29

345 58 9
                                    


Hawk



Pertemuanku dengan Nora Green terjadi hari ini.

Aku ditemani Andrew. Sementara dia didampingi pengacaranya.

Pertemuan kami terjadi di ruang rapat kantor Andrew.

"Apa yang hendak Anda sampaikan kepada klienku, Mr. Storm?" Pengacaranya bertanya.

Pandanganku tertuju kepada gadis berusia 27 tahun itu. Dia balas menatapku dengan sorotan judes.

Dari duduknya, gadis berambut cokelat itu terlihat tegang. Seolah dia bersiap untuk melakukan pertarungan sengit dengan kami.

Aku tersenyum. "How are you Miss Green?" Aku bertanya ramah.

"Aku ingin mengatakan kalau aku baik-baik saja, Mr. Storm. Sayangnya, aku tidak merasa demikian," balasnya, dengan ketus.

Aku tersenyum lagi. "Tentu saja. Setelah apa yang menimpa pada dirimu, sangat dimengerti kalau kau tidak merasa baik," anggukku.

"Oya? Anda bisa mengerti apa yang kurasakan, Mr. Storm?"

Lagi-lagi aku mengangguk. "Sayangnya, iya. Aku mengerti apa yang kau rasakan. Tahu kenapa?"

"Oh, entahlah. Mungkin Anda bisa menjelaskannya kepadaku," ledek gadis itu.

Dengan sabar, aku terus menghadapi sikap permusuhannya. "Sebab, belum lama ini kejadian serupa menimpaku, Miss Green. Jadi, iya. Aku sangat paham dengan apa yang kau rasakan," ungkapku.

Dia tampak kaget. Matanya pun membelalak. "Apa maksud Anda?"

Aku mengesah. Lalu mulai menceritakan kisahku.

Tentang Sunny yang memberikan sebotol air mineral kepada Pigeon.

Tentang Pigeon yang membawa botol minuman itu ke rumah kami.

Soal aku yang kemudian meneguk beberapa kali minuman dari botol itu. Lalu terbangun di keesokan harinya dengan perasaan yang rumit.

"Aku merasa pusing, lemas, bingung. Aku tidak memiliki ingatan tentang apa yang terjadi semalam...,"

"Bahkan hingga sekarang. Memori itu tidak pernah ada. Efek dari zat dalam minuman itu, telah merampas beberapa jam berharga dari hidupku...,"

"Aku merasa dijahati, dilecehkan, dan diperlakukan tidak adil. Lebih buruk lagi, aku tidak bisa menuntut kepada pihak mana pun...,"

"Berbeda dengan dirimu, Miss Green, apa yang terjadi padaku dianggap suatu peristiwa biasa di antara sepasang kekasih," ungkapku.

Gestur tubuh perempuan berkulit pucat itu sudah tidak setegang sebelumnya.

"Maafkan aku mendengar hal buruk itu terjadi pada dirimu, Sir. Tapi, percayalah, kau jauh lebih beruntung daripada aku...,"

"Setidaknya, kau melakukan perbuatan itu, meskipun tidak bisa mengingat kejadiannya, tapi yang kau gunakan adalah tubuh kekasihmu sendiri...,"

"Bukan orang asing jahat yang sejak awal memang telah berniat buruk!" Gadis itu berbicara berapi-api, namun suaranya bergetar menahan tangis.

Aku mengangguk. "Iya, Miss Green. Kuakui, dalam hal ini, aku lebih beruntung. Namun, bukannya tanpa risiko...,"

"Bisa saja, dalam ketidaksadaranku, aku menyakiti kekasih yang sangat kucintai lebih dari apa pun. Tidakkah kau juga mengerti Miss Green?"

"Aku bisa saja bangun di keesokan harinya, mendapati perempuan yang teramat penting dalam kehidupanku, sudah melarikan diri karena ketakutan?"

Loving HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang