35. Dia Berbahaya

3.4K 212 111
                                    

Dengan langkah gontai gadis itu berjalan menuju ruangan ICU, tempat pemuda asing yang ia selamatkan di rawat. Di balik kaca ruangan ICU, Cahaya menatap kosong pemuda terbaring lemah dengan selang-selang memenuhi tubuh, kepala terbalut perban, goresan luka hadir di beberapa bagian inci wajah. Suara alat EKG menggema di tempat penuh keheningan.

"Kau harus bertahan, jangan pergi di saat misi ku belum selesai. Aku sudah menyelamatkan mu, sebagai gantinya kau harus menjawab semua pertanyaan di kepala ku. Kau tidak boleh pergi, bagaimanapun kau harus bisa membuka kembali mata mu." Sedikit egois tapi diri harus melakukan ini demi perkara mengandung misteri berakhir selesai.

Pemuda asing koma di ruang ICU adalah tawanan gank Darkness, sedikit banyak dia pasti tau tentang orang-orang yang mengurungnya di dalam goa gelap.

Manik mata teralih menatap ke arah sosok terkemas baju putih-putih."Permisi sus, bolehkah saya masuk menjenguk pasien? Sebentar aja."

Suster mengurungkan niat untuk masuk ke dalam ruangan ICU." Baik, anda boleh masuk, tapi harap jangan lama-lama karena kondisi pasien masih belum stabil."

Kepala mengangguk paham, gadis itu lantas pergi ke bagian salah satu ruang ganti, membungkus tubuh dengan baju khusus ruangan ICU.

Tubuh pemuda tak beridentitas diam seperti batu, tak tampak sedikitpun pergerakan dari seorang pemuda yang baru keluar dari dalam goa. Bencana datang tanpa aba-aba, bahkan tak terlintas di benak Cahaya bahwa semuanya akan terjadi secepat ini.

Wajah terlapisi masker menajamkan tatapan."Aku tidak tau siapa kamu, aku juga tidak tau kau berasal dari mana, tapi aku harap kau bisa bertahan, jika bukan untuk ku setidaknya untuk orang-orang yang kamu sayangi. Kau memang sudah terlepas dari jerat para Black Man kejam itu, namun mereka pasti akan berusaha mendapatkan mu kembali. Tapi tenanglah, aku yang akan melindungi mu, asalkan kau mau membuka mata mu kembali."

"Ada banyak hal yang ingin ku tanyakan pada mu. Segeralah bangun dan jawab pertanyaan ku." Desakan tersampai untuk seseorang sibuk menutup mata.

Entahlah pemuda asing itu mendengar atau tidak kalimat-kalimat yang terucap di bibir Cahaya. Satu hal yang gadis itu yakini bahwa suatu saat manik hitam itu akan terbuka kembali.

Gadis ocean memutuskan keluar dari dalam ruangan ICU, kaki mengarah pada bagian administrasi."Permisi sus, pasien di ruangan ICU baru selesai di operasi mohon di rahasiakan pada pihak manapun, jangan biarkan orang lain tau dia di rawat di rumah sakit ini."

Suster berwajah polos meneguk ludah memandang tajamnya tatapan pengunjung memiliki jiwa mahal bercampur sedikit misterius.

"B-baik, kami akan melakukan apa yang anda perintahkan." Terbata-bata menjawab pertanyaan tegas dari gadis tanpa seulas senyum, raut wajah gadis itu kurang bersahabat, muncul gelenyar tak nyaman di hati suster.

Tanpa sepatah kata gadis setenang lautan di lantik mata tajam menerkam berlalu begitu saja dari hadapan suster. Nafas tersedak kembali beransur normal, cukup menyiksa batin berkomunikasi dengan gadis misterius bagi suster.

Di pesantren.

Suasana tegang meliputi ruang tamu di kediaman Pak Kyai Yahya. Para petinggi pesantren berkumpul, beberapa jajaran penting pesantren hadir di rapat tersebut.

"Bagaimana dengan perkembangan pria misterius itu? Dia menunjukkan reaksi apa dalam waktu 24 jam terakhir?" Pengasuh pondok pesantren Al-Ikhlas, yaitu Pak Kyai Yahya Al-Assad melempar pertanyaan.

Di ruang tamu para adik-adik Pak Kyai Yahya hadir di pertemuan seputar ancaman mematikan di pesantren.

"Terpantau kemarin malam pria misterius itu datang kembali ke pesantren ini Pak Kyai. Dari rekaman cctv terlihat ada tiga orang pria yang selaras dengan pria misterius dari segi penampilan." Ustadz Fatur menjelaskan, laptop di otak-atik, sebuah rekaman cctv semalam di perlihatkan kepada semua orang.

