19

685 69 6
                                    

Pigeon



"Aku tidak menyangka kalau hari ini akan datang juga," seru Penny sambil mendesah senang.

Seketika aku menoleh untuk memperhatikan wajahnya yang tampak bahagia. Matanya menyorotku dengan tatapan hangat.

Keningku berkerut bingung. "Apa ada yang membuatmu senang di pagi hari ini, Penny?"

"Oh, tentu saja, Dear," balasnya, sambil tersenyum gembira.

Aku menoleh kepada suaminya. "Jangan bilang kalau hari ini adalah hari jadi pernikahan kalian," tebakku.

Gale terkekeh sambil menggeleng. "Tidak, Dear. Bukan itu yang membuat kami senang."

Mataku membelalak. "Oh, jadi Anda juga senang, Gale?"

"Tentu saja, Pigeon," angguknya.

Aku tersenyum. "Aku senang kalau kalian merasa gembira di pagi hari ini," anggukku, sebelum kembali menyeruput kopiku.

"Jadi, tidakkah kau akan menceritakannya kepada kami?" Penny bertanya.

Keningku berkerut. "Aku? Apa yang harus kuceritakan?"

"Mmh, tentang kencan kalian semalam, tentu saja. Memangnya apa yang membuat kami datang berkunjung sepagi ini?" Penny kembali berbicara.

Mataku membelalak. Tiba-tiba saja aku mengerti. "Oh, tidak-tidak, Anda berdua telah salah paham. Tidak terjadi apa-apa antara aku dan Hawk semalam. Saya bisa memastikan kalau kami berdua tidak pernah berkencan," elakku.

Kening Penny berkerut. "Lalu ini apa?"

Dia menunjukan sebuah foto dari layar HP yang di hadapkannya ke wajahku.

Mataku seketika bisa melihat penampakan aku dan Hawk yang sedang berpelukan di Serenity semalam.

Mataku kembali membelalak. "Ya, ampun dari mana Anda mendapatkan foto itu? Siapa yang sudah memotret? Aku tidak ingat pernah meminta kepada siapa pun untuk mengambil gambar kami...," aku mengoceh dengan panik.

"Maaf telah membuatmu merasa tidak nyaman, Pigeon. Tapi, bukannya hendak menakut-nakutimu. My wife memiliki mata-mata di mana-mana," ungkap Gale.

Mataku membelalak lagi. "Penny, Anda mematai-matai kami?"

"Tentu saja, Dear," ucap Penny, tanpa malu-malu.

Aku pun memekik bingung. "Why? I don't understand."

"Really, Dear?" Penny balik bertanya dengan nada menggoda.

Aku mengembuskan napas panjang. "Aku mengerti, Penny. Anda berharap, terjadi sesuatu antara aku dan Hawk...,"

"Maaf telah mengecewakan kalian berdua. Tapi foto itu tidak seperti yang terlihat," ungkapku.

"Lalu apa yang kami lihat?" Penny mendesak.

Aku kembali mengesah. "Itu...hanya aku yang bersikap sentimental karena mendengar sebuah lagu romantis. Kebetulan Hawk ada di sana, dan aku memintanya memelukku. Itu saja," terangku.

"Hawk kebetulan berada di sana katamu?" Gale menimpali.

"Iya, Gale," anggukku.

"Memangnya kalian tidak datang ke Serenity berdua?" Gale kembali bertanya.

Aku menggeleng. "Oh, tidak. Aku ke sana bersama teman-temanku, Anna dan Laura."

"Tapi, kau sudah janjian untuk bertemu Hawk di sana, kan?" Penny kini yang bertanya.

Aku kembali menggeleng. "Sama sekali tidak. Justru aku kaget saat melihat Hawk ada di sana."

Kening Penny dan Gale berkerut bingung.

"Bagaimana mungkin kau kaget melihat Hawk ada di sana?" Penny bertanya.

"Sebab, aku tidak bilang akan ke Serenity kepada Hawk," jawabku.

"Bila pun begitu...tetap saja. Seharusnya, Hawk yang kaget melihatmu di sana. Dan, bukan sebaliknya," ucap Penny, masih terdengar bingung.

Aku mengangguk pelan. "Tentu saja Hawk kaget melihatku di Serenity. Demikian pula aku. Sama sekali tidak menyangka akan melihat Hawk di sana."

"Tapi, Dear... seharusnya, kau sudah bisa memprediksi akan keberadaan putraku di sana," ujar Gale.

Aku bertambah bingung. "Should I? I don't understand. Why?"

Gale dan Penny saling menatap tak kalah bingung, sebelum mereka kembali memandang ke wajahku. "Jadi kau belum tahu?"

"Tahu tentang apa?"

"Bahwa Hawk hampir setiap malam, walau hanya sebentar-sebentar, pergi ke Serenity," ungkap Gale.

Aku menggeleng. "Oh, aku tidak tahu itu. Kenapa Hawk sering ke sana? Apakah untuk mencari teman kencan?"

"Oh, Gale, kurasa, Pigeon benar-benar tidak tahu," gumam Penny, kepada suaminya. Namun, mata kedua orang itu masih menatapku. Kali ini dengan sorotan iba.

Pria yang sangat mirip Hawk namun versi lebih tua itu menggeleng kecewa. Namun kuyakin, kekecewaannya itu bukan ditujukan kepadaku.

"He keeps her in the dark," gumamnya. Kalimatnya itu ditujukan kepada Penny. Tapi aku merasa yang dia bicarakan adalah aku.

"Please, if you want to say something, just say it," kataku, mulai merasa lelah dengan teka-teki mereka.

Masih menyorotku dengan tatapan iba, akhirnya Penny berdeham canggung. "Serenity, adalah salah satu bisnis yang juga dikelola oleh Hawk."

Mulutku seketika menganga. Aku sungguh-sungguh tidak tahu.

Semalam Hawk tidak berterus-terang mengenai hal ini. Dan, selama berbulan-bulan kami hidup serumah, dia juga tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai bisnis lain yang dimilikinya.

Kupikir, hanya Biker Bar.

"Kurasa, Hawk tidak ingin aku tahu banyak tentang dirinya," kataku, sebelum menelan dengan rasa kecewa.

Sorotan mata keduanya seketika tampak bersimpati kepadaku.

Aku terkikik canggung. "You see, kalian berekspektasi terlalu tinggi. Sungguh tidak ada apa-apa di antara aku dan Hawk...,"

"Putra kalian adalah lelaki yang cukup tertutup kepadaku. Ya, ampun! Ini sudah jam berapa? Dan, aku belum mandi. Kalian tidak keberatan kan kalau aku tinggal sebentar untuk mandi?" Aku bertanya dengan grogi.

Rasanya aku ingin melarikan diri dari situasi canggung ini.

"Tentu saja, Dear," angguk, Penny, memberiku semangat, masih memberiku tatapan simpatik.

"Terima kasih. Permisi...." Aku pun bergegas melangkah menuju kamar mandi.

Loving HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang