukan saja," aku balas menantangnya.

"Hidup ini kadang memang terasa tidak adil, Page. Dunia di luar sana juga bisa bersikap keras dan kejam. Tapi aku bisa memberimu janji ini...,"

"Selama kau bersamaku, kau akan mendapatkan perlindungan. Tak akan kubiarkan sesuatu yang buruk terjadi kepadamu," tegasku.

"Dan aku harus percaya? Hawk, sebelum hari ini aku bahkan tidak tahu kau ada di dunia ini," sindirnya.

Aku menyeringai, menyukai keberaniannya. "Biarkan waktu yang membuktikannya."

Loving HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang