48. Kecelakaan

3.2K 175 84
                                    

Di luar rumah tepatnya di samping kanan Cahaya berdiri sembari menguping pembicaraan mereka. Ada sebuah kaca pecah di samping kiri yang dapat di gunakan untuk mengintip orang-orang di dalam rumah tersebut. Sebuah mobil hitam berhenti di depan rumah, kedatangannya lagi di tunggu-tunggu. Cahaya menajamkan pendengaran, tak boleh ada satupun percakapan yang terlewatkan.

"Akhirnya bos datang juga." Gembira Jack.

Hampir berjam-jam mereka menunggu kedatangan bos besar. Butuh effort tinggi tetapi mereka yakin bahwa perjuangan mereka tidak akan sia-sia. Baron mengambil duduk di kursi kebesaran, dua bodyguard yaitu Tomi dan Nawir berdiri di belakang.

"Sudah lama kita tidak mengacak-acak pesantren. Apa bos tidak kepikiran membuat rencana mematikan gitu? Di lihat-lihat mereka hidup tenang tanpa gangguan kita. Gimana kalau kita berangkat ke sana dan kembali membuat keributan?" Tawar Jack.

Bukannya langsung mengeluarkan perintah Baron hanya diam dengan senyum mematikan. Tercantum makna tersirat di dalamnya yang tidak di mengerti oleh para anak buah.

"Apa yang akan Baron lakukan? Aku harus tau biar aku bisa berada di depannya." Batin Cahaya menyimak penuh penasaran.

"Tidak perlu, kalian tidak perlu maju. Karena aku sudah siapkan seseorang yang handal untuk membereskan Kyai Yahya itu." Dengan santai Baron menyilangkan kaki, menghisap rokok penuh kenikmatan.

Para anak buah saling menatap, di antara mereka tidak ada yang mendapatkan perintah apapun.

"Bos kami semua ada di sini, lantas siapa yang bos kirim untuk membinasakan Pak Kyai?" Kaget Yanto nekat bertanya.

Pancaran mata Baron begitu tajam, ada hal tersembunyi yang menari-nari di dalam. Reaksi Baron benar-benar membingungkan semua orang."Hari ini aku dapat informasi kalau Yahya akan ceramah di desa X. Aku sudah mengirimkan orang yang bertugas menjadi supirnya. Dia yang akan membuat Yahya tidak bisa melihat dunia lagi."

Cahaya yang mendengar terperangah. Tak di sangka kalau Baron sudah bergerak jauh lebih cepat dari pada kilat.

"Wow, ternyata bos udah punya rencana yang sangat bagus. Tapi apakah orang suruhan bos lolos pemeriksaan?" Pertanyaan itu di ajukan oleh Jarwo.

"Tentu saja dia lolos. Bodohnya tidak ada yang curiga kalau dia anak buah ku. Kyai di sana begitu polos sampai tidak sadar kalau mereka memperkerjakan orang yang memiliki tugas yang sama dengan malaikat Izrail, yakni mencabut nyawa." Sanggah Baron.

Ludah pahit di teguk Cahaya. Pikiran langsung di penuhi hal negatif, perasaan Cahaya juga tidak menentu.

"Kali ini aku yakin kalau rencana ku akan berhasil. Kita tunggu saja kabar selanjutnya yang jelas akan mengguncang dunia." Sebut Baron.

Di samping rumah kosong Cahaya mengepal kuat tangan. Darah seakan mendidih mendengar penuturan Baron. Sudah gadis itu tebak kalau Baron bukan orang yang gampang untuk menyerah. Di balik diamnya beberapa hari ini ternyata dia sudah menyiapkan rencana licik dan berbahaya.

"Sial, Baron benar-benar licik, dia sudah mengirim orang untuk mencelakai Pak Kyai." Gumam Cahaya.

"Tadi katanya hari ini anak buahnya akan melancarkan aksi, maka dari itu aku harus bisa hentikan dia. Aku tidak boleh biarkan Pak Kyai di celakai oleh mereka." Gumam Cahaya lagi.

Secepat kilat Cahaya melangkah pergi dari rumah kosong dan kembali dengan terburu-buru ke pesantren. Gadis itu harus segera sampai di pesantren dan mencegah niat jahat mereka untuk mencelakai Pak Kyai. Kala sampai di pesantren, langkah pertama yang Cahaya lakukan adalah mendatangi kediaman Pak Kyai. Cahaya mengambil nafas, nafasnya tersengal-sengal akibat berlari. Belum sempat mengeluarkan kata-kata tiba-tiba.

"APA? ABI KECELAKAAN DAN MOBILNYA MASUK JURANG!" Kaget Gus Zayyan mendapati telpon mengenai kejadian buruk menimpa sang ayah.

CRAAANG!

Gelas hancur berkeping-keping, meluncur seperti ada benda licin yang membuatnya terjun bebas dan menimpa lantai sehingga tak tersisa bentuknya.

Setetes air mata jatuh di pipi, dengan langkah tertatih-tatih Bunyai mendekati sang anak di iringi air mata tak henti mengalir."Zayyan, ada apa dengan Abi mu?"

"Ummi. Abi kecelakaan, mobilnya masuk jurang. Aku sama Azmi mau ke sana, kami mau mencari Abi." Balas Gus Zayyan panik mengambil kunci mobil.

"Zayyan, Zayyan tunggu dulu, Ummi ikut. Ummi mau ke sana juga." Bunyai mencegah mereka pergi, dengan tangis histeris mencoba memohon untuk datang ke tempat kejadian perkara.

"Jangan Ummi, Ummi di sini aja. Salma tolong jaga Ummi, kami akan ngasih kabar tentang Abi secepatnya." Larang Gus Zayyan.

"Ayo Azmi." Ajak Gus Zayyan.

"Zayyan, Azmi tolong jangan pergi. Ummi mau ikut." Teriak Bunyai terduduk lemas di bawah.

"Bunyai, Bunyai yang sabar. Pak Kyai pasti akan baik-baik saja." Dengan lemah lembut Salma menenangkan Bunyai menangis kejer.

Cahaya berada di ambang pintu mengusap sedikit air mata yang tak sengaja jatuh."Aku harus ke sana juga, aku harus pastikan keadaan Pak Kyai."

Cahaya menyelinap masuk ke dalam rumah Pak Kyai. Di saat anggota keluarga tengah di hebohkan dengan kecelakaan tunggal yang menimpa Pak Kyai Yahya. Pelan-pelan Cahaya membuka bagasi mobil dan masuk ke dalam tanpa ketahuan satu orangpun.

Gus Zayyan, Gus Azmi dan Ra Wafa masuk ke dalam mobil di mana ada Cahaya yang bersembunyi di dalam bagasi. Mobil itu melaju keluar dari pesantren dan menuju lokasi Pak Kyai kecelakaan. 3 iringan mobil pesantren keluar dan langsung meninjau ke lokasi tragedi mematikan yang menyerang salah satu Kyai besar dan berpengaruh di pesantren tersebut.

Dengan kecepatan tinggi mobil hitam itu melaju. Kurang lebih 3 jam waktu yang di tempuh untuk sampai ke lokasi, di mana malam sudah datang. Jarak tempuh ke lokasi desa X membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam sehingga Pak Kyai Yahya memutuskan berangkat dari sore hari, namun naas beliau tidak sampai ke lokasi tujuan dengan selamat.

"Abiiiiii!" Jerit Gus Zayyan dan Gus Azmi melihat sang ayah di evakuasi polisi dengan tubuh bersimbah darah dan mata terpejam kuat. Mereka berlari menghampiri Pak Kyai dengan air mata yang bercucuran.

"Abi, Abi bangun."

"Abi, Abi jawab, Abi buka mata Abi."

"Abi tolong jangan tinggalkan kami, kami mohon buka mata Abi."

Kedua putra Pak Kyai tak dapat membendung air mata. Kondisi sang ayahanda sudah penuh dengan darah, wajah sampai tak terlihat saking banyaknya darah yang keluar dari kepala.

Aparat kepolisian terjun langsung untuk mengevakuasi seorang Kyai yang jatuh ke jurang hingga kondisi mobil sudah tidak lagi beraturan saking hebatnya kecelakaan pada sore hari tadi. Polisi berada di lokasi langsung membawa Pak Kyai ke rumah sakit agar nyawanya dapat di selamatkan.

The Santri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang