"Putraku bisa menjadi pria berhati dingin dan tidak peduli, jika dia berkehendak...,"
"Hawk tidak mungkin membelimu, terlebih kau adalah anak dari orang yang paling dibencinya. Kecuali...." Penelope menoleh untuk menatapku.
"He has a soft spot for you," katanya.
"Soft spot?" Aku bertanya dengan bingung.
Penelope mengangguk. "Titik lunak yang tulus, dari hatinya terdalam. Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah memperlihatkan titik itu kepada perempuan mana pun...,"
"Berhati-hatilah, Pigeon. Jangan kau sakiti putraku," ancamnya.
Glek.
"Aku tidak berniat menyakiti putra Anda, sungguh. Mana mungkin? Hawk adalah pria yang telah menyelamatkanku," ucapku.
"Dia menginginkanmu. Apakah kau menginginkannya juga?" Dia bertanya dengan nada serius.
Aku menggeleng. "Aku yakin Anda salah paham. Hawk tidak menginginkanku. Dia hanya menyelamatkanku. Putra Anda hendak memberiku kesempatan kedua dalam hidup."
Mata Penelope menyipit. "Kalau kau tidak menginginkan putraku, jagalah sikap dan kata-katamu kepadanya, Pigeon...,"
"Jangan memprovokasinya. Dan, jangan pula memberinya harapan palsu," tegas Penelope, yang semakin membuatku bingung.
"Tentu saja, Penny. Aku sama sekali tidak ada niat seperti itu," kilahku, dengan sungguh-sungguh.
"Apa kau tahu, Dear. Dari mana aku tahu tentang dirimu dan keberadaanmu di rumah ini?"
Keningku berkerut. "Bukankah Hawk yang memberitahumu?"
Penelope menggeleng. "Ha! I wish!" Dia tertawa meledek.
Aku diam, masih belum paham.
"Linda Lane meneleponku."
"Linda Lane?" Aku tetap bingung.
Penelope mengangguk. "Dia pemilik Linda's Salt & Pepper. Sebuah kedai makan. Tadi putraku menemuinya, untuk mencarikanmu pekerjaan."
"Oh."
"Iya, oh. Putraku, melakukan hal itu untuk dirimu, Dear. Dia pasti memiliki soft spot untukmu. Aku mengenal putraku. Dia tidak mungkin melakukan itu, jika hatinya tidak peduli," angguknya.
Aku menggeleng. "Tidak, bukan seperti itu, Penny, sungguh. Semalam aku dan Hawk memang berbicara...,"
"Dia memang ingin supaya aku memperoleh pekerjaan secepatnya. Setelah aku memiliki cukup uang, Hawk ingin aku pergi," terangku.
Keningnya berkerut. "Pergi?"
"Iya. Dia ingin aku menyewa apartemen dan memulai kehidupan baru. You see, Anda telah salah paham tentang apa yang dirasakan Hawk terhadapku," ucapku dengan ramah.
Penelope menggeleng sambil tersenyum. "Kau tidak mengerti putraku."
Terdengar suara alarm mesin cuci.
"Kau mencuci?" Penelope bertanya.
Aku mengangguk.
"Mencuci pakaian kotor putraku?"
"Iya, Penny," anggukku.
"Why?"
"Setidaknya, itu adalah hal yang bisa kulakukan, sebagai rasa terima kasihku untuknya."
"Hentikan itu, Pigeon. Hentikan, kecuali kau merasakan sesuatu yang tulus untuk kau tawarkan kepada putraku," perintahnya.
Keningku berkerut. "Aku tidak mengerti, Penny."
"Kubilang, hentikan saja. Termasuk bersih-bersih rumah ini, jika kau hanya ingin tinggal sementara di sini," tegasnya.
"Bukan aku, tapi Hawk yang menginginkanku untuk pergi dan menyewa tempat tinggal lain," kilahku.
"Bagaimana denganmu? Apakah kau ingin pergi?" Desak Penelope.
"Aku... aku tidak tahu, Penny. Demi Tuhan, aku baru bertemu dengan putramu kemarin...,"
"Lagi pula, usiaku baru 18 tahun. Jadi, aku belum benar-benar paham dengan arah pembicaraan kita," ungkapku.
Penelope melambaikan satu tangannya ke atas sambil berdecak jengkel. "Oh, Dear. Jangan gunakan faktor usia sebagai senjata...,"
"The heart wants what it wants. Kau tahu pada usia berapa aku melahirkan Phoenix?" Dia bertanya.
"Phoenix?"
Penelope mengangguk. "Dia putra pertamaku. Saat melahirkan Phoenix, usiaku belum genap 19 tahun. Sementara Gale, 25 tahun. Banyak orang berpikir kalau kami masih terlalu muda. Aku tidak peduli...,"
"Aku tahu kalau telah jatuh cinta, sejak pertama kali bertemu dengan Nightingale Storm. Dan, aku tidak malu-malu untuk memperlihatkannya...,"
"Aku merayu Gale habis-habisan. Dan, aku tidak pernah menyesalinya. Pernikahan kami sudah berlangsung selama 43 tahun. Setiap harinya, rasanya kami masih pengantin baru," ucapnya dengan lebih lembut.
Aww. "That's sweet, Penny. I'm happy for you," pujiku, tulus.
"Phoenix dan Hawk berdarah Storm sejati. Mereka benar-benar putra ayahnya...,"
"Mereka bersikap dingin dan tidak peduli. Setelah patah hati akibat pengkhianatan Emily dan Jude, ada perubahan pada diri Hawk. Kata orang, putra bungsuku itu telah menjadi seorang perayu. Tapi kata-kata rayuannya itu, tidak pernah bermakna...,"
"Hawk tidak pernah menoleh, meski perempuan yang telah salah mengartikan rayuannya itu mengiba...,"
"Dan, yang pasti dia tidak pernah melakukan kebaikan apa pun untuk para perempuan itu," ungkapnya.
Penelope menatapku lekat-lekat. "Mereka bilang Phoenix dan Hawk adalah pria berhati kejam. Tapi, itu tidak benar. Sesungguhnya mereka itu bersifat persis ayahnya...,"
"Hatinya lembut terkhusus kepada seseorang yang istimewa.... Dan, saat mereka memberikan hati, mereka tidak main-main...,"
"Oleh karena itu, aku memperingatkanmu, Pigeon. Berhati-hatilah," katanya, kali ini wajahnya terlihat tegas lagi.
Glek. Jantungku berdegup kencang.
"Jika kau tidak memiliki hati untuk putraku, jangan berbuat atau berkata-kata yang mengindikasikan kalau kau memilikinya...,"
"Jika kau berniat hanya tinggal di sini sementara, lalu melanjutkan hidupmu, lakukan saja...,"
"Tapi...berhentilah mengurusi rumah ini. Jangan sentuh cucian kotor putraku. Jangan khawatirkan itu. Setiap Jumat, ada Elaine yang mengurus semua itu," ungkap Penelope.
"Siapa Elaine? Kenapa harus dia yang mengurusi semua itu?" Niatku hanya bertanya. Tapi, nada yang keluar dari mulutku terdengar keras dan meluap, bagaikan sebuah amarah.
Tiba-tiba saja aku merasa terusik, ada perempuan lain yang mengurus rumah ini, dan mencuci pakaian kotor Hawk.
Mata Penelope terlihat membelalak kaget melihat tanggapanku.
Sejak tadi, aku selalu berbicara dengannya dengan nada pelan dan sopan.
Glek.
"Maafkan aku, Penny. Aku tidak berniat bersikap kurang sopan. Aku tidak tahu apa yang merasuki diriku," ucapku, tulus.
Anehnya, Penelope terlihat tersenyum. "Calm down, Dear. No worries about Elaine. Dia adalah asisten rumah tangga, yang jasanya di sewa Hawk seminggu sekali," ungkapnya, dengan raut wajah semringah.
Aku tidak mengerti. Kenapa Penelope terlihat terkesima bahkan seolah senang dengan sikap berlebihanku tadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Hawk
RomanceSaat teman lamanya datang tanpa diundang untuk menawarkan putrinya, Hawk pada akhirnya mengambil keputusan. Dia menerima tawaran tersebut. Menurutnya itu adalah pilihan yang paling bijaksana, demi kebaikan gadis itu. Disclaimer! This is teaser versi...