4

997 88 9
                                    


Hawk



"Sayang, aku pulang," seruku dalam nada canda saat mendapati Pigeon sedang masak di dapur.

Pigeon menoleh. "Hey," balasnya, masih memasak.

Aku melangkah mendekati kitchen island. "Kau memutuskan untuk tinggal?"

Pigeon yang telah berpakaian lebih sopan dan kasual, menoleh kepadaku lagi. Lalu dia mengangkat bahunya. "Aku belum memiliki tujuan."

Aku mengangguk. "Nanti kita bicarakan saat makan malam. Aku memiliki rencana untukmu."

Perempuan berkaos biru dan celana panjang blue jeans itu mengangguk. Kali ini, matanya menatapku penuh selidik.

Wajar saja jika gadis itu belum sepenuhnya percaya akan niat baikku.

"Aku akan mandi dan berpakaian bersih. Nanti aku akan kembali."

"Okay, Hawk," angguknya, pelan.

***

"Ini, enak, Page," pujiku, di sela aktivitas makan malam kami.

Perempuan yang rambutnya diikat ke belakang itu mengangkat bahunya. "Ini hanya spaghetti bologness, garlic bread, dan vegetable salad, Hawk. Tidak ada resep istimewa. Semua orang bisa membuatnya."

Aku terkekeh. "Mungkin. Tapi, belum tentu seenak buatanmu."

Pigeon tersipu dengan pipi merona.

"Kadang, bakat perayumu membuat para gadis muda salah paham." Seketika kata-kata peringatan dari Phoenix terngiang.

Aku pun berdeham. Dalam imajinasi, aku menjewer telinga sendiri.

Kadang, aku memang tidak mampu mengendalikan kata-kata.

"Dengar Page, kita harus bicara."

Pigeon seketika menegang. Raut wajahnya terlihat lebih serius.

"I'm listening, Hawk," balasnya.

Aku mengangguk pelan. "Apa bakat dan minatmu?"

Keningnya berkerut. "Bakat dan minatku?"

"Iya."

"Kenapa kau ingin tahu?"

"Aku ingin membantu mencarikan pekerjaan yang cocok untukmu di kota ini," ungkapku.

"Pekerjaan?"

Aku mengangguk. "Iya, Page. Pekerjaan. Kau sudah tergolong dewasa. Adalah hal yang lumrah jika gadis seusiamu mulai bekerja...,"

"Kecuali jika kau ingin melanjutkan Pendidikan...."

"Ah, tidak," potong Pigeon.

"Aku tidak pernah berniat untuk kuliah, Hawk," lanjutnya.

"Why not, Page?"

"Selain tidak punya uang? Aku tidak terlampau berbakat di jalur akademis."

Aku mengangguk menerima jawabannya. "Apakah kau memiliki bakat tertentu?"

Dia tampak berpikir sejenak. "Kurasa begitu."

"Apa itu?"

"Hospitality. Keramahan, kesabaran, dan daya ingat. Sejak usia 16 tahun, aku sudah bekerja paruh waktu di sebuah kedai makan...,"

Loving HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang