Sinar rembulan menemani gelapnya malam. Di malam yang makin larut mata gadis bernama Cahaya Argantara terbuka lebar, batin merasakan ada pergerakan di sekitar pesantren.
Dengan cepat Cahaya mengganti kostum, secepat mungkin pula gadis itu berlari dari kamar, lalu naik ke tembok pembatas kemudian keluar dari pesantren dengan memanjat pagar yang mengelilingi pesantren.
Di samping kanan pesantren telah ada preman-preman yang di ketahui anak buah Baron di utus untuk membuat onar. Bergegas gadis itu menghentikan niat mereka.
Bugh
Bugh
BughHantaman serta tendangan Cahaya lakukan, jumlah anak buah Baron yang mencapai tiga orang membuatnya harus bisa selincah mungkin dalam berkelahi, karena mereka begitu brutal dalam mengeroyok.
Brukkk
Telah tumbang dua anak buah Baron, mereka terjungkal dan tak mampu lagi untuk melawan, berdiri saja mereka tak bisa apalagi menghajar Cahaya yang gerakannya secepat kincir angin.
Kini musuh Cahaya tersisa satu, kali ini dia bukan Yanto, Heru ataupun Jarwo. Dia orang lain yang jauh lebih lincah dari pada anak buah Baron lainnya. Dia baru keluar dan pertama kali bagi Cahaya berduel dengannya.
Gadis itu tercekat ketika pria berumur 32 tahun itu menarik paksa selendang merah yang menutupi wajahnya. Terpampang jelas wajah Cahaya di mata mereka.
"KAU! Kau masih hidup!" Tergemap pria berjaket hitam melihat pemandangan di depan.
"Aku masih hidup, sejak kapan aku mati?" Tak tertera kata panik walau aset utama terbuka oleh kawanan musuh. Gadis itu tunjukkan sifat angkuh yang selalu membuat siapa saja merasa di remehkan.
Pria bernama Jack terdiam membisu, batinnya bertanya-tanya mengapa orang yang sudah mati beberapa waktu lalu dapat hidup kembali dan bisa ia tatap lagi. Jack geleng-geleng kepala shock."Tidak mungkin, tidak mungkin kau hidup lagi." Menentang keras realita tak masuk di akal sehat.
Dalam hati Cahaya tersenyum sinis, dapat melihat betul betapa terkesiapnya sosok di depan."Aku tidak pernah mati paman, aku masih hidup, sejak kapan aku mati."
Jack diam terpaku, apa yang di lihatnya sekarang bener-bener di luar nalar.
Suasana bertambah panas kala tersungging senyum mematikan di wajah gadis itu."Kau sekarang sudah tau siapa aku. Aku minta pada mu tinggalkan pesantren ini, jangan pernah datang lagi ke sini, jika kau tidak mau berurusan dengan ku lagi. Ingat aku bukan aku yang dulu, aku yang sekarang berbeda!"
Jack tetap membisu, lidah terasa keluh, dengan secepat kilat berlari bersama teman-temannya.
Cahaya menatapi para pecundang kabur terbirit-birit dari pesantren. Senyum sinis terbit di bibir, tangan Cahaya mengambil kembali selendang merah tergeletak di tanah. Gadis itu kembali masuk ke pesantren setelah membereskan manusia-manusia sampah.
Jack dan kedua rekan kerjanya langsung menghadap Baron di markas.
"Gimana? Jangan bilang kalian kembali dengan tangan kosong lagi!" Amarah kembali menjalar, emosi menyelimuti jiwa dan hati Baron.
"Maaf bos, kami akui kami gagal melaksanakan perintah mu. Tapi ada hal penting yang harus kami sampaikan pada mu." Jack takut-takut menunduk, tatapan tajam pria lansia di depan sangat mengerikan untuk di lihat.
"Katakan! Informasi apa yang mau kalian sampaikan." Desak Baron tidak sabaran.
"Kami sudah tau siapa pendekar selendang merah yang selama ini mengusik ketenangan bos."
Mata Baron membulat sempurna, gejolak amarah memudar."Siapa dia? Katakan pada ku sekarang, siapa dia?"
Telah lama Baron berupaya keras mengetahui siapa orang yang berada di balik selendang merah yang akhir-akhir ini terus ikut campur dalam urusan pribadi.
"Tenyata dia Cahya bos. Gadis yang sudah kita bunuh 2 bulan yang lalu." Jelas Jack.
"APA? CAHYA!!" Tercekat Baron.
Mereka serempak mengangguk.
"Tidak mungkin, tidak mungkin itu Cahya. Cahya itu sudah meninggal, mana mungkin orang mati hidup lagi!" Baron menentang keras pernyataan itu, spontan otak menolak fakta tak etis tersebut.
"Tapi beneran bos, dia benar-benar Cahya. Kami sudah membuka selendang merah yang menutupi wajahnya dengan kedua tangan ku sendiri. Dan aku melihat jika di balik selendang itu Cahya bos, bener-bener Cahya, aku mengatakan yang sebenarnya, aku tidak bohong." Jack mencoba meyakinkan Baron atas fakta yang mungkin mustahil terjadi.
"Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa hidup kembali." Baron tertegun sambil berpikir keras.
"Dia ingin balas dendam bos, mangkanya dia selalu merusak rencana kita." Tukas Jack.
Tak bergeming oleh fakta menyeleweng dari dunia. Baron terdiam merasa terancam di balik informasi kedatangan dia yang sudah mati."Apapun tujuannya, kalian harus singkirin dia. Bunuh dia untuk yang kedua kalinya, aku tidak mau melihat dia lagi!"
Serempak anak buah Baron menggigil mendengar perintah tersebut. Bukan karena takut di makan hidup-hidup oleh bos besar tapi ngilu kala teringat musuh bebuyutan sekarang vs dulu yang sangat bertolak belakang dari segi manapun.
"Baik bos." Terbata-bata mereka menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Santri [SUDAH TERBIT]
Fiksi RemajaBagaimana jadinya Cahaya ketika melanjutkan kehidupan sehari-hari milik saudara kembar dengan menautkan misi mengupas habis lika-liku peristiwa merenggut nyawa sang kembaran (Cahya). Akankah gadis dengan modal wujud yang sama dapat menjalankan misi...