30. Terbelenggu

3.2K 182 39
                                    

Di malam sepi Cahaya menyisir tempat mengandung banyak teka-teki tak terpecahkan. Ribuan kejanggalan tersebar luas tak mengandung sedikit jawaban. Pemilik mata tajam terbungkus baju pencak silat, di lengkapi sabuk merah, di tambah selendang merah yang menutupi separuh wajah mengamati intens seluruh penjuru tempat sepi. Tak ada pergerakan para santri di malam sunyi. Diri melangkah bebas dengan camera cctv terus merekam.

"Ada apa dengan tempat ini? Silih berganti datang banyak hal-hal mencengangkan dari Baron dan juga dia, Black man. Apa tujuan utama mereka sehingga tega mencelakai para petinggi pesantren bahkan lebih kejamnya tanpa segan mereka membunuh Pak Kyai Abidin?"

Di dalam benak pertanyaan-pertanyaan tak memiliki jawaban menari-nari. Aura tempat sejuk dengan dedaunan hijau berubah panas. Teror-teror mematikan, ancaman-ancaman menakutkan dan peringatan-peringatan menyeramkan terus terdengar di telinga. Lantas apa yang melatarbelakangi lahirnya sebuah ketegangan berkepanjangan?

Sosok pria hitam-hitam oleh gadis setenang lautan di juluki Black Man, yang artinya manusia dalam kegelapan mengacu pada outfit yang serba hitam dan tindakan yang penuh dengan kekejaman.

"Di mana ada asap, pasti ada api. Untuk mengetahui semuanya, aku harus mengulik kembali alasan api menyala besar."

Tatapan tajam Cahaya semakin keluar, jiwa pendekar sabuk merah kian membawa, gelora semangat terus hidup.

Kaki terbalut sepatu putih berjalan meninggalkan halaman santri putri. Hati tergerak kembali masuk ke dalam kamar, karena di rasa waktu sudah menunjukkan sepertiga serta tak ada gangguan kerap menimpa.

TRAK!

Langkah kaki Cahaya terhenti, menatap terkejut pada daun tanaman peace lily yang terbelah oleh sebuah benda jatuh dan menghantam keras. Kepala Cahaya berputar ke belakang, mata langsung mengadah ke langit.

Wuuuuuusssh

Gerakan cepat seorang pria dari ujung kaki sampai ujung rambut terkemas baju warna hitam mencuri perhatian gadis ocean. Secepat kilat pria di beri nama Black Man melangkah di atas tembok pembatas antara asrama santriwan dan santriwati.

"Dia datang lagi, kali ini aku gak boleh biarkan dia lolos lagi."

Di malam mencekam Cahaya secara cepat naik ke atas pembatas, kaki mengejar seorang Black Man yang berlari mendekati asrama santriwan. Aksi menegang tertangkap kamera, dua orang lihai dalam bidang bela diri terlibat kejar mengejar di larut malam. Pergerakan gadis ocean sehalus sutra, Black Man tak menyadari ada bencana sedang mengintai di belakang.

Langkah Black Man harus di hentikan ketika merasakan tangan seseorang menyentuh bahu kanan, sedetik kemudian tubuh Black Man tersungkur di lantai akibat bantingan keras.

Bruukkkk

"ARRRRRGHHHH!" Terpekik kesakitan, pertemuan tulang dan lantai menciptakan sensasi menakjubkan. Bola mata Black Man melotot saat lagi-lagi orang yang sama yang menghentikan niat utama.

"Kau lagi!" Geram Black Man, mata muak melihat pendekar selendang merah tak henti mengganggu ketenangan.

Cahaya berdiri angkuh, seminggu di rumah sakit di temani obat-obatan sungguh melelahkan, sekarang akan ia lampiaskan rasa letih pada dia yang datang dengan tujuan tak baik.

"Iya, ini aku. Apa kau merindukan ku? Sudah lama aku tidak bertemu dengan mu. Bagaimana kabar mu, apakah hidup mu lebih baik selang beberapa hari ini?" Pertanyaan mengejek tersampaikan oleh Cahaya sukses membuat telinga Black Man mendidih.

"Siapa kau sebenarnya, kenapa kau terus menerus menghalangi niat ku!" Hardik Black Man.

