"Apakah kau betah di sini?" Penelope bertanya, tak lama setelah aku menyuguhinya secangkir kopi hangat.
Perempuan berkulit putih terawat itu duduk di salah satu kursi meja makan bundar.
Sementara, aku masih berdiri di sampingnya.
"Aku baru di sini sehari. Kemarin, Hawk membawaku ke mari," ungkapku.
Penelope tersenyum. "Ambilah secangkir kopi untukmu, Dear. Dan, duduklah di sini, dekat denganku. Aku benar-benar ingin mengobrol bersamamu," undangnya.
Aku mengangguk. Lalu melangkah menuju meja dapur, di mana coffee-maker berada.
Area ruang makan dan dapur di rumah ini memang menyatu tanpa sekat.
Tak lama kemudian aku pun kembali dengan membawa secangkir kopi panas.
Penelope tersenyum. "Duduklah di sini," katanya, memilihkan kursi untuk kududuki.
Lagi-lagi aku mengangguk dan patuh menuruti keinginannya.
"Apakah kau berkenan menceritakan tentang dirimu, Pigeon?" Penelope bertanya, sedetik setelah aku duduk. Kursi kami bersebelahan.
Aku mengerti kenapa Penelope Storm menanyakan hal ini.
Dia adalah seorang ibu. Pasti dirinya mencemaskan Hawk, yang telah membawa orang asing tinggal di rumahnya.
Perempuan ini ingin memastikan kalau aku tidak akan membahayakan putranya.
Terlebih rumah ini besar dengan perabotan lengkap yang mahal dan mewah.
Bisa saja aku mencuri sesuatu, lalu kabur.
Maka, aku memutuskan untuk bicara terus terang saja.
"Namaku, Pigeon Underwoods. Aku lahir dan dibesarkan oleh ibuku Pamela Underwoods, di Mountstair...,"
"Aku tinggal di sana bersamanya, sampai beliau wafat," terangku.
"Wafat?"
Aku mengangguk.
"Ya, Tuhan, maafkan aku. Berapa usiamu saat itu?"
"Sepuluh tahun, Ma'am," jawabku.
"Pigeon, Dear, you can call me Penny," undangnya.
Aku mengangguk. "Okay, Penny."
"Lalu apa yang terjadi?"
"Untuk sementara aku tinggal di panti asuhan, sampai Child Protective Services, menemukan keberadaan ayah biologisku," ungkapku.
"Go on," Penny memintaku untuk terus berbicara.
"Nama pria itu, Jude Willis. Dan, kemarin dia membawaku menemui Hawk...."
Matanya membelalak. "Jude Willis katamu?" Dia memekik ngeri.
Aku menelan gugup kemudian mengangguk pelan.
"Mau apa dia membawamu menemui Hawk?" Penelope bertanya dengan wajah tegang.
"Mmh...dia hendak menjualku, Penny," kataku pelan.
"Pardon?"
Aku kembali menelan dengan gugup. "Jude ingin menjualku. Dan, Hawk menyelamatkanku. Putra Anda, ingin memberiku kesempatan kedua. Setidaknya, itu yang dia katakan," ungkapku.
Penelope menatapku dengan sorotan mempelajari.
Aku benar-benar merasa gugup dibuatnya.
"Kau tidak mengenal putraku, Pigeon," tegasnya.
Aku mengangguk setuju. Memang aku baru bertemu dengannya kemarin.
Tentu saja aku belum begitu mengenalnya.
"Dia membenci Jude Willis dan istrinya, Emily. Kalau boleh jujur, mungkin setengah dari warga kota ini juga membenci mereka...,"
"Tapi, keluarga kami memiliki alasan yang lebih pribadi, kenapa membenci kedua orang itu...,"
"Dan Hawk, sudah sepantasnya, menjadi orang yang paling membenci Jude dan Emily," tegasnya, dengan wajah marah.
"Kau bilang, kau putri dari musuh bebuyutan Hawk?" Dia bertanya dengan tatapan menyelidik.
Glek.
Aku mengangguk waswas. "Maafkan aku, Penny. Apakah Anda ingin aku pergi dari sini? Aku mengerti jika itu yang Anda inginkan. Dan, aku akan segera pergi," ujarku dengan cemas.
Penelope mengembuskan napas panjang lalu matanya terpejam, seolah sedang mencari kesabaran.
Lalu dia menaruh cangkir di tangannya ke atas meja. Matanya dibuka, dia kemudian menatap ke depan. Tapi, belum berbicara apa pun lagi.
Apakah itu tandanya dia ingin aku segera berkemas dan pergi meninggalkan rumah ini?
Aku menelan masih gugup. "Permisi," bisikku, sebelum berdiri.
Penny menoleh. "Mau ke mana kau?"
"Berkemas, dan bersiap meninggalkan rumah ini," jawabku, pelan, akibat takut.
"Apakah aku yang menyuruhmu? Aku tidak ingat tadi memintamu untuk berkemas dan pergi dari rumah ini?"
Aku menggeleng. "No, Ma'am. But, I understand...."
"You don't understand me, Pigeon. And, please stop calling me Ma'am. Sekarang, duduklah. Masih banyak yang perlu kita bicarakan," perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Hawk
RomanceSaat teman lamanya datang tanpa diundang untuk menawarkan putrinya, Hawk pada akhirnya mengambil keputusan. Dia menerima tawaran tersebut. Menurutnya itu adalah pilihan yang paling bijaksana, demi kebaikan gadis itu. Disclaimer! This is teaser versi...