"Apa maksud kamu Fatur?" Menilik tajam ke arah Ustadz berada di bagian ahli teknik komputer sekaligus pelatih pencak silat regu putra.

"Dia tidak hanya satu Pak Kyai, dia lebih dari itu. Saya yakin jumlah pria misterius jauh lebih banyak di banding yang berhasil tertangkap di rekaman cctv." Opini Ustadz Fatur.

Situasi menjadi panas, para petinggi pesantren seluruhnya berjenis kelamin laki-laki di hujam sampai ke ulu hati. Satu kehadiran pria misterius telah membuat isi kepala oleng kemana-mana, apalagi jika benar mereka tidak hanya satu atau dua.

"Pria misterius itu kembali bergerak ke asrama bagian putra, mereka mengincar para Kyai di pesantren ini lagi. Tapi beruntung usahanya di gagalkan oleh pendekar selendang merah. Dia yang menghadang pria misterius sehingga niatnya terpaksa di urungkan." Lanjut Ustadz Fatur.

"Kenapa pendekar selendang merah itu selalu melindungi kita? Siapa dia sebenarnya? Dan apa maunya? Kenapa kadang kala dia berada di pihak kita dan kadang pula menjadi musuh kita." Ra Wafa menaruh kecurigaan besar, baik dan jahat belum dapat di tentukan, pendekar selendang merah berada di tahap abu-abu.

Semua lantas berpikir keras, di era mulai penuh dengan ancaman, kecaman dan juga peringatan, hati waspada pada siapa saja, bukan hanya pada penjahat terang-terangan mengumbar perang, tapi juga pada dia yang terlihat baik.

"Arman bagaimana? Apa kamu sudah tau siapa pendekar selendang merah itu?" Perintah pekan lalu sempat Pak Kyai Yahya berikan pada coach regu putri kembali di pertanyakan lagi.

Coach seperti biasa diam menjadi batu, wajah datar tanpa senyum, mata tajam menakutkan."Belum Pak Kyai. Saya masih belum tau siapa pendekar itu, tapi yang jelas dia bukan pendekar pesantren. Terlihat dari gerakan bela dirinya yang begitu lihai, dan selama ini saya tidak mengeluarkan jurus-jurus itu. Intinya, dia bukan murid saya."

Masalah pendekar berselendang merah sampai detik ini belum di ketahui. Apalagi kawanan Black Man yang keluar masuk pesantren.

"Apa kau yakin Arman?" Sorot mata Pak Kyai Yahya amatlah tajam.

Coach mengangguk."Saya yakin Pak Kyai. Dia memang santriwati di pesantren ini, tapi dia tidak belajar bela diri di sini."

"Adakah santri yang kamu curigai sosok pendekar selendang merah itu?" Pertanyaan dari Gus Mufid mengunci mulut.

Pelatih regu putri terdiam tak bergeming, wajah terlihat biasa, datar seperti gurun pasir."Tidak ada."

Keadaan kembali hening, suasana masih terasa menegangkan, perpaduan antara kesal dan penasaran menyatu menjadi satu.

"Kenapa kalian terus berusaha mencari pendekar selendang merah itu? Dia tidak seberbahaya gank hitam-hitam yang kerap kali keluar masuk pesantren." Di benak Gus Zayyan merasa heran, dua sosok tak beridentitas berkeliaran bebas di pesantren telah berhasil membuat suasana hati para petinggi cenat-cenut setiap hari.

Seketika semua mata tertuju pada Gus Zayyan.

"Secara spesifik memang lebih berbahaya pria misterius dari pada pendekar itu, namun di cctv dia terlihat menolong, tapi sering kali dia juga melayangkan teror. Kami curiga dia bukan orang baik, dia punya maksud dan tujuan yang kental berada di pesantren ini. Maka kita harus segera mungkin mengungkap identitasnya sebelum salah satu di antara kita sekarang tewas di tangannya." Pungkas Ra Wafa.

Pemuda selembut sutra terdiam, di antara pria misterius atau Black Man, Baron dan juga pendekar selendang merah masih di sebut ancaman besar, kedatangan ketiga bencana telah menimbulkan ketakutan mendera.

"Musuh yang paling berbahaya, bukan yang terang-terangan menyerang, tapi yang berpura-pura baik lalu dia berbalik menyerang menghancurkan semuanya." Papar Kyai Wahid Hasyim.

"Kita jangan anggap remeh pendekar selendang itu, memang sekarang dia hanya meneror kita, bisa saja hari esok dia melakukan sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan." Sanggah Kyai Hasan sependapat dengan Kyai Wahid Hasyim.

The Santri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang