24

421 65 5
                                    

Hawk



"Nora Green mengajukan tuntutan kepada Serenity, Beast," kataku.

Aku sedang berada di kediaman Phoenix. Baru saja aku menceritakan tentang kasus hukum di Serenity.

"Dan, kau baru menceritakannya kepadaku sekarang?"

"Iya," anggukku.

Kami berdua sedang duduk di kursi-kursi padanan sebuah meja kaca bundar, di area pinggir kolam renang.

Kolam renang rumah ini, berada di lantai dua.

Aku mengesah. "Kau tahu, aku hanya ke sini setiap Rabu. Ini adalah Rabu, Beast," tambahku.

"Kau bisa datang kapan saja ke sini, Hawk. Kenapa harus menunggu hari kunjungan rutin?"

"Demi Tuhan. Bahkan aku juga punya nomor telepon untuk dihubungi. Aku bukan manusia gua yang jauh dari peradaban, Hawk," sindirnya.

"Aku fokus menghadapinya sendirian. Kau cukup tahu beres saja, seperti biasa, Beast," aku balas menyindir.

Aku menunjuk ke wajahnya. "Kita membeli kepemilikan Serenity dari Uncle Joseph bertahun-tahun lalu. Aku 50 persen. Kau 50 persen...,"

"Tapi selama ini, siapa yang memberikan tenaga, pikiran, dan waktu untuk mengurusi Serenity? Setahuku itu bukan kau, Beast," tambahku, dengan jengkel.

Phoenix mengesah sambil mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Kau tahu keadaanku tidak memungkinkan untuk bepergian keluar...."

Aku memotong kalimat Phoenix. "Itu hanya alasan konyol dan sudah basi. Berhentilah mengasihani diri sendiri, Beast. Kau memiliki luka bakar di sebagian wajah, dan tubuhmu, memangnya kenapa?" Aku menyolot.

"Bahkan bekas luka-luka itu sudah sangat diminimalisir dengan kecanggihan operasi plastik dari dokter-dokter bedah terbaik yang Mom dan Dad usahakan...,"

"Sekarang yang tampak di wajah dan tubuhmu hanya guratan-guratan kecil di sana-sini...,"

"Jika kau keluar untuk bersosialisasi, tidak akan ada orang yang akan melihatmu sebagai orang aneh. Kau saja yang terlalu berlebihan, Brother," sindirku.

"Itu mungkin yang kau lihat, Hawk. Tapi saat bercermin, aku masih melihat luka yang sama. Semuanya, setiap sentinya. Luka-luka bakar itu seolah masih menempel di kulitku," kilah Phoenix.

"Kalau begitu, kenapa kau berhenti berobat ke psikiater?"

"Aku tidak gila, Hawk!"

Aku memelotot. "Melihat sesuatu yang sesungguhnya sudah tidak ada lagi, artinya kau tidak mampu melihat realitas, Beast!"

"Ah, sudahlah! Kita sudahi saja pembicaraan konyol ini. Sekarang fokus saja dengan kasus di Serenity," elak Phoenix.

Aku mengesah pasrah. "Pelaku sudah ditangkap. Dia di penjara, sambil menunggu proses peradilan...,"

"Di sisi lain, Nora Green ingin membuka kasus yang berbeda. Dia diwakili pengacaranya, ingin mengajukan tuntutan hukum kepada Serenity," ungkapku.

Phoenix mengangguk pelan. "Apa yang dia inginkan?"

"Uang."

"Jika tidak kita penuhi?"

"Dia akan melanjutkan tuntutan ke pengadilan."

"Serenity tidak bersalah. Setiap tamu yang datang wajib memiliki kewaspadaan diri. Kita tidak mungkin menjaga mereka satu per satu seperti seorang ibu menjaga anaknya yang masih berusia kanak-kanak...,"

Loving HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang