11

584 72 0
                                    

Sesaat setelah masuk ke Linda's Salt & Pepper bersama Hawk, suasana di kedai makan ini mendadak hening.

Semua mata tertuju kepada kami, dengan tatapan menilai.

Termasuk seorang perempuan berusia matang yang menatap kami dengan sorotan tajam.

Hawk melangkah penuh wibawa mendekati perempuan yang berdiri di hadapan meja kasir itu.

"Mencarikannya pekerjaan sepertinya tidak cukup. Kau harus juga mengantarnya untuk menghadapi wawancara kerja," sindir perempuan berstelan blus biru muda bercorak abstrak, dan celana kulot blue jeans panjang itu.

Oh, berarti dia yang bernama Linda Lane?

"Pigeon sendirian di kota ini. Dia juga belum familier dengan jalanan di sini. Aku mengantarnya untuk mempermudah saja," balas Hawk, santai.

"Uh-huh," angguk perempuan berlipstik merah itu, dengan nada sangsi.

Perempuan berbando biru tua dengan aksesoris berbentuk pita di pinggirnya itu kemudian melihat ke arahku yang sejak tadi telah berdiri di belakang Hawk.

"Kau siap menghadapi wawancaramu, Nona Muda?" Dia bertanya dengan tegas.

Hawk menoleh untuk menatapku. "It's okay, Honey. It's gonna be just fine. I believe you can do it," ujarnya, menyemangatiku.

"Okay, Hawk. Wish me luck," anggukku.

Dia mengulas senyuman tipis. "Good luck, Page."

Aku balas tersenyum. Dengan meragu, aku mulai melangkah melewati Hawk, mendekati perempuan yang tingginya beberapa senti lebih pendek dariku.

"Aku akan menunggumu, sambil menikmati secangkir kopi di sini," seru Hawk dari arah punggungku.

Aku pun menoleh. "Okay, Hawk."

Linda hanya menggeleng memperhatikan kami. "Ikuti aku, Pigeon," perintahnya.

Aku pun patuh berjalan di belakangnya ke arah belakang menuju sebuah pintu bertuliskan "Office."

***

"Isilah data-data sesuai yang diminta formulir kepegawaian ini," perintah Linda, seraya menyerahkan selembar kertas.

Aku mengangguk lalu duduk di sebuah kursi, di hadapan meja kerjanya.

Perempuan yang telah duduk di sebuah kursi kantor itu kemudian memberiku sebuah pulpen.

"Untuk menghemat waktu, sambil kau menulis, aku akan mengajukan sejumlah pertanyaan," katanya.

Aku mengangguk. "Yes, Ma'am."

"Namaku Linda Lane. Kau boleh memanggilku Linda. Soal panggilan, aku tidak mengharapkan formalitas...,"

"Tapi untuk urusan pekerjaan, aku mengharapkan sikap profesionalitasmu. Aku tidak peduli kalau kau ini adalah kekasihnya Hawk Storm. Kau mengerti?"

Aku kembali menulis. "Aku bukan kekasih Hawk," tangkasku.

Linda menyeringai. "Tentu saja kau adalah kekasihnya."

Aku menggeleng. "Bukan, Anda telah salah sangka."

Linda tertawa. "Katakan itu kepadaku beberapa bulan lagi saat kau datang menghadapku di kantor ini, untuk mengajukan cuti melahirkan."

"Oh, itu tidak akan pernah terjadi," sanggahku.

"We will see about that, Dear," balasnya sambil menyeringai, seolah meremehkan pernyataanku.

"Aku sungguh-sungguh, Linda," ujarku, bersikukuh.

Linda mengembuskan napas panjang. "Dengar, Pigeon... kau tidak tahu apa-apa soal lelaki berdarah Storm. Tapi aku dan warga kota ini, terutama yang sudah hidup di Loverbirds Town dari generasi ke generasi, tentu paham...,"

"Para Storm tidak akan peduli pada kehidupan apalagi kesejahteraan seorang gadis, kecuali dia telah mencuri hati mereka," ungkapnya.

Aku menggeleng. "Itu tidak benar. Antara Hawk dan saya tidak ada apa-apa. Anda telah salah menilai," kilahku.

Linda tersenyum. "Okay, Dear. Whatever you say. Just wait and see," selorohnya, masih saja menyepelekan pengakuan dariku.

Ugh.

Linda dan Penelope sama saja.

Loving HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang