Hawk
"Honey, I'm home!" Aku berseru setibanya di rumah.
"I'm in here!" Pigeon balas berseru dari arah dapur.
Lagi-lagi semerbak aroma masakan tercium menggugah selera makanku.
"Masak apa malam ini?" Aku bertanya santai seraya melangkah ke arah dapur.
"Daging panggang, bubur kentang, dan salad sayur," jawab Pigeon, hangat.
Aku berdiri di hadapan kitchen island. "Daging panggang ya? Apakah ini hari ulang tahunku?" Aku bercanda.
Pigeon terkikik. "Apakah harus menunggu kau ulang tahun agar aku bisa membuatkanmu daging panggang?"
"Demi Tuhan, Hawk, untuk seorang bujangan yang konon katanya hanya pulang untuk mandi dan tidur, persediaan bahan makananmu sangat lengkap," sindirnya.
Aku tertawa. "Elaine yang berbelanja."
"Oya? Apa yang dia lakukan saat mengetahui bahan pangan yang dia belanjakan untukmu nyaris tak tersentuh?"
Aku menyeringai. "Aku memintanya membawa semua ke rumahnya. Lalu, berbelanja lagi."
Keningku berkerut. "Kenapa?"
"Elaine adalah perempuan paruh baya, yang masih harus menanggung kehidupan tiga orang cucunya. Tapi, perempuan itu terlalu angkuh untuk menerima bantuan cuma-cuma," ungkapku.
"Jadi tugas berbelanja hanya sekadar siasatmu untuk membantu keluarganya?" Pigeon menebak.
Aku mengangguk. "Kurang lebih begitu."
Keningnya berkerut. "Kalau begitu, aku merasa bersalah telah memasak," keluhnya.
Aku terkekeh. "No worries, Babe. Kurasa justru Elaine akan merasa aneh kalau kau tinggal di sini, dan bahan makanan tak tersentuh."
"Kau yakin?"
"Tentu saja."
"Bagaimana dengan cucu-cucunya?"
"Kurasa mereka akan baik-baik saja."
"Iya, kah?"
Aku mengangguk. "Elaine tidak hanya bekerja kepadaku. Dia juga bekerja di rumah my Mom, dan kakakku."
"Omong-omong soal anggota keluargamu. Your mom tadi berkunjung ke sini," ungkapnya.
Aku menyeringai. "Sudah kuduga."
Keningnya berkerut. "Kenapa begitu?"
"Aku menyebut nama Elaine. Dan, kau tidak bertanya tentang siapa dia? Itu artinya, ada orang lain yang sudah memberitahukanmu."
Pigeon kembali terkikik. "Ah, benar juga."
"Page, soal my mom, apa pun yang dia katakan kepadamu, jangan dimasukan ke dalam hati," pintaku.
"Kenapa?"
"Aku mengenal my mom. Dia itu, begitu ingin supaya aku atau Beast segera menemukan jodoh," ujarku, santai.
"Beast?"
"Phoenix. Maksudku, Phoenix, kakakku."
"Ah," gumamnya, sambil mengangguk. Matanya menyorotku dengan tatapan jahil.
"What is it, Page?"
"Apa kau yakin aku harus mengabaikan perkataan your mom?" Pigeon bertanya, dengan mata menyipit, sok serius.
Namun, ada nuansa canda terasa dari nadanya.
"Tentu saja. Abaikan saja."
"Apa kau yakin, Hawk?"
"Absolutely, Page. What the fuck, Babe?" Aku penasaran.
"Ah, tidak apa-apa. Kupikir malam ini, kita berdua akan mendiskusikan perihal pakaian pengantin untuk digunakan nanti," candanya.
Sontak aku pun tertawa. "Honey, you are nothing but a child to me. I am an old man, too old for you. Please, lupakan saja apa pun yang my mom katakan kepadamu," saranku.
Pigeon ikut tertawa. "Ah, untunglah. Kupikir sebelum tidur malam ini, aku dan kau harus tawar menawar soal jumlah anak untuk kulahirkan," candanya lagi.
Aku terkekeh. "No worries, Page. Your womb is safe," kataku dengan nada bijaksana.
"Piuhh. Aku lega sekarang," balasnya, sambil membuat gerakan menyeka keringat di kening.
Aku kembali tertawa. "Aku akan mandi dan berganti pakaian. Saat makan malam nanti, aku akan mengabarkan berita baik untukmu."
Pigeon mengangguk. "Okay, Hawk. By the way you are not that old," candanya.
Aku balas tersenyum. "I am to you, Baby."
Pigeon cekikikan. "Kau belum beruban, Hawk. Artinya, kau belum setua itu."
"Aku sudah berumur 20 tahun, saat kau lahir, Page. Soal uban? Tunggu saja. Besok atau lusa, mungkin helaian rambut putih itu akan muncul di kepalaku, khusus untuk menyapamu," candaku.
"Ya, Tuhan, Hawk. Cepat sana kau mandi. Jika tidak, kau akan membuat perutku sakit akibat terlalu lama menahan tawa," selorohnya.
Aku menggeleng sambil menyeringai. "Senang bisa menghiburmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Hawk
RomanceSaat teman lamanya datang tanpa diundang untuk menawarkan putrinya, Hawk pada akhirnya mengambil keputusan. Dia menerima tawaran tersebut. Menurutnya itu adalah pilihan yang paling bijaksana, demi kebaikan gadis itu. Disclaimer! This is teaser versi...