32. Bukit Misteri

3K 175 20
                                    

Pagi-pagi usai sholat subuh Cahaya berangkat ke tempat mencekam seperti apa yang ia katakan semalam. Gadis mengenakan seragam dinas melompat dari ketinggian melalui jendela. Cuplikan singkat akan tempat dan gank Darkness masih menari-nari di kepala, para Black Man pengusik kehidupan masih menjadi misteri tak terpecahkan. Latar belakang mereka, alasan mereka menyerang pesantren serta untuk apa mereka di bentuk masih sebatas tanda tanya.

Di era hukuman di beratkan pesantren padanya, Cahaya pelintir dan di gunakan untuk melancarkan aksi mematikan. Gadis ocean berlari melewati rumput-rumput liar untuk tiba di lokasi persembunyian Black Man. Sengaja gadis itu keluar dari tempat membahayakan nyawa, karena hanya jalur itu yang tak terpasang cctv di sekitar lokasi. 

Suasana segar menjadi tegang, mata tajam gadis ocean mengkerling ke kanan ke kiri. Kosong, kata itu menggambarkan semuanya. Tempat di mana Black Man berkumpul kemarin kini sepi tak berpenghuni.

"Di mana mereka?" Gadis bermata tajam tak menyerah, terus mencari para predator-predator mematikan.

Cahaya menatap pohon menjulang tinggi, ia lantas mendekati, tanpa aba-aba memanjat untuk melihat situasi dari atas."Sepi, kenapa tempat ini sepi seperti kuburan. Di mana para Black Man yang banyak kemarin?"

Panik melambangkan raut wajah Cahaya sekarang, saat mata tak sedikitpun menemukan keberadaan mereka, hadir rasa jengkel di lubuk hati terdalam.

"Apa mungkin tempat ini adalah tempat perkumpulan sementara mereka?" Cahaya berdecak kesal, usahanya kabur dari pesantren gagal total saat mangsa tidak di ketahui keberadaannya.

"Kalau begini percuma aku lompat dari ketinggian, jika pada akhirnya aku akan kembali dengan tangan kosong." Rutukan keluar di bibir ranum, rasa gembira di hati Cahaya seketika langsung sirna, rencananya hancur lebur.

Wajah cantik menenangkan tapi mematikan tertunduk lesu, hati dan pikiran remuk redam gara-gara satu gank. Tiba-tiba kepala gadis setenang lautan terangkat, mata membidik tajam ke arah bukit berjarak beberapa meter di sebelah barat.

"Siapa itu?" Pandangan Cahaya tajamkan, dari kejauhan mata merasakan sesuatu yang tak wajar.

"Sepertinya ada pergerakan di sana. Apa jangan-jangan......"

Perkataan Cahaya terpotong, senyuman mematikan tiba-tiba terlukis menghiasi wajah di balik selendang merah.

Tanpa aba-aba Cahaya menjatuhkan tubuh dari ketinggian, dengan rasa semangat yang membara, gadis itu berlari mendekati bukit dengan menerobos semak-semak. Di samping semak-semak terdapat sebuah tanah kosong tak di tumbuhi apapun dengan lebar satu meter, namun gadis itu enggan melintas di jalan itu, karena kehadirannya akan mudah di ketahui.

Semak-semak rimbun di kaki bukit menjadi tepat perlindungan Cahaya. Mata di pertajam, menatap tanpa suara suasana menghujam jantung di depan."Owh ternyata bukit ini di kuasai oleh mereka, tak pernah ku duga kalau mereka akan tinggal di sini." Gumam Cahaya.

Bangunan besar nan tinggi berdiri kokoh di depan Cahaya tatap tajam. Bangunan terbangun dari batu bata berwarna merah cukup luas dan besar, terdapat satu pintu di bangunan luas tersebut. Di sekeliling kaki bukit terbangun rumah-rumah yang atapnya terbuat dari jerami.

Gadis itu tercengang melihat orang-orang bernuasa hitam di depan. Para Black Man rata-rata masuk ke dalam bangunan tinggi tersebut.

"Apa semuanya sudah siap?" Tanya salah satu Black Man.

"Sudah, ayo kita ke pesantren lagi. Tugas dari guru Sakara tidak boleh kita abaikan begitu saja, jika kita masih mau bernafas lega di dunia." Sahut temannya.

2 Black Man berangkat menuju pesantren. Mereka melintas tepat di samping semak-semak yang berisikan gadis petaka. Tak ada yang sadar jika seseorang menguping pembicaraan mereka.

Saat di rasa mereka telah menjauh, pelan-pelan Cahaya memberikan diri keluar dari tempat persembunyian. Sepelan mungkin kaki Cahaya mendekati sebuah bangunan besar yang di kunjungi para Black Man. Mulut melongo kala melihat banyaknya Black Man terbaring di tempat itu. Dengkuran halus terdengar di telinga, mereka semua terlelap dalam nikmatnya tidur, tak ada seorangpun yang membuka mata.

"Jadi di sini tempat mereka istirahat!" Terkesiap menikam tubuh, gadis ocean memandang anggota Darkness terbujur dari ujung sampai ke ujung. Penutup wajah masih terpasang rapih di setiap anggota, sehingga wajah-wajah bedebah lingkungan tak terdeteksi oleh mata.

Satu persatu Cahaya mulai mengetahui fakta-fakta tentang mereka. Mulai tempat perkumpulan hingga tempat mereka bermalam.

Tap
Tap
Tap

Derap kaki terdengar mendekat. Panik melanda tubuh, secepat kilat gadis ocean bersembunyi di balik bangunan, menghimpit tubuh pada dinding, menahan nafas sekejap.

"Nanti malam pastikan ada salah satu Kyai di pesantren itu yang mati. Kita harus cepat membunuh mereka, sebelum mereka membunuh kita." Ucapan seseorang dari atas sampai ke bawah mengenakan outfit berwarna hitam masuk ke indera pendengaran. Dia tak lain dan tak bukan adalah guru Sakara. Sosok di curigai pemimpin gank mematikan.

"Baik guru, kami akan kembali melakukan penyerangan, kami usahakan kembali membawa kabar baik." Jawab seorang murid berjalan samping-sampingan dengan seseorang di sebut guru.

"Bagus, itu yang aku inginkan." Monolog guru Sakara.

Di balik bangunan, Cahaya diam tak bersuara, telinga di perintahkan untuk menguping pembicaraan membangun rencana buruk. Langkah kaki mereka pelan-pelan menjauh dan tak terdengar kembali. Cahaya menduga mereka masuk ke dalam bangunan besar itu dan beristirahat bersama para Black Man lainnya.

"Jadi mereka akan melancarkan aksi lagi nanti malam. Kalau seperti itu aku gak boleh biarkan mereka berhasil. Liat aja apa yang akan aku lakukan, aku akan pastikan mereka pulang dengan tangan kosong seperti kemarin." Pertegas Cahaya, manik mata terbuka, tatapan penuh keberanian terkemas.

Gadis itu mengintip, tertangkap di area bangunan itu sepi, tak ada lagi anggota Black Man berkeliaran di sekitar, mereka sedang berkenala dalam tidur nyenyak setelah semalaman full membuka mata. Seolah-olah waktu mereka balik, jika biasanya siang di jadikan tempat segunung aktivitas berjalan dan malam waktu paling tepat untuk istirahat, bagi Black Man malam masa terbaik untuk beraksi sedangkan siang jam mereka untuk tidur.

Dengan mengendap-endap Cahaya melintas di depan pintu menuju ke sebrang bangunan. Mendadak langkah terhenti, keterkejutan menghantam. Sebuah goa besar nan gelap terpampang di sebelah barat bangunan."Goa? Di bukit ini ada goa?"

Ukuran goa di hadapan cukup besar, dari posisi Cahaya berdiri dapat terasa suasana penuh kegelapan di dalam sana.

"Ada apa di dalam goa itu? Kenapa mereka keluar dari sana." Tiba-tiba rasa ingin tau itu datang menempel di kepala Cahaya.

Dari luar mulut goa terlihat begitu seram dan menakutkan, tetapi gadis bernama Cahaya Argantara tak sedikitpun merasa takut.

"Pasti ada sesuatu di sana, aku harus cek ke dalam." Rasa penasaran yang menjadi-jadi membuat kaki Cahaya melangkah masuk ke dalam goa.

Tap
Tap
Tap

Suara langkah kakinya memantul dan terdengar nyaring.

Gelap, goa itu gelap, kegelapan di dalam goa begitu terasa, di sepanjang jalan terpasang obor tapi gelapnya goa terlalu mendominasi sehingga puluhan obor itu tak berfungsi. Di sepanjang jalan dengan luas 3 meter bola mata gadis ocean terus di suguhkan dengan banyaknya gambar-gambar misterius serta tulisan-tulisan kuno yang tertera di dinding goa.

Cahaya tak henti-hentinya tercengang, ia berusaha untuk mengungkap maksud dari banyaknya gambar serta tulisan-tulisan kuno tersebut tapi sayangnya itu terlalu rumit.

The Santri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang