8. Akankah Dia Bunuh Diri?

3.9K 205 19
                                    

Satu demi satu langkah Cahaya menghampiri seorang gadis yang senyam-senyum seperti orang gila. Tanggapan Cahaya datar seperti tidak terjadi apapun. Pintar memainkan mimik wajah di keadaan mulai tak aman.

"Udah kamu jangan pura-pura lagi, kamu pasti punya hubungan kan sama Gus Zayyan." Alis Mira naik turun menggoda.

"Enggak." Tukas Cahaya.

Panas telinga mendengar nama satu manusia penyebab utama tertutupnya mata Cahya. Sebagai kembaran, Cahaya belum juga melepaskan dendam yang bersarang di dada.

"Halah gak usah boong lagi deh ca. Aku udah tau, aku udah liat pake mata kepala ku sendiri. Gak mungkin apa yang aku liat barusan itu salah." Ngotot Mira akan pendiriannya.

"Terserah, yang jelas aku udah bilang kalau aku gak punya hubungan apapun sama dia. Percaya atau enggak itu urusan mu!" Sarkas Cahaya. Emosi Cahaya tak mampu menghilangkan fakta. Mira melayang-layang di udara bahagia di buat kabar gembira bersifat limited edition. Dengan menahan kesal Cahaya membututi dari belakang.

Terhenti di sebuah kelas berlokasi di lantai 2. Cukup besar dan padat, setiap bangku telah di isi penghuni masing-masing. Semuanya bergender perempuan, tak ada laki-laki, bahkan semua guru yang mengajar di haruskan perempuan, kecuali guru pencak silat. Sekolah santri putra dan putri tidak di campur baur. Peraturan pesantren ketat sejak dahulu sampai sekarang.

"Akhirnya kita udah sampai juga di sini, untung aja kita gak telat." Lega Mira berdiri di ambang pintu di iringi senyum sumringah. Helaan nafas meluncur, gadis itu memilih masuk ke dalam kelas dan duduk tenang bersama Mira.

Kebisingan terjadi, di tengah kebisingan Cahaya teringat kejadian yang di lewati beberapa menit yang lalu."Gus Zayyan bilang kalau dia di jodohin sama orang lain, tapi apa hubungannya dengan kematian Cahya?" Batin Cahaya merenungi kata-kata Gus Zayyan.

Perkara yang di dapat di dalam pondok dengan di luar pondok berbeda total. Dalam pikiran Cahaya mengira bahwa setelah menginjakkan kaki di tempat ini problem mengaitkan kematian kembarannya akan muncul. Siapa sangka malah meluas, anehnya tidak ada satupun jejak mengarah pada sumber masalah. Tersangka dan alasan di balik kematian tragis terpendam kuat di tanah. Butuh effort menggali tanah hingga masalah naik kepermukaan.

"Apa jangan-jangan Cahya bunuh diri karena patah hati saat dengar berita buruk itu? Tapi gak mungkin Cahya segila itu. Dia gak akan mungkin nusukin tubuhnya dengan benda tajam hanya karena patah hati." Batin Cahaya.

Ketika jasad Cahya di otopsi di temukan luka tusuk lebih dari satu kali. Luka tusuk itu di yakini akibat perbuatan keji manusia. Kecelakaan maut menimpa Cahya jelas tak murni, ada banyak misteri yang bermula di tempat ini.

"Aku masih yakin kalau ada sesuatu yang terjadi padanya. Aku berani jamin 100% kalau Cahya gak akan bunuh diri. Dia pasti meninggal karena hal lain. Bukan sekedar meninggal kecelakaan tapi ada hal yang terjadi sebelum kecelakaan itu terjadi." Batin Cahaya positif thinking.

Sepanjang pelajaran Cahaya tak fokus, malahan tidak mendengarkan apa yang guru terangkan. Pikirannya di penuhi dengan dugaan-dugaan kematian Cahya. Walaupun gadis itu kini sudah berada di tempat terakhir Cahya singgahi, sampai kini masih tak ada titik terang yang di dapati.

"Eh tunggu, tadi malam aku ketemu sama sosok misterius, kenapa pagi ini gak ada berita apapun tentangnya? Apa semua orang tidak tau kalau pesantren habis di masuki sosok misterius?" Batin Cahaya teringat moment misterius sekaligus langka tersebut.

Netra menyusuri seisi kelas, semua orang sibuk mendengar penjelasan guru. Satupun tidak ada yang bersuara, mata fokus ke depan.

"Masa iya gak ada yang tau? Aku yakin satu atau enggak dua orang pasti tau tentang rumor misterius itu." Batin Cahaya.

The Santri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang