Aku tampil menyanyi di atas panggung HG. Anna dan Laura menonton dari bangku-bangku bar yang mereka duduki.
Ini bukan pertama kalinya mereka memberikan dukungan moril kepadaku saat bekerja sebagai penyanyi. Namun, memang ada sesuatu yang berbeda dari kehadiran keduanya saat ini.
Rencananya, setelah dari sini kami akan pergi ke suatu tempat untuk bersenang-senang.
Bagiku, itu akan jadi pengalaman yang pertama.
Sementara Anna dan Laura, katanya sudah beberapa kali bertandang ke sana.
Nama tempat yang hendak kami datangi malam ini adalah Serenity. Sebuah klub malam yang berlokasi di pusat kota ini.
Berdasarkan info dari kedua temanku itu, setiap Minggu malam merupakan Ladies Night di Serenity.
Artinya, ada promosi diskon lima puluh persen untuk makanan dan minuman yang dipesan, khusus bagi para perempuan.
Setelah aku selesai bernyanyi dan mengembalikan pakaian inventaris HG ke tempatnya, kami bertiga berkumpul di toilet wanita.
"Apa menurut kalian ini gaun cocok untukku?" Aku bertanya setelah berganti pakaian mengenakan salah satu gaun yang ada di tas pakaianku di rumah. Aku sengaja membekali diriku dengan gaun ini untuk rencana pergi ke Serenity.
Aku tidak pernah membeli gaun-gaun seperti ini. Emily yang dulu menjejali tasku dengan pakaian-pakaian serupa ini.
"Astaga gaun itu benar-benar memperlihatkan lekuk tubuhmu," pekik Anna.
"Aku tidak tahu kau memiliki tubuh seindah itu," pujinya.
"Apakah itu sebuah pujian atau sindiran?" Aku bertanya.
"Tentu saja pujian," jawabnya.
Aku tersenyum. "Baiklah terima kasih. Sekadar memastikan saja."
"Girl, gaun itu tidak hanya memperlihatkan kemolekan tubuhmu. Tapi juga payudaramu," timpal Laura.
Aku seketika mematutkan diri di hadapan cermin. Lalu cemberut melihat refleksi diriku di sana.
"Aku seperti seorang perempuan tuna Susila," gerutuku.
Laura dan Anna terkikik. "Kuakui pakaian itu memang terlihat murah dan berlebihan. Tapi, tetap saja tidak mengurangi fakta tentang keindahan tubuhmu," ucap Laura.
"Ini adalah gaun tersopan yang ada di dalam tas pakaianku," keluhku.
"Darimana kau mendapatkan gaun itu?" Anna bertanya.
"Emily, ibu tiriku. Dia sepertinya sangat yakin saat Jude mengantarkanku kepada Hawk, lelaki itu akan mempekerjakanku sebagai wanita tuna susila...,"
"Dan, Emily seolah ingin memfasilitasiku dengan pakaian penunjang untuk profesi tersebut," ucapku dengan jengkel.
Kedua temanku yang juga sejak tadi sudah bergaun (bedanya gaun mereka terlihat normal dan wajar) itu kembali terkikik.
"Sejujurnya, aku tidak menyalahkan pikiran buruk seperti itu. Dari rumor yang kudengar, Hawk sangat membenci Emily dan Jude...,"
"Jika Hawk adalah lelaki yang bersifat pendendam, bisa saja dia memperlakukanmu seperti yang dipikirkan Emily, atas dasar kebencian dan balas dendam," ujar Anna.
Apa yang terjadi di antara Hawk, Jude, dan Emily, di masa lalu rupanya telah menjadi rahasia umum sebagian warga kota ini.
Khususnya, mereka yang telah lama menetap di sini, dari generasi ke generasi.
Hawk sejak lahir memang sudah dikenal oleh masyarakat Lovebirds Town. Bahkan berita kelahirannya, diberitakan di koran lokal.
Aku tahu, dari arsip perpustakaan kota ini. Saat itu, Anna dan Laura ingin memberiku bukti tentang seberapa terpandangnya keluarga Storm di Lovebirds Town.
Sejak dulu gerak-gerik keluarga mereka diperhatikan oleh masyarakat dengan rasa hormat.
Kakek moyang keluarga Storm adalah salah satu pendiri kota ini. Saat Hawk lahir, ayahnya, Nightingale Storm adalah seorang Sheriff. Sementara kakeknya, pada saat itu menjabat sebagai walikota.
Dari cerita-cerita, keduanya telah menjalankan tugas dengan baik, dan mendapatkan apresiasi dari masyarakat.
Di masa remaja Hawk, saat harus menerima pengkhianatan dari Emily dan Jude, warga kota ini ikut dibuat marah.
Keduanya bagaikan pasangan public enemy di Lovebirds Town. Itulah kenapa, setamat highschool, Jude dan Emily buru-buru pindah ke luar kota.
Dan, sejak saat itu pula, konon mereka tidak pernah lagi menampakan diri di kota ini. Sampai hari di mana Jude menjualku kepada Hawk.
Laura mengangguk dengan tampang marah. "Saat ayah dan ibu tirimu mengirimkanmu ke Hawk, sesungguhnya mereka telah memberikan hukuman mati kepadamu. Kejam sekali!"
Aku tersenyum. "Aku bersyukur, ternyata mereka keliru. Justru keputusan keduanya adalah jalan terbaik untukku."
Anna mengangguk puas. "Tidak terbayangkan apa tanggapan mereka jika kelak kau dan Hawk menikah. Menurutku itu adalah pembalasan dendam terbaik darimu kepada Jude dan Emily."
Aku terkikik sambil menggeleng. "Hawk menikahiku? Oh, please...menjadikanku kekasih saja dia enggan."
"Belum," Laura mengoreksi dengan percaya diri.
Aku menggeleng. "Oh, tidak. Aku tidak mau bertaruh untuk itu."
Lalu aku kembali memperhatikan refleksi diri di cermin. "Kurasa aku tidak bisa keluar dengan berpakaian seperti ini. Aku tidak sanggup," ungkapku sambil cemberut.
Laura dan Anna bergerak hingga berdiri di samping kiri dan kananku. Mereka melihat apa yang kulihat di hadapan cermin.
"Ya, kurasa gaun ini adalah ide buruk. Hawk tidak akan menyukainya," gumam Laura.
Lalu aku teringat kata-kata Hawk di hari pertama kami bertemu. Bahwa aku adalah miliknya.
Dan, dia juga pernah berucap kalau tidak suka membagi apa yang dianggapnya sebagai miliknya.
Aku pun cemberut. "Aku tidak ingin membuat Hawk marah."
"Kalau begitu, kau ke apartemen kami saja. Kau boleh memilih gaunku atau gaun kepunyaan Laura," usul Anna.
"Setuju. Kau boleh meminjam gaun kami, yang mana saja yang kau sukai," timpal Laura.
Aku pun tersenyum senang. "Terima kasih ya. Aku beruntung memiliki kalian sebagai teman," ungkapku dari hati.
"Aww," gumam Laura dan Anna bersamaan, sebelum kami saling berpelukan.
Tak lama kemudian, kami bertiga pergi ke unit apartemen yang disewa Laura dan Anna secara patungan.
Setelah memilih gaun yang kupikir cocok untuk dikenakan ke sebuah klub malam, tapi tidak berlebihan dan tetap terlihat wajar, kami pun berangkat ke Serenity.
Aku tidak menyangka kalau ternyata ada sebuah kejutan tak terduga di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Hawk
RomanceSaat teman lamanya datang tanpa diundang untuk menawarkan putrinya, Hawk pada akhirnya mengambil keputusan. Dia menerima tawaran tersebut. Menurutnya itu adalah pilihan yang paling bijaksana, demi kebaikan gadis itu. Disclaimer! This is teaser versi...