23

430 72 4
                                    


Pigeon


Aku sedang membuat sarapan di dapur dengan girang sambil mendengarkan YouTube Music dari smartTV.

Terdengar suara pintu yang digeser. Aku menoleh ke area samping, di mana pintu penghubung ke taman belakang berada.

Tampak Hawk muncul dari sana dengan mengenakan pakaian olah raganya. Dia terlihat berkeringat dengan napas terengah.

Aku pun tersipu malu dibuatnya.

Seolah mengerti dengan apa yang ada dalam benakku, Hawk pun terkekeh.

Dia melangkah mendekat lalu memukul ringan sisi kepalaku. "Kendalikan pikiranmu, Sayang," selorohnya yang membuatku memelotot.

Hawk membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral dari dalamnya.

"Kau membuat apa untuk sarapan pagi ini?" Pria berkaus biru lengan panjang itu bertanya, sebelum meneguk minuman dari botolnya.

Matanya melirik dua buah piring makan yang sudah dipenuhi makanan. Satu piring untukku, satu lagi untuk Hawk.

"Kelihatannya enak, Babe," puji pria bercelana jogger hitam itu, sambil mengerlingkan satu matanya.

Aku terkikik senang. "Ini, Jammy Egg Toast." Aku menunjuk pada selembar roti panggang yang kumasak khusus. Di atasnya terdapat telur goreng mata sapi.

"Lalu ini adalah Vietnamese Coffee Granola," kataku sambil menunjuk pada sebuah mangkuk kecil, yang juga terdapat pada piring yang sama.

"Kuharap kau menyukainya, Hawk."

"Apakah aku pernah mengeluh tentang makanan yang kau sajikan?" Hawk bertanya.

"Come here, Baby," undangnya.

Aku melangkah mendekatinya. Dia meraih dan memeluk pinggangku. "Katakan Page, kenapa setiap kalinya, kau membuat sarapan dan makan malamku bagaikan bersantap di restoran saja?"

Hawk mengecup bibirku. "Betapa aku beruntung memilikimu," pujinya.

Aku menangkup kepalanya. Lalu bibirku mencium bibirnya dengan masra.

"I love you, Hawk," kataku, di sela ciuman kami yang masih berlangsung.

"You do, Baby?"

"Uh-huh," anggukku, masih melumat bibirnya.

"I love you too, Pigeon."

Seketika aku berhenti menciumnya dan melepaskan pertautan bibir kami.

"Kau tidak perlu berbohong, Hawk," protesku.

"Aku tidak berbohong, Page."

Aku memelotot. "Hanya karena aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, kau tidak serta merta harus langsung memberikan balasan...,"

"Aku tahu hubungan kita masih baru. Berikan waktu agar cintamu padaku tumbuh dengan alami. Biarkan dirimu terbiasa dengan keberadaanku dalam hidupmu...."

"Are you fucking kidding me, Babe?" Hawk memotong kalimatku.

Seketika aku berkacak pinggang dan menegakan tubuh. "Nope!"

Hawk mengesah seolah mencari kesabaran. "Babe, kita sudah hidup serumah selama berbulan-bulan. Nyaris setiap hari aku sarapan dan makan malam bersamamu. Menyantap masakanmu...,"

Loving HawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang