Pigeon
Hari pernikahan kami. Aku berdiri di hadapan cermin, melihat refleksi diri dalam balutan busana pengantin.
"Kau terlihat sangat cantik, Dear," puji Penny yang berdiri di sampingku.
Aku menoleh kepadanya. "Terima kasih, Penny. Kau adalah ibu terbaik, bukan hanya untuk kedua putramu. Kau membuatku merasa berarti bahkan sejak pertama kali kita bertemu," kataku, tulus.
Dengan mata berkaca-kaca, Penny mengangguk. "Terima kasih sudah datang ke kehidupan putraku. Terima kasih karena kau telah mampu menyentuh hatinya...,"
"Dan, terima kasih atas janin yang saat ini sedang bersemayam di rahimmu. Kau telah membawa berkah dan harapan menjadi nyata di keluarga kami. Keluargamu...,"
"Terima kasih telah menjadi bagian dari kami," pujinya.
Kami pun saling berpelukan untuk beberapa saat.
"Kau siap?"
Aku mengangguk. "Aku siap, Penny."
Penny tersenyum. "Aku akan memanggil Gale kalau begitu."
Aku mengangguk sambil tersenyum.
Gale akan menyerahkanku kepada Hawk.
Saat Gale masuk ke kamar ini, matanya menyorotku dengan sorotan lembut.
"My Dear, selain Penny, kau adalah pengantin tercantik yang pernah kulihat," pujinya.
Aku seketika tercekak dalam tangis dan tawa. "Thank you, Gale...for everything."
Gale menggeleng. "No, Dear Pigeon. I, thank you," katanya.
Dia mendekat hingga berdiri di sampingku. "Ready?"
Aku mengangguk. "Ready."
Tak lama kemudian upacara pernikahan kami pun dilangsungkan di taman belakang kediaman keluarga Storm.
Acaranya sederhana, namun terasa sakral dan indah.
Pemberkatan pernikahan aku dan Hawk hanya dihadiri keluarga, kerabat, serta sahabat terdekat saja.
"Kalian kunyatakan sebagai suami dan istri. Kau boleh mencium mempelaimu sekarang," kata pendeta yang baru saja menikahkan kami.
Hawk pun segera memberiku ciuman manis dan sangat mesra, di hadapan semua orang yang bertepuk tangan menyaksikan
***
"Aku akan ke toilet sebentar," bisikku, kepada Hawk, setelah kami asyik bersenda gurau bersama para tamu yang datang.
Hawk mengangguk. Dia lalu mengecup pipiku. "Cepat kembali kepadaku."
Aku mengangguk sambil tersenyum.
Selepas itu, aku pun bergegas hendak masuk ke rumah.
"Kau mau kemana Pigeon?"
Aku menoleh. Ada Anna dan Laura yang bergegas mengejarku.
"Ke kamar kecil," balasku.
"Aku ikut," kata Anna."
"Aku juga," seru Laura.
Aku mengangguk. Lalu kami pun masuk bertiga.
Setelah menyelesaikan urusan di toilet terdekat yang bisa kami temukan di rumah ini, aku, Laura, dan Anna pun berjalan keluar.
Kami hendak kembali berbaur bersama para tamu yang hadir di pesta pernikahan ini.
"Pig!" Aku mendengar seruan suara pria yang familier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Hawk
RomanceSaat teman lamanya datang tanpa diundang untuk menawarkan putrinya, Hawk pada akhirnya mengambil keputusan. Dia menerima tawaran tersebut. Menurutnya itu adalah pilihan yang paling bijaksana, demi kebaikan gadis itu. Disclaimer! This is teaser versi...