Saat aku kembali setelah mandi dan berganti pakaian, Penny dan Gale sudah tidak ada.
Bahkan, tidak ada siapa-siapa di rumah.
Aku hanya mendapati pesan tertulis di secarik kertas, di atas dus donat.
Pigeon,
Aku ada urusan di luar.
Kalau ada apa-apa kabari saja.
Bila mau pergi, juga kabari aku.
Hawk.
***
Aku menghabiskan waktu untuk bersih-bersih kamar tidurku. Lalu rumah. Kemudian, mengambil daun-daun yang berjatuhan ke kolam renang, menggunakan jaring. Setelah itu, menyiram tanaman di taman samping.
Kini, aku duduk di ubin teras menghadap ke taman yang baru saja kusiram, sambil menikmati sekaleng soda dingin.
Dalam kesendirian, aku memikirkan hubungan bersama Hawk.
Perbincangan bersama Penny dan Gale tadi pagi, membuatku sadar kalau aku belum benar-benar mengenal Hawk.
Pria tampan bermata abu-abu yang memiliki daya hipnotis nan memabukkan. Warna mata langka yang juga dimiliki oleh Gale, ayahnya.
Aku mengesah panjang.
Harus berapa kali aku mengingatkan diri sendiri bahwa di antara aku dan Hawk tidak akan ada kisah asmara.
Tidak akan pernah.
Pria berambut pendek model pompadour (cepak tipis di pinggir, agak tebal di atas) itu, tidak melihatku sebagai perempuan untuk dicintai.
Aku harus selalu memahami hal itu. Sebagaimana Penny dan Gale (terutama Penny), juga sebaiknya tidak lagi berekspektasi apa-apa terhadap hubunganku dengan putranya itu.
HP berdering. Mataku melirik ke seluler yang tergeletak di ubin teras, di sebelahku.
Ada foto Laura di sana. Seketika aku meraihnya, dan menerima panggilan bicara.
"Hi, Page. What are you doing?" Laura menyapa.
"Nothing," balasku seraya mengangkat bahu tak acuh.
Mata masih menatap pemandangan hijau dari taman samping rumah.
"Kau di mana sekarang?"
"Rumah Hawk," balasku.
"Ada Hawk di sana?"
"Tidak."
"Kau sendirian?"
"Iya," anggukku.
"Mau yoga bersama?"
"Di sini?"
"Iya, bila kau tertarik."
Aku kembali mengangkat bahu tak acuh. "Sure."
Kupikir kenapa tidak?
Ini bukan pertama kalinya kami melakukan yoga bersama di rumah Hawk.
"Cool. Kalau begitu aku dan Anna segera ke sana!"
"See you then," balasku, sebelum menutup saluran telepon kami.
Selanjutnya, aku menghubungi Hawk.
"You okay?" Pria itu menjawab tanpa basa-basi.
"I'm good, Hawk. Aku hanya hendak memberitahukanmu kalau Anna dan Laura akan datang ke rumahmu," kataku.
"Kalian akan meluangkan waktu bersama di sana?"
"Iya, kalau kau tidak keberatan."
"Aku tidak keberatan," katanya.
"Cool. Kami berencana akan yoga bersama," ungkapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Hawk
RomanceSaat teman lamanya datang tanpa diundang untuk menawarkan putrinya, Hawk pada akhirnya mengambil keputusan. Dia menerima tawaran tersebut. Menurutnya itu adalah pilihan yang paling bijaksana, demi kebaikan gadis itu. Disclaimer! This is teaser versi...