28

331 55 2
                                    


Hawk



"Bisakah kau melakukannya untukku?" Aku bertanya kepada Andrew Spencer.

Kami berada di ruang kerjaku, di Biker Bar.

Aku telah menceritakan tentang kejadian semalam. Kepada pengacara andal itu, aku ingin dia memeriksa kandungan apa saja yang berada di dalam botol air minuman pemberian Sunny kepada Pigeon.

Selain itu, aku juga ingin supaya dia memproses kasus ini ke ranah hukum.

"Aku bisa membawa botol minuman itu ke laboratorium, Mr. Hawk," angguknya, dengan raut wajah serius.

"Hawk. Panggil aku Hawk. Hentikan formalitasmu. Seperti yang sudah sering kubilang," kritikku.

Andrew menyeringai. "Hubungan kita adalah profesional antara klien dan pengacara, Sir. Dan, tanpa mengurangi rasa hormat, aku memilih tetap berada di jalur itu," tangkasnya, sopan.

Aku mengesah. "Suit yourself. Terpenting, bisakah kau membantuku dalam kasus ini?"

Kali ini, Andrew yang mengesah. "Maafkan aku, Mr. Storm. Aku harus bicara apa adanya dari sudut pandang seorang pengacara."

"Silakan. Aku mendengarmu," kataku.

Pria berkaca mata minus itu mengangguk pelan. "Kasus ini, berbeda dengan yang terjadi pada Miss Nora Green...,"

"Pada kasus tersebut, perempuan itu jelas adalah korban. Ada bukti CCTV yang tak terbantahkan...,"

"Ada bukti laporan medis dari hasil pemeriksaan kesehatan pada Miss Nora Green. Dan, pelakunya pun sudah ditangkap. Lelaki itu juga sudah mengakui perbuatannya...,"

"Saat ini, kasusnya hanya soal waktu. Jadwal sidang pertama sudah ditentukan akan dilangsungkan dalam dua minggu lagi," ungkapnya.

Aku mengangguk, masih diam dan mendengarkan.

"Kasusmu di sisi lain, lebih rumit, dan juga lemah."

Keningku berkerut. "Lemah?"

Andrew mengangguk. "Lemah."

"Maksudmu?"

"Begini, Sir, jika pun hasil lab mengenai air dalam botol minuman itu terbukti mengandung zat obat perangsang. Kita masih membutuhkan bukti sahih, kalau Sunny Willis adalah pihak yang mengontaminasinya," terangnya.

"Bukankah dia yang memberikan minuman itu kepada Pigeon?"

"Iya, sekali pun itu yang terjadi, kita sedang bicara hukum di sini. Di mata hukum, tidak ada yang salah saat seorang kakak memberikan sebotol air mineral kepada adiknya."

"Tapi air itu sudah ditaburi zat berbahaya," tangkasku.

"Apa buktinya? Hanya karena laboratorium menyatakan hal tersebut, tidak serta merta Sunny Willis langsung dinyatakan bersalah...,"

"Terlebih dulu, Anda harus membuat laporan kepolisian sebagai korban. Kekasih Anda, akan dimintai keterangan sebagai saksi...,"

"Jika pihak kepolisan menganggap laporan Anda layak untuk ditindaklanjuti, maka prosesnya akan di mulai...,"

"Yang pasti, itu akan memakan waktu dan juga rumit. Mengingat kemungkinan ada tiga kepolisian di tiga kota berbeda yang harus saling berkoordinasi...,"

"Lovebirds, sebagai lokasi kejadian. Mountstair, sebagai kota tempat pabrik air minuman itu berada. Dan, New York, di mana saat ini Sunny Willis bermukim sebagai mahasiswi...,"

"Pihak kepolisian di kota ini tidak bisa melanggar wilayah yurisdiksinya. Tidak mungkin, polisi kita datang ke New York untuk menangkap Sunny Willis tanpa seizin dan sepengetahuan NYPD. Anda mengerti?"

Aku mengangguk dengan muka masam. Tidak suka dengan apa yang kudengar.

"Selain itu, maafkan aku, Sir, tapi pihak kepolisian bisa saja memilih untuk tidak menindaklanjuti laporan Anda. Mereka kemungkinan hanya akan mencatat dan memasukkan ke dalam arsip."

Keningku berkerut. "Kenapa tidak?"

"Sebab Anda bisa dianggap bukan sebagai korban. Kecuali jika kekasih Anda, Miss Pigeon Underwoods merasa dirugikan. Jika tidak, perbuatan kalian akan dikategorikan sebagai perbuatan wajar di antara sepasang kekasih," terangnya.

"Itu keterlaluan! Jika Pigeon menuruti kemauan Sunny untuk meminum air itu di HG, maka hal buruk bisa terjadi kepada kekasihku!" Aku berseru lantang.

Dengan tenang Andrew mengangguk. "Jika hal itu yang terjadi, maka pihak kepolisian pasti akan menindaklanjutinya sebagaimana yang mereka lakukan terhadap kasus Miss Nora Green."

Aku diam masih merasa marah.

"Maafkan aku, Mr. Storm. Penjelasanku mungkin tidak memuaskanmu. Namun, sebagai pengacaramu, aku hanya ingin memberi nasihat hukum terbaik," ucapnya, sopan.

"Lantas apa yang harus kulakukan? Diam saja dan pasrah?" Aku masih jengkel.

"Tentu saja tidak. Aku tetap akan membawa sisa air minum dalam botol itu ke lab. Hasilnya nanti, kita arsipkan dan akan kita jadikan senjata yang memberatkan di pengadilan nanti...,"

"Pengadilan?" Aku bingung.

Andrew mengangguk. "Berdasarkan pengalaman, orang seperti Sunny Willis akan memantau kejahatannya dari jauh. Jika dia merasa, niat buruknya tidak berhasil, maka besar kemungkinan dia akan kembali."

Mataku membelalak. Tubuhku menegang dengan suatu kengerian yang nyata. "Dia akan kembali untuk menyakiti Pigeon?"

Raut muka Andrew tampak masam. "Maafkan aku, Sir. Tapi, iya. Kemungkinan dia akan kembali. Kabar baiknya...,"

"Dari pengalamanku sebagai pengacara, percobaan kejahatan berikutnya akan lebih sembrono. Hal itu diakibatkan amarah dan rasa dengki yang menghalangi para pelaku untuk berpikir jernih," ungkapnya.

"Kau tidak membuatku merasa lebih baik, Andrew," sindirku.

Dia berdeham. "Maafkan aku. Tapi, Mr. Storm, kita bisa melakukan sejumlah tindakan preventif untuk menjaga keamanan kekasih Anda...,"

"Sehingga saat percobaan kejahatan berikutnya terjadi, pihak kita sudah lebih dari siap untuk memberangus Sunny Willis. Dan, di saat itu, kita pastikan akan memiliki bukti yang tak terbantahkan," sarannya.

Aku diam terus menelaah perkataannya. Memikirkan strategi apa saja yang perlu dilakukan untuk melindungi Pigeon.

"Apakah Anda masih ada pertanyaan? Jika tidak saya pamit untuk pergi ke lab," kata Andrew.

"Kau boleh pergi. Tapi, Andrew, tolong jadwalkan pertemuan dengan Miss Nora Green. Aku ingin berbicara langsung dengannya," pintaku.

Andrew mengangguk. "Baiklah, Mr. Storm. Secepatnya, aku akan menjadwalkan pertemuan itu."

Aku mengangguk pelan. "Kabari aku secepatnya. Tentang pertemuan itu, dan juga hasil lab," kataku, memberinya perintah tambahan.

Lagi-lagi pengacara itu mengangguk. "Alright, Sir. Anything else?"

Aku menggeleng. "Tidak. Untuk kali ini, cukup. Terima kasih," ucapku.

Loving HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang