Tap
Tap
TapDerap langkah memecah keheningan pertanda jika tidak ada manusia berkeliaran di sekitar. Semua pintu-pintu kamar santri yang terlewati tertutup rapat, mereka memilih mengistirahatkan diri di kamar dalam waktu 1 jam lamanya.
Gadis pemilik mata hitam itu lain pendapat. Dalam tenangnya suasana siang hari di pesantren ia gunakan untuk melanjutkan misi. Langkahnya terhenti di sebuah ruangan dekat musholla. Ruangan khusus yang kebetulan kosong di larang bagi santri untuk masuk tanpa izin. Tapi gadis itu mengabaikannya, ia duduk di kursi dengan tenang sementara dua tangan mengotak-atik laptop di depan.
"Aku harus cari tau lewat cctv detik-detik tragedi sebelum Cahya menghilang dari pesantren." Jemari menggeser-geser mouse berulang-ulang kali. Cctv yang menyorot tidak sesuai ekspektasi. Terpampang jelas jika kehidupan Cahya di pesantren normal seperti santri pada umumnya.
"Ck, kenapa gak ada? Mana rekaman itu? Masa cuman ginian doang. Apa jangan-jangan pelakunya yang udah singkirin semua bukti itu?" Terdiam sambil menerka sesuatu mungkin saja di lakukan sebelum kedatangan.
"Aarrrgh sial. Dia sudah lebih dulu bergerak rupanya." Urat-urat di tangan Cahaya mengeras. Tubuh di terpa angin membawa dendam. Leher terasa tercekik saking besar amarah yang bersarang.
Cahaya bergegas keluar, sebelum keluar semua rekaman cctv yang menangkapnya masuk ke ruangan ini telah di buang jauh-jauh."Sia-sia aku ke ruangan itu, gak ada apa-apa lagi. Buang-buang waktu aku aja."
Kini gadis itu berjalan tanpa arah sambil menahan emosi tak kunjung reda.
"Eh kamu!"
Jeritan menjeda langkah Cahaya. Tolah-toleh ke sana kemari mencari orang lain di sekeliling. Minimnya manusia menyebabkan diri sendiri sebagai objek lepasnya suara teriakan dari sesosok berdiri dengan wajah serius.
"Aku?" Cahaya menunjuk diri sendiri untuk membenarkan.
"Iya siapa lagi, di sini gak ada orang selain kamu," Dingin Gus bernama Muhammad Azmi Al-Assad, wataknya sama seperti yang di jelaskan Mira.
"Ikut aku sebentar. Ada hal yang mau aku omongin empat mata sama kamu." Sambung Gus Azmi, tanpa persetujuan berjalan terlebih dahulu meninggalkan gadis itu.
Cahaya mengernyitkan dahi sedikit aneh."Dia mau omongin apa? Jangan-jangan dia mau bela abangnya karena persoalan tadi?"
Pemuda itu berhenti lalu berbalik badan menghadap ke belakang."Malah bengong. Ayo buruan !"
"Bentar napa, sensi aja terus!" Ketus Cahaya melangkahkan kaki mengikuti Gus Azmi dengan wajah tak ikhlas.
Dengan menahan kesal luar biasa Cahaya pelan-pelan memasuki rumah milik pemuda itu. Matanya langsung berganti melotot ketika sesuatu menarik perhatian.
"Kenapa dia ada di sini?" Batin Cahaya malas bertemu seseorang yang ingin di hindari.
Ragu-ragu kaki melangkah mundur. Mengurungkan niat yang hendak masuk ketika kedapatan Gus Zayyan tengah menunggu di dalam.
"Eh jangan kabur, cepat masuk!" Pinta Gus Azmi berteriak.
Cahaya memejamkan mata kesal."Sial-sial, dasar Gus sialan dia. Enak aja dia main gertak aku." Batin Cahaya.
"Ke sini cepat!" Perintah Gus Azmi kembali.
Terpaksa kaki Cahaya melangkah mendekat pada mereka. Memasang wajah jutek yang tak enak di pandang."Ada apaan?"
"Duduk!" Suruh Gus Azmi.
Cahaya geram, namun susah untuk marah. Menuruti kemauan Gus Azmi walau tertekan. Sopan santu terkikis dahsyat, gadis itu tak peduli akan di cap apa, datangnya hanya sekedar menggantikan bukan berubah menjadi cerminan diri dari seluruh aspek. "Mau ngomongin apa sih? Cepet katakan, aku gak punya waktu!"
"Kenapa kamu pergi dari pondok selama 1 bulan tanpa pamit? Kamu tau kan kalau pergi tanpa pamit dari sini itu sangat di larang!" Gus Azmi langsung membawa topik ke inti permasalahan.
Ludah pahit di telan, Cahaya di sergap kebingungan dalam mencari alasan. Hal yang di takut-takutkan terjadi tanpa dapat di pungkiri."Kenapa mereka malah bahas masalah ini. Di sini juga aku gak tau kenapa Cahya pergi dari sini, tau-taunya dia udah di kabarin meninggal. Terus ini gimana? Aku harus jawab apa?" Batin Cahaya tercekik oleh permainan sendiri.
"Jawab! Jangan diam aja." Hardik Gus Azmi tak sabar menanti jawaban.
"Aku itu pergi karena-
"Assalamualaikum." Salam seseorang menghentikan perdebatan mereka. Semua mata jatuh pada seorang pria membawa laptop di tangan. Mendekati mereka yang lagi tegang.
"Huft untung aja ada Spiderman yang nyelamatin aku." Batin Cahaya rasanya ingin berteriak kegirangan.
"Wa'alaikum salam, ada apa tadz?" Gus Zayyan melontarkan pertanyaan terhadap penjaga cctv + guru silat regu putra.
"Sebelumnya saya minta maaf sudah mengganggu Gus. Saya ke sini ingin menemui Pak Kyai buat membahas masalah kemarin." Ustadz Fatur menyampaikan tujuannya.
Gus Zayyan langsung mengangguk paham."Owh, silahkan duduk dulu tadz. Sebentar saya panggilkan Abi dulu."
Ustadz Fatur membalas menggunakan senyuman kemudian duduk di sofa bersama mereka. Semetara Gus Zayyan memanggil Abinya.
Bola mata seorang gadis satu-satunya memperhatikan betul-betul pergerakan Gus Zayyan."Ternyata Gus dia sopan juga saat memperlakukan orang. Gak kayak adiknya benar-benar ngeselin kayak punya dendam pribadi aja sama aku." Batin Cahaya melirik tajam Gus Azmi.
Gus Azmi sadar, ia pun membalas dengan tatapan tak kalah tajam."Urusan kita belum selesai."
Jantung Cahaya bergemuruh."Matilah aku." Batin Cahaya.
Gus Zayyan kembali bersama Abinya, Kyai Yahya."Itu Abi, ada ustadz Fatur yang nyariin Abi. Katanya ada sesuatu yang ingin beliau bicarakan sama Abi."
Pak Kyai mengambil duduk bersama di satu ruangan."Ada apa Fatur? Kenapa kamu datang mencari saya? Apakah kamu sudah menemukan apa yang saya cari?"
"Enggeh Pak Kyai. Saya sudah menemukan cctv yang memperlihatkan bahwa benar saja jika tadi malam memang ada penyusup yang masuk ke dalam pesantren." Terang Ustadz Fatur.
"Astagfirullah hal adzim. Katakan dia siapa Fatur?" Terkejut Pak Kyai.
"Punten Pak Kyai, saya tidak mengenalinya karena seluruh tubuhnya di tutupi oleh kain. Hanya bagian mata dan telapak tangan saja yang terlihat." Sahut Ustadz Fatur.
Pak Kyai fokus mengamati pria hitam-hitam di layar laptop ustadz Fatur."Coba kamu perlihatkan rekaman saat dia masuk ke sini."
Ustadz Fatur bergegas menjalankan perintah. Semua orang yang berada di ruang tamu terperangah kala pria hitam-hitam masuk dengan cara paling tidak terlintas di benak. Beda dengan Cahaya yang diam karena sudah beratap muka secara langsung dengan orang yang bersangkutan.
Terpampang jelas jika sosok misterius bergerak mendekat ke kediaman di lantai 2 yang pada kala itu menjadi tempat Pak Kyai Yahya beristirahat usai pulang berdakwah. Pak Kyai terdiam membisu, pergerakan tak di duga-duga oleh sosok misterius tersebut cukup membuat jantung stetoskop.
"Mengapa dia mau mendekati kamar Abi. Apa yang mau dia lakuin?" Gus Zayyan seketika penasaran di selingi perasaan tidak enak.
"Pasti dia ingin celakain Abi." Tuduh Gus Azmi.
Mendadak semuanya menjadi hening. Menerka-nerka pada satu biang masalah patut di kupas habis segala niat, tujuan, alasan bahkan asal muasalnya.
"Tapi siapa wanita ini, kenapa dia terlihat ingin berusaha menghentikan niat sosok misterius itu." Netra Gus Zayyan memandang seksama sosok ikut terekam dalam perkelahian sengit.
Cahaya menegang, sedari tadi sibuk mendengar sekarang arah pembicaraan mengarah pada wanita terekam jelas di cctv."Matilah aku, kenapa aku lupa kalau di asrama santriwan ada cctv juga. Kalau aku tau mereka akan nyelidiki masalah ini. Tadi malam juga aku beresin semua jejak biar gak ada yang tertinggal dan bikin aku kena masalah suatu hari nanti." Batin Cahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Santri [SUDAH TERBIT]
Fiksi RemajaBagaimana jadinya Cahaya ketika melanjutkan kehidupan sehari-hari milik saudara kembar dengan menautkan misi mengupas habis lika-liku peristiwa merenggut nyawa sang kembaran (Cahya). Akankah gadis dengan modal wujud yang sama dapat menjalankan misi...