"Aku tidak akan menghentikan niat baik siapapun itu, tapi sayangnya di sini niat mu buruk dan aku tidak akan biarkan kau menyakiti orang-orang yang berada di pesantren ini, khususnya pimpinan pesantren." Pertegas Cahaya tersenyum di balik selendang merah menutupi wajah.

Tubuh Black Man meradang, gadis kecil di depannya terus menghambat pekerjaan."Kau jangan ikut campur masalah ku jika kau tidak mau berurusan langsung dengan ku!"

"Tentu saja aku akan ikut campur, karena di sini orang yang menjadi target utama mu adalah guru ku sendiri. Bagaimana mungkin aku diam saja saat kau berusaha untuk menyakitinya, sebagai santri yang baik dan benar, aku akan menghalangi mu meski nyawa ku yang menjadi taruhannya." Pungkas Cahaya tak gentar.

"Tutup mulut mu dan rasakan ini"

Slash

Pisau tajam terlempar ke arah gadis itu, sigap Cahaya membungkukkan tubuh membuat pisau tajam itu berlalu begitu saja.

Tersungging senyum mematikan di balik selendang merah."Santai kawan, sungguh malam ini aku tidak ingin berkelahi. Aku hanya ingin bertanya kenapa kau datang kemari dan apa tujuan mu?"

Api besar coba Cahaya padamkan, namun tangan terlalu kecil untuk menyingkirkan seluruh kekejaman tersusun di kepala seorang Black Man.

"Kau tidak perlu tau. Matilah kau!"

Slash

Lagi-lagi pisau tajam di lempar, beruntung Cahaya bisa menghindar dengan cepat. Sorot mata tajam gadis itu makin terlihat, tanpa aba-aba langsung menghajar Black Man yang berbahaya tersebut. Di atas atap kediaman Pak Kyai, kedua musuh paling berbahaya terlibat pertarungan sengit.

Bugh
Bugh
Bugh

Ragam tendangan menghujani tubuh Black Man, terlihat pria petaka kesulitan melawan gadis setenang lautan. Jika hari kemarin kata kewalahan terjadi di awal mula pertarungan, maka sekarang keadaan berbalik sebab seluruh kelemahannya sudah Cahaya kantongi.

Terlayang pukulan mengarah ke wajah, dengan cepat Cahaya tangkap tangan itu lalu di pelintir ke belakang, mengunci Black Man yang terus memberontak tak ingin diam.

"Aku kan sudah bilang kalau malam ini aku tidak ingin berkelahi, tapi kau malah memancing emosi ku. Sekali lagi aku tanya pada mu, apa tujuan mu datang ke pesantren ini? Jika kau tidak jawab, jangan harap pergi dengan selamat!" Tekan keras Cahaya tepat di telinga Black Man.

Ancaman itu seolah tak berarti, Black Man tetap memberontak dan berusaha untuk terlepas dari cengkraman kuat gadis ocean.

"Arrrrrggh!" Pekikan keras luput di bibir Black saat Cahaya dengan sengaja menekan kuat tangannya.

"Apakah kau masih tidak ingin buka mulut? Oke gak masalah. Tapi jangan salahkan aku jika aku membuat mu tak bisa bergerak lagi." Kecam Cahaya kali ini tak main-main.

Ludah pahit terpaksa di teguk Black Man, ia terdesak dalam belenggu kekuasaan Cahaya. Ketakutan mulai singgah di benak, keadaan runyam menjadikan diri semakin tercekik.

"Kau tidak mau jujur rupanya? Oke baiklah aku akan menggunakan cara ampuh yang bisa mengatasi secara akurat permasalahan ini. Tapi jangan salahkan aku, jika beberapa bagian anggota tubuh mu tak lengkap lagi."

Glek!

Tenggorakan lantas kering, tubuh Black Man terselimuti ketakutan menjadi-jadi, tak terbayang dalam pikiran jika sampai itu beneran menjadi kenyataan."A-aku tidak di suruh siapapun, aku melakukan semua ini tanpa paksaan siapapun."

"BOHONG!" Bentakan Cahaya melengking nyaring.

"Kau jangan coba-coba untuk menipu ku, kau datang ke sini pasti memiliki maksud tertentu. Cepat sekarang katakan sebelum ku patahkan leher mu!" Desak Cahaya.

The Santri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang